WAHYU SAYEKTI

Wahyu Tri Sayekti M.Pd pernah mengajar di SMAN 1 SOOKO Mojokerto th 2000-2004, mengajar di SMPN 3 SARADAN kab.Madiun Th 2004-2005 dan SMPN 1 DAGANGAN kab.Madiun...

Selengkapnya
Navigasi Web
6. KUPU-KUPU TANPA SAYAP

6. KUPU-KUPU TANPA SAYAP

6. KUPU-KUPU TANPA SAYAP

(Tantangan hari ke-6)

#Tantangangurusiana

 

Ringkasan cerita yang lalu:

Tubuh mungil yang kedinginan dan mengigil setelah kehujan sepulang sekolah belum lagi hilang, tiba-tiba dikejutkan oleh kondisi emak yang pingsan membuat shok Gimun. Ketidak berdayaan saudara-saudaranya mendorong bocah kecil itu untuk mencari bapaknya. Dalam pikiran bocah itu menganggap bahwa kehadiran bapaknya bisa menolong emaknya..Belum usai rasa sedih dalam hati Gimun atas keadaan Emaknya, disekolah pun dia mendapat kejutan yang tak pernah dibayangkan oleh Gimun...Sebuah kenyataan bahwa dia dipanggil bapak Kepala Sekolah..

 

       Tok..tok..tangan kecil Gimun mengetuk pintu ruangan Kepala Sekolah. “Silahkan masuk, “suara Bapak Kepala Sekolah dari dalam ruangan. Gimun pun memasuki ruangan dengan wajah bertanya-tanya,”ada apa ya” tanya Gimun dalam hati. Ternyata diruangan itu, Gimun melihat sudah ada dua teman sekelasnya yaitu wulan dan Gito. Dan Gimun kecil pun dipersilahkan duduk oleh bu Neti yang kebetulan sudah ada diruangan itu juga.

       “Anak-anakku sekalian, kalian bapak dan ibu kumpulkan disini karena ada maksudnya,” kata bapak Kepala Sekolah membuka perbincangan. “Bulan depan sekolah kita akan ikut kompetisi siswa berprestasi melalui Cerdas Cermat tingkat Kabupaten,”kata bapak Kepala Sekolah menjelaskan. “Untuk itu kami Tim Guru sepakat untuk memilih kalian bertiga untuk mewakili sekolah kita dengan harapan kalian bisa membawa harum nama baik sekolah,”kata bapak Kepala Sekolah penuh harapan. “Dan mulai sekarang, kalian harus mempersiapkan diri dengan belajar secara intensif untuk beberapa mata pelajaran yang akan dilombakan yaitu, materi IPA, Matematika dan IPS  mulai kelas 3 sampai kelas 5 ya,” Kata bapak Kepala Sekolah penuh semangat. “Untuk teknis bimbingannya akan kami serahkan kepada Ibu Wali Kelas kalian Bu Neti,”kata Bapak sekolah sembari mengarahkan ke wali kelas. “Baik pak, Insyaallah kami Tim Guru siap membimbing anak-anak ini sekaligus mendampinginya sampai kegiatan perlombaan,”jawab bu Neti wali kelas Gimun.

      Setelah dikumpulkan dari ruang Kepala Sekolah, kami bertiga pun kembali kekelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Gimun pun mulai tidak konsen dengan apa yang dijelaskan bu Neti pada mata pelajaran IPA. Pikirannya masih bertany-tanya tentang sakitnya Emak. “Gimun! Jangan melamun coba perhatikan apa yang ibu jelaskan,”suara bu Neti menegurnya.”Ii..iya bu,”suara Gimun kaget dan terbata-bata. Sontak teman-temannya sekelas menertawakan dan dia pun tersipu-sipu malu.

       Teng...teng suara bel menujukan waktu pulang sekolah telah tiba. Aku pun menemui Wulan dan Gito untuk membahas persiapan yang akan kami hadapi bersama. Sambil berjalan pulang kami ngobrol, untungnya arah jalan pulang kami sama dan terpisah pada perempatan desa. “Mun, tak biasanya kamu itu murung lho,ada apa sama kamu?”tanya Gito padaku. “memang ada sesuatu yang mengganggu pikiranku,Git!”jawabku.”Memangnya ada keruetan opo tho,Mun?”tanya Wulan lagi.”Gini lho ceritanya, kemarin pas hujan deras sepulang sekolah si Emakku pingsan dan sadarnya tuh lamaaa banget, aku tak tahu sakit apa emakku kok seperti itu,”Jelasku pada Gito dan Wulan.”Sudah dibawa ke Puskesmas Mun?”tanya Gito.”Ya baru hari ini diantar pak e ke Puskesmas,”jawabku singkat. “Yoo doakan ya.. semoga tidak terjadi sesuatu sama emakku ya,”harapku lirih kepada kedua temanku.”Amiin ,”jawab Wulan dan Gito bersamaan. Ketiga anak itu melanjutkan perjalanan lagi. Sesampai di pertigaan desa mereka pun berpisah dan saling melambaikan tangan.

       Sepanjang perjalan pulang, bibir Gimun tidak pernah berhenti melantunkan bacaan surat pendek dalam Al Qur’an seperti biasa. Air matanya kadang-kadang mengalir disudut matanya yang bening. Tangannya kadang sesekali menarik sabuk celananya yang hanya sekedar untuk mengusir rasa lapar yang tiba-tiba muncul. Selain itu bacaan itu sering dia lantunkan hanya untuk mengusir sepinya selama perjalanan dan sekaligus menghilangkan sedihnya. Bagaimanapun juga peristiwa yang dia hadapi kemarin  masih membuatnya shok untuk ukuran anak seusianya. Baginya emak adalah sumber energi dan sumber kekuatan semangatnya...

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa. Salam Literasi.

04 Jul
Balas

trima kasih ...smoga kisah gimun ini bisa menginspirasi anak-anak tak beruntung secara ekonomi namun bisa tetap berprestasi

04 Jul
Balas

Top bgt...ditunggu kelanjutanya

04 Jul
Balas



search

New Post