Mimpi Diatas Pasir
MIMPI DIATAS PASIR
21 Juni 2020
Semua ini dimulai dari sini yaitu ketidak mungkinan dari gadis remaja yang bernama ita tapi bisa menjadi mungkin dengan melalui proses yang lama dan tak mudah. Angan-angan yang selalu menggantung disetiap perjalan yang tidak tahu kemana dan kepada siapa mengadu agar bisa terwujud...kata mungkinkah selalu menjadi pertanyaan sekaligus jawaban dari setiap gambaran yang muncul,namun jelas dan terkonsep. Keyakinan dari setiap doa dan kerja keras mampu meleburkan kerapuhan dan ketidak berdayaannnya...
Pagi itu aku melihat sepedaku yang lusuh terpakir digarasi sederhana dirumah orang tuaku. Bayanganku melambung kembali pada masa aku SMA dulu. Yang tiap hari kesekolah hanya mengendarai jengki butut untuk kukayuh ke sekolah yang jauhnya kurang lebih 3,5 Km dari rumah. Hamparan sawah dan kebun menjadi pemandangan yang sekarang menjadi perumahan penduduk. Ada rasa rindu bila melalui itu semua karena akan teringat lagi bagaimana beratnya menjadi aku sekarang ini....
Aku adalah gadis remaja bernama ita yang merupakan anak ketiga dan sekaligus menjadi anak ragil dalam keluarga. Bapakku adakah seorang PNS biasa dengan gaji yang sangat kecil sedangkan ibuku adalah ibu rumah tangga yang ikut menyokong ekonomi keluarga dengan berdagang. Pemandangan kerja keras kedua orang tua kami diam-diam terekam dalam benak kami yang saat itu usiaku beranjak remaja. Orang tua kami mengajarkan kedisiplinan dengan setiap subuh sudah terbangun dengan menjalankan ibadah sholat sebagai ritual yang tak pernah kami tinggalkan dan menyusul pekerjaan rumah yang mulai bergotong royong kami pikul. Sebenernya kalau dipikirkan tugas rumah yang dipikul berat untuk ukuran anak sekarang...
Tugas yang harus aku pikul setiap pagi adalah membersihkan rumah, memasak, membukus kue donat dan molen dagangan ibu yang akan dijual ke kantin-kantin sekolah. Cuma sekolahku aja yang tidak di isi ibuku. Entah kenapa...mungkin beliau menjaga perasaan anak-anaknya agar tidak malu kalau ibunya sebagai penjaja kue donat dan molen. Tapi sebenarnya dibenakku tidak seperti itu...entahlah...
Aku selalu bermimpi dan berangan-angan kadang menjadi pertanyaan pada diriku sendiri, “enak ya kalau punya bapak dan ibu pegawai negeri, tiap hari tidak susah payah harus melakukan ini itu. ..belum lagi beban dipandang sebelah mata oleh tetangga bahkan saudara”..Tiba-tiba muncul rasa iba pada ibuku yang setiap hari sudah kelelahan harus kesana kemari untuk mengurus kami. “Trus untuk merubah semua ini aku harus membantu apa?” dalam isak sedihku.
“ Tok...tok....permisi”, suara pintu ruang tamu diketok. “saya mencari ibu ada”, kata tamu pria itu.” Tanpa mempersilahkan dan hanya menjawab dari jendela tralis “Oh..ibu, ada masih sholat dzuhur tunggu ya!kataku. aku pun berlalu mencari ibu dikamar dan menunggunya sampai selesai sholat dzuhur. “Siapa nduk,” suara ibu lirih. “Ada tamu mencari ibu tapi orangnya menunggu diteras”, jawabku. Ibu pun melangkah keluar setelah melepas mukenanya menuju teras depan. "Oalah pak Udin tho..berapa cicilannya”, suara ibu renyah. “Mulai bulan ini bayar cicilannya Rp.20.000. per hari”kata tamu itu yang namanya pak Udin. “Kok larang tho pak.. lha yen radodolan mosok yo ngangsur?”,jawab ibuku dalam bahasa Jawa. Bagaikan petir menyambar batinku uang 20 ribu saat itu sangat banyak nilainya kalau dikruskan sama dengan 200 ribu untuk saat ini. Akupun tak kuat menahan airmata yang langsung meluncur kepipiku..”duh Gusti Allah.. sedemikian miskinkah kami sampai ibuku berutang ke tukang kredit keliling, mosok gaji bapak dan berdagang masih tak mampu mencukupi kami?” suara lirihku.
Hari-hari berikutnya gadis remaja itu pikirannya mulai berontak, mengapa keluargaku seperti itu? aku harus berubah dan tidak mau menderita seperti ibu yang sehari-hari hanya letih dengan keuangan dan beban ekonomi yang sangat berat. Dan kadang ayahpun sering memarahi ibu karena masalah itu. ” Pasti ada yang salah dan harus dibenahi menejemen keuangan keluarga”,gumamku. Sebenarnya aku tak tega melihat ibu terpuruk seperti itu, tapi aku memakluminya karena ibu hanya lulusan Sekolah Dasar atau SD. Setiap aku teringat hal itu aku selalu memanjatkan mimpiku untuk menjadi wanita yang mandiri dengan memiliki gaji sendiri, sehingga aku bisa membahagiakan ibu dan bapakku dan memberi uang jajan anak-anakku tanpa mengganggu keuangan suamiku kelak.
Setelah 3 Tahun kemudian....
Tiba waktunya aku menentukan pilihanku untuk memasuki perguruan tinggi. Aku berada diujung kelas 3 SMA dengan jurusan A3 atau IPS untuk jurusan saat ini. Aku dituntut kerja keras agar bisa masuk perguruan negeri. Cita-cita pun segera dimantapkan untuk memilih jurusan pada perguruan tinggi. Ayahku selalu berpesan, “nduk kowe kudhu bisa mlebu perguruan negeri, mergo bapak ora biso ngragati yen kowe ning swasta”. Yang artinya” Nak Kamu harus bisa masuk perguruan tinggi negeri kalau swasta bapak tidak mampu membiayai”. Seketika itu semangat dalam hatiku mulai bergejolak campur-campur. Kalau masuk perguruan tinggi negeri berarti aku harus berupaya lebih sedangkan aku tidak pernah menikmati bimbingan belajar atau les seperti anakku sekarang. Apa mungkin? Aku sadar ketidak mampuan keluarga kami yang harus berbagi biaya karena pada saat itu kakakku masih menyelesaikan kuliahnya juga. Akhirnya, akupun mulai memantapkan diri bercita-cita untuk menjadi guru dan sesegera mungkin mencari informasi berkaitan dengan jurusan tersebut pada perguruan tinggi yang saat itu bernama IKIP. Kenapa memilih profesi itu karena biaya pendidikannya masih bisa dijangkau oleh orang tuaku dibanding kuliah dijurusan lain. Untungnya aku punya guru yang baik dan mau menolong meminjami buku modul untuk belajar mempersiapkan tes UMPTN atau Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Dan aku memantapkan diri yang kedua kalinya untuk memilih IKIP Malang sebagai finalnya.
“ Alhamdulillah Yaa Allah!”teriakku. aku menangis menghampiri ibuku dan bapakku. Untuk pertama kali namaku terpampang dalam daftar pengumuman koran Jawa Post. Aku diterima diperguruan tinggi yang bernama IKIP Malang dengan jurusan Ekonomi. Mimpi yang tak mungkin bagiku selama ini karena tak pernah Bimbel atau les bisa lolos tanpa menggunakan apapun. Bapakku seraya menghampiriku dengan suara lirih berpesan,”Nduk jadilah kebanggan keluarga ya dan jagalah nama baik keluarga, semoga kamu menjadi orang yang kamu cita-citakan”..Seketika itu air mata tangis membasahi pangkuan ibu yang dengan lembut membelai rambutku. Aku pun rasanya berat meninggalkan keluargaku tapi semua harus berubah..aku harus bisa membanggakan ibu dan bapakku bahkan keluargaku, walau kami keluarga sederhana.
Gadis remaja itu beranjak dewasa seiring statusnya sekarang berubah menjadi mahasiswi Jurusan Ekonomi pada fakultas FPIPS. Perjalanan kuliah dilalui dengan sabar dan sederhana. Untungnya kakak ke duannya sudah diangkat menjadi PNS di Tulungagung sehingga ikut membantu biaya kuliahnya.
4 Tahun kemudian....
Hampir empat tahun setengah perkuliahan dapat ditempuh tanpa hambatan suatu apa sehingga gadis bernama ita lulus sebagai sarjana S1 Pendidikan. Rasanya plong bisa menyelesaikan perkuliahan dikota orang dengan tepat waktu dengan nilai sangat memuaskan. Aku masih ingat tepat pada hari Sabtu, tanggal 11 Maret 2000 aku wisuda dengan didampingi orang tuaku saja. Dengan baju sederhana tapi bersih aku melangkah di altar untuk bersalaman dengan Rektorku dan berpotret dengan beliau. Mimpiku yang kedua mulai terwujud...
Setelah ritual wisudaku hari berikutnya aku sudah bekerja magang pada sekolah dasar di Jombang, dari situ lah karierku berawal. Aku pernah mengajar di SD terpencil Jombang selama 3 bulan dan ketika tahun ajaran baru aku ditawari mengajar di salah satu sma negeri di Jombang sebagai Guru Tidak Tetap. Akhirnya jodohku pun bertemu dilingkungan kerjaku dan kami pun menikah. Dan tak lama dari itupun kami dikaruniai putra yang lucu dan sehat. Bahkan keajaiban berikutnya, aku pun diangkat sebagai PNS setelah mengikuti tes penerimaan CPNS setelah 6 bulan kelahiran putra pertamaku. Alhamdulillah Yaa Allah sujud syukur... perjalan mimpi yang rapuh yang terbungkus dengan tak keberdayaan akhirnya bisa terwujud semuanya walau tak mudah...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar