WAHYU SAYEKTI

Wahyu Tri Sayekti M.Pd pernah mengajar di SMAN 1 SOOKO Mojokerto th 2000-2004, mengajar di SMPN 3 SARADAN kab.Madiun Th 2004-2005 dan SMPN 1 DAGANGAN kab.Madiun...

Selengkapnya
Navigasi Web
8. UMROH BUAT IBU

8. UMROH BUAT IBU

(Tantangan hari ke 45)

#Tantangangurusiana

#Cerbung

Ringkasan cerita yang lalu:

Demam panggung yang diraskan Murni membuatnya sesekali mengusap tangnnya yang mulai dingin. Nampak dari jauh pak Irul dan beberapa pendampingnya melambaikan tangan untuk menyemangati. Tiba-tiba ada sebuah energi luar biasa ketika mulutnya terus bermurojaah, Murni bisa merasakan kehadiran Ibu dan alrmahum ayahnya disampinnya. Ada rasa hangat yang membuatnya tenang dan tidak gugup. Penampilannya yang memukau dan luar biasa mampu membuat salah satu ibu pejabat cantik yang mengenakan jilbab emas sampai menitikan air mata. Prestasi juara I sebagai Hafidoh pun berhasil diraih oleh Murni, suatu mimpi yang menjadi kenyataan...

Murni sebagai peraih juara I mampu menghipnotis penonton yang hadir dalam acara tersebut. Setelah Bapak kepala Sekolah dan istrinya memberi selamat, dilanjutkan tamu yang hadir lainnya juga memberi selamat padanya, bahkan ada yang sangat terharu sampai memeluknya. Terlihat Pak Irul dan beberapa guru yang lainnya juga sampai meneteskan air mata haru sekaligus bangga atas prestasi muridnya Murni yang akan membawa nama harum bagi sekolahnya.

Murni masih saja terdiam, dengan piala yang masih dipegangnya. Tatapannya tetap sayu karena tak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Selama dalam perjalanan pulang dia membayangkan Ibu, mbak Nanik dan alrmahum ayahnya pasti akan bahagia melihatnya pulang dengan membawa keberhasilan ini. “Trima kasih Yaa Rabb, telah mengabulkan doa kami,”suara Murni lirih sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Sesampai di depan rumah sederhannya, nampak Ibu dan mbak Nanik menyambut dengan senyum dan wajah berseri. Murni langsung memeluk Ibunya dengan berderai air mata bahagia. Mabak Nanik pun ikut meneteskan air mata dan memeluk Murni dari belakang. Piala penghargaan itu Murni serahkan kepada Ibu dengan bersimpuh dikakinya. Ibu menerimanya sembari mengakat punggung Murni untuk berdiri, Mbak Nanik pun membantu memegangi piala kebanggaan itu. “Ibu bangga pada kalian, telah membuat ibu dan alrmahum ayahmu tersenyum. Kalianlah harta permata ibu yang sangat berharga melebihi emas berlian didunia yang kelak akan membawa ibu dan alrmahum ayahmu kejalan terang disisi Allah. Trima kasih anakku,”ibu pun memeluk kami berdua dengan derai air mata bangga.

Belum hilang lelah Murni, tiba-tiba pintu depan diketuk oleh tamu. Mbak nanik pun beranjak untuk membuka pintu. Nampak yang hadir adalah ibu pejabat berwajah cantik berjilbab emas yang tadi hadir dilomba Tahfidz. Murni pun langsung menyusul kakaknya dengan diikuti oleh ibunya menuju keruang tamu. “Assallamuaalikum, Ibu..mohon maaf bila kehadiran saya mengagetkan Ibu dan keluaraga termasuk Murni,” kata ibu pejabat tersebut. “Waallaikumsallam, tidak ibu...silahkan masuk,”jawab ibu sambil mempersilahkan tamu itu masuk. Nampak wajah ibu pejabat itu melihat situasi disekeliling rumah Murni yang sangat sederhana. Ada rasa iba tergambar diwajah ibu pejabat tersebut ketika menyaksikan kondisi rumah mereka.

“Maafkan saya, kehadiran saya disini mengganggu istirahat ibu dan juga Murni. Tadi dilokasi lomba Tahfidz,saya sangat terharu sekali dengan penampilan Murni bahkan air mata saya tak sanggup saya bendung. Putri ibu membuat saya tersadar dan menjadi jalan hidayah pada diri saya untuk kembali jalan Allah, yang selama ini hampir terlupakan.”kata ibu pejabat itu dengan mata berkaca- kaca. Kami bertiga masih terpaku diam dan hanya mendengarkan saja ibu pejabat itu berbicara.

“Ibu, tadi saya sudah berbicara banyak dengan bapak kepala sekolah dan guru pendampingnya Murni dilokasi lomba, sehingga mendorong saya datang kemari dengan tujuan saya mau minta ijin, ingin mengajak putri Ibu Murni untuk menemani saya umroh bulan depan,”kata ibu pejabat meminta ijin kepada Ibu Murni. Seketika Ibu dan mbak Nanik saling memandang karena tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar. Sedangkan Murni masih menundukan wajahnya dengan mulut membisu.

Akhirnya ibupun membuka suara dan menyampaikan ijin untuk membolehkan kepada ibu pejabat itu, asalkan ibu pejabat tersebut untuk menguruskan ijin ke sekolah Murni. Namun tiba- tiba Murni yang dari tadi hanya terdiam mulai membuka mulut dan menjawab “Tidak!!, “jawab Murni dengan mata berkaca-kaca. Semua yang duduk diruang tamu terkejut dengan respon Murni yang tak biasa itu.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post