wahyu Susilowati

Saya Guru Informatika di SMAN 3 Sidoarjo sejak Tahun 2010 hingga sekarang....

Selengkapnya
Navigasi Web
TANGIS SAHABAT

TANGIS SAHABAT

1/

Udara yang sudah mulai bepergian menuju peraduannya. Telah berganti menjadi terik yang menusuk hingga ke pori – pori dan tanpa disadari lotion sun screen sudah lenyap termakan angin.

Kami seluruh warga sekolah hendak berbondong-bondong menuju tempat untuk mengikuti rapid tes. Bulu kuduk pun mulai berbaris tegak dan dada menunjukkan bunyi seperti gendang di tabuh. Saat namaku terpanggil dengan bacaan basmalah aku maju dengan langkah bergetaran. Terlihat jelas para tenaga kesehatan itu dengan berpakaian lengkap ala astronot yang telah memeriksa kami satu-persatu.

Entah kenapa kepala mulai terasa seperti pusing tujuh keliling seperti naik roller coaster yang berputar melaju dengan kencangnya. Perut pun mulai terasa sakit yang ringan, kram dan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum. Karena sudah terbayang akan dilukainya sebatang jarum suntik yang runcing menusuk kulit.

Tidak lama menunggu hasil dengan harapan semua teman dalam satu sekolah dinyatakan non reaktif. Sambil menunggu dengan harap – harap cemas, jantung berdegup kencang. Semua hasilnya kupasrahkan kepada Sang Khaliq, karena hanya kepada-Nya kami mengadu dan hanya kepada-Nya kami berserah. Apapun hasilnya itulah yang terbaik bagi kami semua. Satu persatu hasil diumumkan oleh petugas Dinas Kesehatan saat itu juga.

2/

“Yang dinyatakan reaktif harus mengumpulkan KTP dan menunggu jadwal SWAB yang akan dijadwalkan kemudian. Dan yang non-reaktif silahkan langsung pulang tanpa ada yang bergerombol”. Ucap Petugas Dinas Kesehatan.

“Semoga hasilnya non reaktif ya bu”, ucap Rina kepada ku. “Amiin, semoga sehat semua”, ucapku. Beberapa saat setelah saling sharing dengan menerapkan protocol kesehatan, Petugas memanggil “Rina, ibu Rina silahkan kumpulkan KTP dan masuk ke meja 2 ya bu”.

Dengan piluhnya hati ini, tubuh pun tak berdaya dengan penuh kalut pikiran yang tak karuan. Kenapa hasil itu ditujukan kepada Rina sahabatku? Kenapa bisa virus itu masuk ke tubuh Rina. Tapi tetap dengan pikiran yang positif dan hasil yang diharapkan itu bisa negative saat SWAB nanti.

Dengan tubuh tak berdaya kami pulang dengan penuh kesedihan. Pikiran makin kalut hanya rasa iba dan kasihan yang menimpa sahabatku. Doa terbaik yang dapat Aku berikan semoga tidak menular ke keluarga para sahabatku tadi.

Apalah daya semua itu Hanya Illahi yang dapat menuliskan garis kehidupan kita. Kita hanya bisa Pasrah, Ikhlas dan Sabar menerima keputusan yang telah digariskan. Dengan menunggu jadwal Swab yang sudah dijadwalkan oleh Dinas Kesehatan. Kami masih tetap dengan alunan doa yang tak henti-hentinya terucap supaya kami semua dan seluruh Anggota keluarga Sekolah itu sehat Wal Afiat.

Namun Yang Berkuasa di bumi ini telah menunjukkan kuasanya kepada kami. Yang reaktif semakin berubah statusnya menjadi positif dari hasil Swab yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan. Rani pun merasakan hal itu.

“Rani, bagaimana keadaaanmu? Ucapku. “Hasil SWAB ku Positif”, dengan perasaan sedihnya dan suara yang serak-serak basah seperti telah menangis. Aku hanya sedikit bisa menenangkan Rani, “Lakukan kegiatan yang ringan-ringan saja Ran, Olah raga didepan rumah saja sambil berjemur, tak lupa Sholawat dan berdzikir selalu ya Ran”. “O ya bagaimana keadaan suamimu Ran?”.

Memang dalam beberapa hari saat Rani sebelum tes Rapid mengeluh jika Suaminya telah sakit Maag dan Darah Tinggi sudah 2 minggu yang lalu. Dengan kesigapan Rani dengan ditemani Putri semata wayang nan cantik bisa merawat suaminya yang sedang sakit. Untuk saat ini suami Rani sudah berangsur pulih dari sakitnya. Dan sudah beraktifitas kembali seperti semula.

Selang 3 hari setelah hasil Swab yang pertama muncul. Ada kabar yang tidak mengenakkan didengar oleh telinga ini melalui pesan singkat Grup WhatsApp Keluarga Sekolah kami. Bahwa suami Rani yang bernama Andi telah opname di Rumah Sakit dan berada di ICU. Entah apa yang terlintas di benak Rani saat itu. Kami hanya bisa mensupport dan mendoakan yang terbaik buat Rani.

Hanya Selang 3 Hari kemudian, Rani diharuskan tes SWAB yang kedua. Pagi itu Rani pergi ke tempas tes SWAB yang sdh ditentukan. Dengan sekejab Rani harus segera kembali ke rumah karena putri semata wayangnya sendirian di rumah. Hasil SWAb itu akan dikabarkan melalui ponsel yang sudah mulai tak terlihat angka dan hurufnya. Namun saat itu apa yang ada dalam pikiran Rani saat sambil menunggu kabar dari RS suaminya di rawat. Rani yang masih berdiam dengan duduk termenung di bawah pohon manga yang melambai-lambai daunnya terhempas angin hingga daun-daunnya berguguran itu.

Seperti disambar petir, kabar duka telah hadir dalam genggaman ponsel yang dibawanya itu. Rasa kalut, sedih dan tegar harus diterimanya. Kondisi keadaan tubuhnya yang tidak bisa menemani sang pujaan hati berada di RS saat separuh nyawanya telah diambil oleh sang khaliq. Tanpa ada yang menuntun kalimat tauhid saat di ambil ajalnya. Hanya kata yang terucap “Innalillahi wa innailahi rojiun”. Ponsel itu terjatuh dengan sendirinya, tubuh lemas tanpa ada daya.

Semoga husnul khotimah dan sehat selalu untuk Rani dan putri semata wayangnya. Sebegitu cepatnya virus covid-19 itu menyebar jika ada keluarga yang rentan tubuhnya terhadap penyakit hanya hitungan hari saja bisa merenggut nyawa.

#Cerpen karya peserta Kelas Menulis Cerpen MediaGuru1

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen keren.

14 Sep
Balas

Terima kasih. Ini saya baru belajar

14 Sep

Cerpen yg keren Bunda

14 Sep
Balas

Terima kasih bunda. Ini saya baru belajar karena ada tantangan kelas cerpen

14 Sep



search

New Post