Warsiti

Navigasi Web

Nak, Ambillah Hatiku, Mari Kugenggam Hatimu (2)

Yayasan Al Muhajirin tidak jauh dari tempat tinggal kami. Yayasan ini didirikan oleh para pendatang dari Kalimantan Selatan, yang biasa disebut orang Banjar. Pagi pagi aku diantar suami ke tempat tersebut. Tampak beberapa gedung. Masjid besar berada di sebelah kanan pintu gerbang. Suasana lengang, mungkin proses belajar mengajar sedang seru - serunya.

Seorang ibu guru sedang berada di sebuah teras. Aku bergegas menghampiri.

"Maaf Bu , kepala sekolahnya ada? "

"Ada, Silahkan masuk. " Aku melongok ke dalam kantor. Lengang, tak ada satu orang pun . Kembali aku mendekati ibu tersebut.

" Maaf , Ibu kepala sekolahnya ya. "

" Iya, ayo silahkan masuk. " Kata ibu tersebut sambil masuk kantor. Aku mengikutinya dari belakang. Setelah duduk, Ibu kepala sekolah menanyakan tujuanku datang kesini.

Ibu kepala sekolah memperkenalkan diri bahwa beliau kepala sekolah MA, sedang untuk MTs lain lagi orangnya, demikian juga untuk MI. Akan tetapi kantornya menjadi satu. Aku ditanya ijazah apa yang aku bawa. Kuceritakan bahwa aku berniat untuk mengajar MI, tetapi ijazahku masih dalam pengiriman dari Banda Aceh, belum sampai, untuk sementara kusodorkan ijazah D2 Matematika.

Masuklah seorang bapak guru ke dalam kantor. Bu kepala sekolah mengenalkan aku kepada bapak tersebut dan menceritakan tujuanku datang kesini.

"Wah, kebetulan Kami belum punya guru IPA, apakah Ibu mau?" Kata bapak tersebut yang ternyata kepala sekolah tingkat MTs. Kuterima tawaran bapak kepala sekolah MTs. Toh nilai IPA ku gak jelek jelek amat waktu SMA, lagian aku juga jurusan IPA.

" Saat ini kelas tiga C sedang kosong, Ibu bisa langsung mengajar. Tapi perlu Ibu tahu, kelas ini anak anaknya sangat nakal, kemarin aja Ibu Isah dibuat mereka menangis. " Hatiku berdegup, aku harus persiapkan diri baik - baik. Aku tak mau menjadi pecundang.

Kelas tiga C berada paling ujung. Dengan langkah mantap aku masuki kelas ini. Jumlah muridnya sekitar tiga puluhan. Murid laki lakinya besar besar sebesar suamiku. Ku sapu pandanganku keseluruh kelas. Beberapa mata anak anak perempuan memandangku dengan sinis. Aku sudah siap menakhlukkan mereka. Bismillah, ini adalah pertarungan keduaku. Dengan tegas aku berdiri di depan kelas. Ku perkenalkan diriku pada mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat Bund. Taklukan hati mereka dengan sentuhan cinta, insyaallah mereka menggelepar seperti ikan di daratan. Sukses selalu dan barakallah

15 Feb
Balas

Makasih support nya Bu. Aamiin

15 Feb

Potret wanita tangguh, njajah deso milang kori !!

10 Mar
Balas



search

New Post