Warnoto Fisika

Lulusan UNY tahun 2000 dari Pendidikan Fisika FMIPA, mengajar di SMA N 1 Subah Kab. Batang Jawa Tengah. Minat pada bidang Teknologi, Arsitektur dan Keagamaan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Wanita Memimpin Doa

Wanita Memimpin Doa

Kemarin sore setelah jam kantor saya mengikuti rombongan besuk teman di Rumah Sakit. Agak dongkol juga dalam perjalanan karena harus berlama lama di dalam bus hanya untuk menempuh jarak dua puluhan kilometer. Memang saya terbiasa nyepeda motor dengan laju yang menyesuaikan keinginan sendiri, bukan keinginan supir. Aku adalah imam untuk diriku sendiri. Namun begitu, perjalanan kali ini lancar meski harus merayap.

Banyak pelajaran yang bisa diambil saat membesuk teman yang sakit. Pertama tentu saja mengingatkan betapa sehat itu nikmat, sehat itu penting dan sakit itu merepotkan diri sendiri serta orang lain. Begitu merepotkannya sampai-sampai teman yang sakit ini juga tidak memberi kabar pihak kerabat dan anaknya yang sekolah di luar kota.

Pelajaran kedua adalah berhubungan dengan judul tulisan ini. Sebagaimana biasa protokoler acara besuk teman sakit diawali sambutan wakil rombongan, dalam hal ini diwakili Waka Humas Sekolah. Inti sambutannya tentang keprihatinan keluarga besar atas musibah, harapan kesabaran dan doa kesembuhan. Tentu saja doa yang ini adalah masih sekedar pernyataan basa-basi. Sambil mendengarkan sambutan saya bersiap kalau-kalau saya menjadi korban tembak di tempat untuk memimpin doa yang sebenarnya. Di sisi lain saya juga berfikir akankah doa ini diwujudkan secara real ? Bukannya saya ragu untuk mendoakan teman yang sakit ini yang kebetulan non muslim, tetapi barangkali pak Waka Humas yang ragu. Namun, dipenghujung sambutan pak Waka Humas meminta doa real. Adapun yang terkena sasaran tembak untuk memimpin doa adalah sosok yang di samping kanan saya. Al hamdulillah, saya selamat karena tembakannya meleset.

Sementara saya plong dan bahagia, namun tiba-tiba saya bingung harus bagaimana. Ternyata sosok tersebut adalah seorang wanita. Memang beliau guru agama sehingga layak pak Waka Humas menunjuknya. Tetapi, sikap kehati-hatian saya menjadikanku mati gaya. Berbagai pertanyaan muncul di fikiran. Bolehkah saya mengaminkan doanya ? Bukankah doa adalah ibadah yang tata caranya sudah ditentukan? Bolehkah perempuan memimpin ibadah ? Untuk konteks ini ilmu saya belum nyampe. Sementara saya tetap mengangkat tangan namun saya berdoa sendiri dan tidak berniat untuk menjadi makmumnya. Akhirnya prosesi pun selesai dan saya kembali bermakmum kepada pak supir untuk kembali pulang.

Dalam perjalanan pulang saya membuka ponsel dan browsing tentang topik ini. Saya menemukan beberapa situs yang mebolehkan dan melarangnya. Namun sudut pandangnya berpijak pada hukum suara perempuan. Tentu saja kesimpulannya menjadi bertolak belakang karena suara perempuan dapat dihukumi sebagai aurat menurut suatu mazab dan juga bukan aurat dalam mazab lainnya. Sementara dalam keyakinan saya sampai tulisan ini terwujud adalah perempuan tidak boleh menjadi imam doa. Saya berpegang pada kaidah fikih bahwa jenis dalil itu ada dua yaitu dalil umum dan dalil khusus. Suatu masalah jika memiliki kedua jenis dalil ini maka yang kuat untuk digunakan adalah dalil khusus. Sebaliknya jika tidak ditemukan dalil khusus maka digunakan dalil umum.

Dalam kontek imam doa belum ditemukan dalil khusus tentang wanita yang menjadi imam untuk jamaah yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu saya berpegangan pada dalil umum tentang larangan seeorang wanita untuk menjadi pemimpin laki-laki sebagaimana tersurat dalam kitab suci misalnya QS. Ali Imran: 36. Saya berharap ada gurusianer yang menulis topik ini secara khusus (*)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nunggu Abah Legimin Sukri berkomentar Pak Warnoto

21 Feb
Balas

Iya Pak, Barakallah.

21 Feb

Saya juga awam Pak...tapi kalo yang besuk ibu-ibu PKK saya juga kena tembak mimpin doa, walau sebenarnya ya belum pantas memimpin. Semangat pagi, sehat selalu. Barakallah Pak Guru..

21 Feb
Balas

terima kasih Bu Marlupi. Yang penting kita selalu belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan.

21 Feb

Saya setuju dengan pendapat Pak Guru. Ilmu saya tentang hal ini, juga sangat kurang. Tetapi berangkat dari kebiasaan di tempat kami ketika berdoa di tengah jamaah laki-laki dan perempuan, maka imam doanya adalah laki-laki. Pastilah kebiasaan ini ada dalilnya. Betul Pak Guru bilang, semoga ada tulisan gurusianer yang mengupas tentang hal ini. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.

21 Feb
Balas

Wah..Saya kurang paham Pak Noto..ikut yang biasa saja....

21 Feb
Balas

Monggo Bu Rini, kalau mau ikut yang biasa gratis biaya pendaftaran he he

21 Feb

Saya juga mau. Hihihi..pak W emang wow.

21 Feb
Balas

Eih.. Monggo Pak Yai. Kulo tenggo fatwanipun. Maturnuwun.

21 Feb

Yang jelas kebiasaan seperti itu tidak salah, mewariskan dan melestarikan hal baik tentu jauh lebih baik. Yah semoga saja ada yang tertarik dengan topik ini. Barakallah untuk Bunda Raihana.

21 Feb
Balas



search

New Post