WAHYU SAYEKTI

Wahyu Tri Sayekti M.Pd pernah mengajar di SMAN 1 SOOKO Mojokerto th 2000-2004, mengajar di SMPN 3 SARADAN kab.Madiun Th 2004-2005 dan SMPN 1 DAGANGAN kab.Madiun...

Selengkapnya
Navigasi Web
4. UMROH BUAT IBU

4. UMROH BUAT IBU

(Tantangan hari ke 41)

#Tantangangurusiana

#Cerbung

Ringkasan cerita yang lalu:

Sebuah kejutan dipagi hari bagi Murni, ketika bu Yani yang memberitahukan dia dipanggil menghadap Waka kesiswaan. Bagaikan mimpi bagi Murni bisa dipercaya mewakili sekolah untuk memperingati hari Santri Nasional melalui acara lomba Tahfit tingkat Kabupaten. Suatu amanah yang harus diemban untuk membuktikan kemampuan Murni dalam menghafal Al Quran selama ini...

Bel Istirahat pertamapun berbunyi menandakan berakhirnya jam ke empat. Murni sudah menyiapkan kue kleponnya di teras depan kelas. Wajahnya yang berseri-seri sabar melayani temannya yang membeli. Mulut remaja putri itupun tak pernah diam untuk terus menghafal surat dalam Al Quran. Usaha dan ketelatenan Murni itulah yang menumbuhkan simpati teman-temannya. Tiba-tiba mbak Nanik datang menemuinya dan memeluk Murni disela-sela istirahat. Wajahnya penuh senyum bangga kepada Murni adik perempuannya. Sangat terasa hangat kerukunan kedua saudara itu sehingga menimbulkan iri bagi siapa saja yang melihatnya.

“Selamat ya dik, Ibu dirumah pasti sangat bangga sama kamu,”ucap mbak Nanik sambil menggenggam tangan Murni. “Trima kasih banyak mbak...tapi mbak Nanik kok tahu berita ini,”tanya Murni pada kakaknya. “Ah...itu tak penting dik...semua tembok disekolah ini bisa mendengar dan bercerita kok,”jawab mbak Nanik sembari tertawa. Akhirnya keduanya asik berbincang diantara teman-teman mereka.

Sepulang sekolah Murni pun tergesa-gesa untuk segera menemui ibu dan menceritakan tentang amanah yang akan dipegangnya untuk menjadi Hafitdoh mewakili sekolahnya. “Assallamuallaikum bu...ibu...,”suara salam Murni sekaligus memanggil ibunya. Betapa bahagiannya Murni ketika melihat ibu dengan wajah sumringah keluar dari kamar dengan masih memakai mukena karena sehabis melaksanakan sholat Dhuhur. “Waallaikumsallam..ada apa tho nduk..kok tak biasanya memanggil ibu tergesa-gesa,”kata ibu terheran-heran. “Bu..dik Murni terpilih untuk mewakili sekolah lomba Tahfidz tingkat kabupaten,”kata mbak Nanik menjelaskan kepada Ibu. Murni masih terengah-engah dan hanya tersenyum memeluk ibu saja. “Alahmdulillah nak...Ibu bangga sama kamu, semoga kamu bisa berhasil menjadi Hafidoh yang selalu alrmahum ayahmu dan ibu harapkan. Termasuk kamu nduk Nanik...ibu juga bangga sama kamu bisa mendorong adikmu dengan selalu bermurojja’ah berdua. “Ibu bangga dengan kalian berdua,” kata ibu sambil memeluk kedua putrinya.

Setelah sholat Dhuhur dan makan siang, Murni mulai mengambil recorder untuk mendengar bacaan dan sekaligus menyimak tanda baca surat-surat yang ada dalam Al Quran. Hal itu terus dia lakukan untuk membenarkan bacaan Al Qurannya. Semangat yang tumbuh dalam hati Murni memang luar biasa untuk menghafal Al Quran. Hal ini didorong oleh cita-cita Murni untuk membawa ibunya sebagai tamu Allah ke tanah suci. Setiap hafalan yang dia baca dengan khusyu selalu memunculkan bayangan ibunya sedang sa’i mengelilingi kabah. Tiba-tiba lamunan Murni buyar, ketika suara gelas pecah terjatuh dari ruang makan. Murni pun beranjak dari kamarnya untuk menuju sumber suara. Nampak Ibu terjatuh dengan gelas yang tumpah berserakan dilantai.

“Ibuuuuu....!!,”teriak Murni dan mbak Nanik memeluk ibunya yang terjatuh dilantai. Nampak ibu lemas dengan wajah pucat masih menggeletak di lantai. Murni dan mbak Nanik bergegas membangunkan ibu, dan berupaya menolong ibu untuk dituntun berbaring ke kamar. “Bu ada apa..?mana yang sakit...?”suara Murni gelisah sambil memijat kaki ibu. “Tidak tahu nduk,...tiba-tiba kepala ibu pusing dan lemes...,”jawab ibu sambil mengelus tangan Murni untuk menenangkannya. “Bu.., besuk istirahat dulu ya jangan membuat kue klepon, mungkin ibu kelelahan dan butuh istirahat,”kata mbak Nanik sambil memijat tangan Ibu. “Iya nduk...mungkin ibu kelelahan dan butuh istirahat sehingga tekanan darah rendah ibu kambuh,” jawab ibu mengiyakan mbak Nanik. Kami berdua langsung memeluk ibu karena itu yang bisa mereka lakukan saat itu.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post