5.KUPU-KUPU TANPA SAYAP
5. KUPU-KUPU TANPA SAYAP
(Tantangan hari ke-5)
#Tantangangurusiana
Ringkasan cerita lalu:
Hujan yang lebat bagaikan firasat bagi bocah kecil bernama Gimun untuk segera pulang kerumah. Bayangan wajah Emak selalu melambai-lambai padanya. Tanpa berpikiran panjang bocah itu berlari pulang membelah hujan deras setelah melepas seragam dan sepatu bututnya. Sesampai dirumah dia menemukan keganjilan mendengar suara tangis kakak dan adiknya yang samar-samar didengarnya dari kamr mandi. Ya..sumber suara itu berada dibalik balai kamarnya...
“Emakk!,”...pekikku setelah aku susul suara itu dari dalam kamar. “Apa yang terjadi sama emak mbak Sri,” suraku bertanya pada kakak perempuanku. “Emboh Le, ini tadi emak pingsan didapur sampai sekarang belum sadar,” jawab mbak Sri terisak-isak. “Pak e kemana mbak?” tanyaku ke mbak Sri. “Sampai sekarang Pak e ning kebonan juga belum kembali,mungkin juga masih ngiyup,”jawab mas Tris kakak nomor tigaku menjelaskan. Aku berlari keluar mencari bapak dengan berbekal payung hitam yang sudah lusuh. Perutku yang lapar tak lagi terasa...yang ada hanya bagaimana aku menemukan pak e.
Sepanjang jalan mataku selalu mengawasi jangan-jangan ada pak e disana. Benar saja Bapakku memang sedang ngiyup di Balai latihan perkebunan kopi. Akupun segera tergopoh-gopoh mengampirinya. “Pak e!...ayo segera pulang Mak e pingsan belum sadar,” suaraku setengah berteriak. Hujan masih deras dan belum reda. Bapakku pun seketika itu langsung berlari tanpa mau aku payungi. Sesampai dirumah Aku sudah melihat mbak Sri dan saudaraku yang lain sibuk mengopres air anget di kaki emakku yang dingin dan tangannya juga. Emakku sudah sadar rupanya... “Alhamdulillah”suaraku lega.
“Bune sebenarnya ada apa tho?’suara bapak bertanya.”Aku tadi pusing hebat dan perutku tiba-tiba terasa sakit yang luar biasa, pake,”suara emak lemah. “Yo wis bune, besuk periksa ke puskesmas moga-moga ketemu obatnya,”jawab bapakku sambil membelai kepala emakku. Bapakku akhirnya berdiri sembari menggendong Nining yang sudah mulai rewel.
Keesokan harinya seperti biasa kami 5 bersaudara setelah bangun pagi, seperti biasa untuk melakukan sholat berjamaah dirumah dengan bapakku sebagai imamnya. Setelahnya kami mempersiapkan apa-apa sesuai tugas kami. Kesadaran kondisi emak yang masih sakit, menyebabkan kakak perempuanku menggantikan tugas emak didapur. Kami tidak pernah mengeluh dengan apa yang kami makan. Pagi itu kami sekeluarga hanya menikmati singkong rebus dari kebun belakang dengan minum air dan teh tanpa gula...semua kami syukuri dengan Alhamdulillah. Dan seperti biasa Gimun kecil berangkat sekolah setengah enam pagi hanya berpamitan dengan kakaknya saja. Dan wajah emak yang dirindukan hanya cukup tergambar dalam benaknya saja. “Mbak Sri!, aku berangkat ya,” pamit Gimun kepada kakaknya. “Ya dik, hati-hati ya,” seraya melambaikan tangannya kepada Gimun.
Setibanya disekolah Gimun dikejutkan dengan tiba-tiba dipanggil bu Neti wali kelasnya. Gimun diminta untuk menghadap keruang Bapak Kepala Sekolah. Ada rasa penasaran dalam benak bocah lugu itu. Tak pernah terbayangkan dibenakny akan dipanggil Bapak Kepala Sekolah, Dalam benaknya hanya emak dan emak saja ...
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga emak baik2 saja...
Apakah Emak cepat sembuh?...tunggu episode berikutnya...
Semifa emak e cepat sehatnya...