#TantanganMenulisGurusiana

#Pentigraf-122

GEGARA KARTU UCAPAN

Pentigraf by Warsono

War merebahan badan. Rasa nyaman menjalari tubuhnya setelah kelar mencuci mobil dan dua sepeda motor. Kebetulan hari Minggu ini ia tidak nggowes. Gerimis pagi memaksa War dan beberapa teman komunitas gowes membatalkan rencana bersepedanya. Kejutan ulang tahun dari istri dan anak-anak yang akhirnya mengisi agenda Minggu paginya. Saat rebahan sambil membuka-buka sosmed di gawainya, Nik istrinya mendekat. Nampak tangannya membawa sesuatu di balik punggungnya.

“Pah, selain kado dari kami, Papah dapat ucapan atau kado ulang tahun dari siapa lagi?” Raut mukanya dibuat semanis mungkin meski hatinya nyesek. Coba, Mas War jujur apa tidak, kata hatinya. War sepertinya tahu ke arah mana pertanyaan itu ditujukan dan kenapa Nik bertanya demikian. Dengan senyum mengembang, War menanggapinya tenang. “Kasih tahu nggak ya?” Nik jadi mekin geram dibuatnya. Sempat-sempatnya bercanda untuk hal yang seserius ini? Ia merasa dipermainkan. Ditunjukannya kotak kado motif batik coklat dan sepucuk ucapan ualng tahun.

Nik kian dongkol, War masih cengengesan menanggapinya. Seolah tanpa dosa, berlawanan diametral dengan prasangka hatinya. War bangkit, duduk di tepi ranjang. Diraihnya tangan Nik yang masih memegang kotak kado dan kertas ucapan. Dirangkulnya Nik dengan lembut. War mengambil kertas ucapan dari tangan Nik. “Coba perhatikan baik-baik. Apa Mama benar-benar belum pernah melihat tulisan tangan ini? Cermati coba, ingat-ingat. Pasti Mama pernah melihat gaya tulisan itu. Masih cemburu? Karena ada kata-kata “Mas War sayang” begitu? Ah, kamu benar-benar kakak yang kurang perhatian. Itu dari adikmu, Nunuk. Dari Batam ia mengirim paket itu ke kantor kemarin. Wajar kan adik menyapa kakak dengan kata ‘sayang’?” Panjang lebar War menjelaskan. Nik tersipu dibuatnya.

Cilacap, 7 Desember 2020