KUS EN KNUFFEL
“Dik, sini dulu,” kataku sambil melambai ke anak perempuan kecilku. Mata sipitnya langsung membulat dan menukas, “Mau peluk ya? Kok papa suka peluk peluk?,Ayolah, mau nggak?” kataku. Dia pun mendekat dan langsung kurengkuh, aku cium cium pipinya yang halus dan empuk. Entah kenapa ada getaran nikmat yang merelaksasi alam bawah sadarku. Ada rasa nyaman mendesir di dada. Walau bau bau asem ledhis dalam bahasa Jawa khas anak kecil habis bermain sesekali tercium aku tidak peduli. Aku ingin mengulang dan mengulang lagi sensasi ini. Semua lelah, suntuk dan entah apalagi dari tempat kerja dan perjalanan pulang menembus kemacetan hilang begitu saja. Lumer.
Ritual ini sudah aku lakukan sejak aku punya anak pertama. Tapi si Kakak sekarang agak segan kalau aku minta peluk dia dan mencium cium pipinya. “Pa, malu...lagian geli jenggotnya,” alasannya. Ah iya, dia sudah bukan anak kecil yang imut dengan pipi kemerahan lagi. Sekarang dia bujang tanggung berumur 12 tahun. Aku harus jaga perasaannya. Jadi sekarang aku hanya kasih high five, tepuk bahu, atau usap usap rambut bob nya bila bertemu. Kadang kalau kangen peluk cium dia, langsung saja kupeluk sambil kucium dalam dalam pipinya. Pertama dia pasti agak berontak. Sedetik berikutnya agak mengendur dan berikutnya ada sentakan halus untuk melepaskan.
Nah lain ceritanya kalau cium pipi dan peluk istri, bisa relaks atau malah tegang. Alih alih mau rekreasi malah jadi kegiatan prokreasi. Lagian belum tentu Si Nyonya Meneer sedang good mood. Bisa bisa malah dicurigai, “Ngapain papa cium cium sama peluk peluk? Tadi lihat cewek seksi ya di jalan?” Lah!!
Jadi itulah caraku melepas kepenatan jiwa. Aku temukan di pelukan dan pipi ke dua belahan jiwaku. Sesederhana itu. Aku tidak perlu buang uang untuk ngopi di warkop, menghisap rokok, atau ngefly dengan zat zat addictive. Cukup kusjes op de wang. Muach muach muach.
(Penulis adalah peserta Workshop Penulis Bahan Literasi Bagi GTK PAUD dan Dikmas Surabaya, 8 sd 11 Agustus 2017)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bahasa santai mengalir, Keren Pak
terimakasih Teh inggy
Siiip..keren mas Dita..ditunggu tulisan lainnya...
saya tunggu tulisan bunda Fressi
saya tunggu tulisan bunda Fressi
saya tunggu tulisan bunda Fressi
Kisah yang sederhana namun dikemas apik dan menghibur. Keren
terimakasih. masih belajar
Kereeen...Kus N Knuffle... ditunggu lagi kisah-kisahnya Mas!
terimakasih bunda
terimakasih bunda
terimakasih bunda
Sae pak Wandita, ritual tersebut juga saya lakukan pada momong saya yang kecil, ketika saya kangen dengan putri putri saya sendiri.
terima kasih bunda astutik. peluk cium buat momongannya
Keren Pak . Saya juga mau ah mencoba nulis kemudian dipublikasikan di web ini. Tapi butuh keberanian juga ya Pak. Berani malu gitu..
bisalah. ibuk khan sudah teruji guru hebat
Melepas kepenatan jiwa? Ada drama Korea, he...he...he.. I like this anyway. Big hug n deep keep for Nadra n Queensha!!!
terimakasih bunda Ari
bagus ceritanya singkat...padat...bermakna dalam dua sisi dalam 1 perlakuan yang sama pengen nulis jg ...bisa gak yaa harus PD ya plus tekan tombol on