Warnoto Fisika

Lulusan UNY tahun 2000 dari Pendidikan Fisika FMIPA, mengajar di SMA N 1 Subah Kab. Batang Jawa Tengah. Minat pada bidang Teknologi, Arsitektur dan Keagamaan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menghadirkan Televisi ke Kelas ( bag 1 )

Menghadirkan Televisi ke Kelas ( bag 1 )

Wah, ini sih perkara gampang. Tinggal panggil Pak Tono ( baca: pesuruh/penjaga sekolah) beres deh. he he. Yah kalau sekedar membawa pesawat tv nya gampang. Tentu maksudnya bukan itu ya Bapak/Ibu guru. Kita menginginkan konten televisi digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa. Sebagaimna kita tahu bahwa televisi memiliki konten beragam. Bidang apapun hampir ada semua. Hampir hampir tidak ada mata pelajaran yang tidak bisa menggunakan televisi sebagai sumber belajar. Oleh karena itu tidak ada salahnya kita manfaatkan konten yang berlimpah ini untuk kegiatan pembelajaran. Di sini kita tidak membicarakan efektifitas penggunaan media televisi untuk pembelajaran melainkan menggali pengetahuan yang agak teknis agar bisa memilih jenis siaran yang sesuai kondisi sekolah.

Kita bisa menggolongkan program siaran stasion televisi menjadi dua. Pertama, adalah stasiun televisi yang menyiarkan program umum. Jenis stasiun ini biasanya menyiarkan programnya secara gratis dan kontennya tidak dibatasi pada bidang tertentu. Keberlangsungan program disokong oleh iklan. Inilah kelemahannya. Kita akan merasa terganggu dengan kehadiran iklan ditengah tengah tayangan program acara. Selain itu jadwal acara biasanya pada waktu waktu tertentu dan tidak ada pengulangan. Hal ini tentu menyulitkan bagi Bapak Ibu pengajar mapel tingkat SLTP dan SLTA yang jadwal mengajar dikelas tertentu telah ditetapkan pada hari dan jam tertentu. Hal ini pasti akan sulit untuk mencari siaran televisi yang sesuai dengan jadwal mengajar Bapak /Ibu guru.

Kelompok kedua adalah stasiun (chanel) terdedikasi. Maksudnya adalah stasiun yang menyiarkan program dalam lingkup bidang tertentu. Misalnya hanya pada bidang pendidikan , olah raga , religi, musik, atau berita saja. Meski ada yang gratis, misalnya yang disponsori oleh yayasan, namun sebagian besar siaran dalam kelompok ini adalah berbayar. Keunggulan jenis siaran ini adalah kualitas gambar yang lebih baik, tanpa iklan, dan waktu yang fleksibel, karena biasanya ada siaran ulang dalam jadwal yang berbeda beda- sehingga sangat tepat sebagai pilihan sumber belajar.

Berikut akan penulis uraikan bagaimana Bapak ibu bisa menghadirkan chanel pilihan ke dalam kelas. Hal pertama adalah memahami bagaimana siaran televisi dipancarkan. Hal ini penting terkait dengan peralatan yang harus di sediakan dan pilihan chanel yang mungkin dapat di akses di wilayah tempat kerja Bapak Ibu. Secara umum saat ini di Indonesia kita masih mendapati dua jernis teknologi siaran. Pertama adalah siaran tv analog dan kedua siaran tv digital. Siaran tv analog menggunakan perangkat analog dari stasiun pemancar sampai pesawat penerima. Kelemahannya adalah gambar tidak ‘cling” dan mudah terganggu saat cuaca buruk. Hal ini adalah sebagai akibat sifat transmisi gelombang elektromagnetik yang mudah terpengaruh oleh gejala kemagnetan dan kelistrikan dari sumber lain . Adapun kelebihannya adalah teknologinya yang berharga murah. Termasuk harga pesawat penerimanya. Teknologi ini masih populer ditengah tengah masyarakat. Oleh karenanya, penulis tidak perlu menjelaskan lebih detil. Cukup mennggunakan antena tv populer dan pesawat televisi apapun yang ada di pasaran dapat digunakan untuk menangkap siaran analog. Siaran TV analog bersifat gratis dan regional, artinya dapat diselenggarakan oleh stasion lokal/daerah dengan dukungan sponsor. Oleh karena sifat regional maka kontennya dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Apabila Bapak /Ibu memandang konten lokal layak sebagai sumber belajar (untuk mapel tertentu) maka jenis siaran ini dapat dihadirkan di kelas. Biasanya siaran tv nasional juga dapat ditangkap secara lokal melalui pancaran relay. Menghadirkan siaran analog merupakan alternatif termurah belajar melalui televisi.

Sementara itu siaran digital merupakan cara pemancaran siaran dengan pengcodean. Sebelum masuk pemancar, konten siaran dicoding terlebih dahulu. Hasil codenya ditransmisi sampai ditangkap oleh pesawat penerima. Alat terpenting untuk menangkap siaran digital disebut receiver, decoder atau Set Top Box (STB). Disebut decoder karena fungsi utamanya adalah mengcode kembali konten siaran agar dapat dinikmati oleh pemirsa sama persis dengan konten sebelum masuk antena transmisi. Decoder biasanya merupakan alat tersendiri/terpisah dari layar tv, oleh karena itu untuk menikmati siaran digital tidak harus dengan pesawat televisi, decoder dapat dipasangkan dengan monitor atau proyektor.

Siaran digital memiliki kelebihan diantaranya kualitas gambar yang lebih bagus karena transmisi digital tidak mudah terganggu oleh gejala kelistrikan maupun kemagnetan. Siaran digital lebih tahan gangguan cuaca. Adapun kekurangannya adalah peralatan yang digunakan lebih mahal. Kekurangan yang utama justeru keterbatasan penyedia siaran regional. Hal ini karena pemerintah belum mengeluarkan regulasi meskipun target sebelumnya bahwa pada tahun 2017 siaran televisi harus sudah bermigrasi ke sistem digital. Satu satunya harapan untuk saat ini adalah memanfaatkan siaran digital DVB-S.

Perlu diketahui bahwa siaran tv digital di Indonesia dibedakan menjadi tiga yaitu Siaran TV Kabel, Siaran TV Satelit dan Siaran TV lokal/teresterial. Siaran TV kabel terintegrasi dengan layanan internet sehingga teknologinya dikenal sebagai IPTV ( Internet Protocol Television ). Siaran TV Satelit menggunakan teknologi DVB-S ( Digital Video Broadcast Satelite ) sementara Siaran TV Lokal menggunakan teknologi DVB -T ( Digital Video Broadcast Teresterial ). Baik TV satelit maupun teresterial saat ini telah mencapai teknologi generasi ke-dua sehingga masing-masing memiliki sebutan DVB-S2 dan DVB-T2

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah kupasan teknologi televisi yang sangat konferensif. Kalau saya bawa modem ke kelas he..he... Terus menginspirasi, sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah buah pak Wahyu

16 Feb
Balas

Masing-masing cara memiliki keunggulan dan kelemahan Pak Mulya. Modem misalnya akan sangat praktis untuk daerah yang tercover layanan operator. Sayangnya tidak semua wilayah seperti itu. Sementara televisi dipastikan bisa mencover seluruh wilayah tanah air. Brakallah.

16 Feb

Alhamdulillah, jika demikian pastilah anak-anak akan antusias belajar. Waah...ini dia guru Fisika kualitas super yang menginspirasi. Tidak terpaku pada rumus-rumus fisika yang sesuatu banget rasanya....hehehe. Jazakallah khoir untuk tulisan informatif dan inspiratif ini, Pak Guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

17 Feb
Balas

Terima kasih Bunda apresiasinya. Sukses dan berkah juga untuk Bunda sekeluarga.

17 Feb

Wowwww, pasti anak - ansk senang yah Pak. Sukses selalu dan barakallah

16 Feb
Balas

Begitulah harapannya Bunda. Sukses dan barokah, amin.

17 Feb

Wah pasti siswanya betah...Pak Noto..apalagi nyetel Tayo ...hi..hi...Barakallah...

16 Feb
Balas

wow. berarti saya harus impor siswa PAUD

16 Feb

Salah satu strategi menambah antusias belajar siswa. Sukses Pak Noto beserta anak didik...

16 Feb
Balas

Semoga demikian Bu Fila. Barakallah.

16 Feb

Informatif pak guru. Ditunggu lanjutan tulisannya. Barakallah

16 Feb
Balas

InsyaAllaah Bu Fera, terima kasih dah membaca.

16 Feb



search

New Post