(Tantangan hari ke 43)

#Tantangangurusiana

#Cerbung

Ringkasan cerita yang lalu:

Rasa sayang yang nampak pada Murni dan kakaknya kepada ibu mereka memang sangat luar biasa. Perjuangan Ibu menghidupi keluarga tanpa ayah menjadikan Murni dan kakaknya akan terus menjaga ibu mereka jangan sampai jatuh sakit. Ibulah sumber energi mereka saat ini. Demikian pula bagi ibu mereka, Murni dan kakaknya adalah harta mulia yang dimilikinya yang melebihi harta benda didunia...

Pagi masih gelap dan waktu menujukan pukul 04.00 wib, Murni sudah bangun lebih awal dari biasanya. Ternyata pagi hari ini, Murni akan mengahadapi lomba yang selama ini di nantikannya. Lomba Tahfidz Tingkat Kabupaten dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional. Hawa dingin yang masuk melalui dinding bambu rumahnya tak menyurutkan semangat Murni. Sejak tadi ia sudah sibuk menyiapkan baju gamis putih lama namun bersih yang telah dia setrika halus dan digantung dipaku lemari bututnya. Tak lama kemudian ibu dan kakaknya juga sudah menyusul bangun. Suara Adzan Subuh pun sudah berkumandang bersahutan dari masjid dan mushoala. Kami bertiga sudah siap untuk melaksanakan sholat berjamaah dirumah bersama dan ibu bertindak sebagai Imam yang menjadikan suasanan ibadah semakin khusyu.

Murni yang sudah jauh hari telah mempersiapkan diri berlatih pun masih nampak grogi. Maklumlah, lomba itu adalah pengalaman pertama baginya dalam melangkah menuju ke ketingkat kabupaten. Terbayang dibenak Murni suasana ditempat lomba dengan peserta yang hebat. “Nduk...kamu sudah sarapan?”tanya ibu yang tiba-tiba muncul membuyarkan lamunannya. “Su..sudah bu,”jawab Murni kaget. Melihat Murni gugup ibu hanya tersenyum sambil menghampirinya. “Nduk...kamu jangan grogi atau gugup, tetap semangat...Ibu yakin kamu bisa, karena latihan yang panjang yang sudah kamu lalui bersama Ustadz Budi dan Ustadzah Ani bukan waktu yang singkat. Tetap semangat dan teruslah ber Murojah agar kamu tidak gugup,”kata ibu menyemangati Murni. “Insyaalllah Ibu,”jawab Murni sembari memeluk ibunya tercinta. “Ibu meridhoimu dengan doa nak, semoga lombamu nanti lancar dan sukses,”kata ibu sambil mencium kening Murni. “Trima kasih Ibu,” jawab Murni pelan sambil mempererat pelukannya.

Pukul 06.00 wib Murni dan kakaknya berpamitan dan mencium tangan ibunya untuk berangkat sekolah. Sepeda Phonik biru itu terus dikayuh mbak Nanik dengan penuh semangat, dengan terdengar lantunan pelan dari mulut Murni yang terus bermurojaah ayat demi ayat Al Quran. Nampak ada rasa bangga diwajah mabak Nanik kepada adiknya yang hari ini akan membuktikan kemampuannya selama ini dalam menghafal Al Quran.

Sesampai disekolah, Murni langsung menghadap Waka Kesiswaan yang akan mengantarkannya ketempat Lomba. Al Quran kecil hadiah dari alrmahum ayahnya pun tak pernah ketinggalan ia bawa. Setelah berpamitan dengan bapak Kepala sekolah dan bapak ibu Guru Murni pun berangkat dengan kendaraan Sekolahnya dengan didampingi beberapa bapak dan ibu guru Agama. Nampak mbak Nanik dari kejauhan melambaikan tangan kepada Murni dan menyemangatinya dengan lambaian tangan. Ada rasa haru yang tak dapat dia gambarkan saat itu sehingga air mata bening jatuh dipipi Murni.

(Bersambung)