MEMBAWA SPIRIT MASJID KE DALAM RUMAH
#TantanganMenulisGurusiana
#Day86
MEMBAWA SPIRIT MASJID KE DALAM RUMAH
Oleh: Warsono
Marhaban Yaa Ramadhan. Akhirnya bisa bersua kembali dengan Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan maghfirah. Meski di tengah situasi tidak normal akibat wabah corona atau pandemi covid 19, syukur kita tetap terpanjat kehadirat Illahi Robbi. Atas kemurahan-Nya jualah kita masih dapat menikmati indahnya Ramadhan.
Memang terasa hambar ibadah Ramadhan 1441 H tahun ini. Kegairahan kaum muslimin dan muslimah menyambut malam pertama Ramadhan seolah sirna. Biasanya tiap malam pertama Ramadhan umat muslim di kompleks perumahan kami berbondong-bondong menuju masjid untuk menunaikan sholat Isya dan tarawih berjamaah. Saking banyaknya hingga pengurus masjid memasang tratag tambahan di halaman masjid. Kaum muslimah atau ibu-ibu dan anak perempuan yang menempati area tambahan ini.
Tahun ini, terhitung sejak 1 April 2020 pengurus masjid di perumahanku memutuskan untuk menutup masjid dan menghimbau jamaah melaksanakan ibadah sholat lima waktu di rumah masing-masing. Termasuk sholat Jum’at supaya diganti dengan sholat Duhur di rumah. Kebijakan ini diambil tidak lain untuk memenuhi himbauan pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia dalam rangka social distancing dan physical distancing sebagai upaya pencegahan penyebaran covid-19 melalui kontak langsung.
Sebagai sekretaris ta’mir masjid, aku yang biasanya disibukkan dengan tugas menyusun jadwal dan mengundang imam sholat tarawih dan penceramah kultum dari luar, pun kini adem ayem. Tidak ada jadwal imam taraweh, jadwal penceramah kultum, jadwal khotib Jum’at, jadwal takjil TPQ, jadwal kajian ahad pagi, jadwal kajian remaja dan lain-lain aneka kegiatan di bulan Ramadhan. Bukannya suka karena ‘tidak kerja’ tetapi justru prihatin. Masjid sepi, tak ada riang anak-anak mengaji pada sore hari. Tidak ada wajah-wajah ceria saat buka bersama. Tidak ada lantunan ayat suci ba’da tarawih oleh remaja dan orang tua yang sudi menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan. Syiar Islam dari masjid-masjid kini seolah mati suri. Hanya adzan penanda masuk waktu sholat yang kini masih lantang berkumandang, dengan tambahan lafadz “Shollu fii buyutikum” yang artinya “Sholatlah di rumah kalian masing-masing.”
Meski begitu situasinya, alhamdulillah banyak warga yang masih semangat membawa spirit masjid ke dalam rumah masing-masing. Termasuk keluarga kami. Sholat tarawih pertama kami lakukan di dalam rumah. Satu kamar yang biasanya berisi tumpukan pakaian yang belum disetrika, disulap menjadi musholla. Anak-anak dengan dikomandoi ibunya dengan semangat membersihkan, mengepel dan memasang kipas angin. Jadilah kamar itu mushola selama sebulan ini, atau mungkin berlanjut. Jika situasi sudah kembali normal, sholat kami kembali di masjid. Kebetulan rumah kami tidak jauh dari masjid. Di rumah hanya dalam situasi tertentu saja.
Aku sebagai kepala keluarga bertindak sebagai imam sholat, anak laki-laki satu-satunya yang kini duduk di bangku SD kelas VI sebagai muadzin dan bilal. Istri dan dua anak perempuan kami makmum di shof terkhir. Sebagaimana di masjid, setelah sholat Isya ada kultum atau kuliah (baca: tausiyah) tujuh menit. Kali pertama sebagai imam aku menyampaikan sedikit penjelasan kenapa kita harus sholat tarawih di rumah. Kami melaksanakan tarawih delapan roka’at dengan empat kali salam dan tiga rokaat witir.
Usai sholat, seperti di masjid, kami tadarus bersama. Lima orang menggemakan Kalam Illahi di ruangan yang tak begitu luas. Meski hanya 20 menit anak-anak mendaras, cukuplah sebagai syiar dan amalan sunnah di bulan Ramadhan. Kami, aku dan istri bertahan hingga masing-masing khatam satu juz. Memang kami sudah berkomitmen untuk tadarus Al-Qur’an minimal dua juz sehari semalam.
Selain tadarus untuk sendiri, aku juga ada tadarus kelompok dengan teman-teman sesama guru di sekolah. Satu kelompok ada 10 orang, tiap anggota terjatah 3 juz yang harus diselesaikan dalam waktu 3 hari. Istilah kerennya One Day One Juz. Ada dua kelompok bapak ibu guru di sekolah kami. Setiap yang sudah selesai satu juz lapor pada admin tiap grup melalui WA grup.
Subuh pun kami berusaha membawa spirit masjid di rumah, meski tidak ada kuliah Subuh seperti di masjid. Usai Subuh berjama’ah, anak-anak minta tidak ikut tadarus. Mereka melanjutkan tidur lagi. Kami tidak memaksa mereka untuk kembali melanjutkan mendaras Al-Qur’an, dengan janji ba’da tarawih harus. Tidak boleh bolong, kecuali yang perempuan pas datang bulan. Kami berdua dengan istri kembali melanjutkan tadarus hingga target satu juz lagi tercapai.
Kami menuliskan ini tidak bermaksud riya. Sungguh, tidak ada maksud itu sama sekali. Yang ada dalam benak kami adalah keinginan untuk mengajak berburu pahala dan berkah di bulan penuh berkah. Meski di tengah situasi tidak normal, meski kita di rumah saja, namun semangat beribadah atau spirit masjid harus tetap kita jaga. Kita bawa ke rumah agar syiar Islam tetap ada dari rumah kita masing-masing. Sekaligus untuk mewarnai, menerangi rumah kita dengan bacaan Al-Qur’an. Itu saja, sekali lagi tidak bermaksud riya atau pamer ibadah. Kami berlindung dan memohon ampun pada Alloh dari dosa riya.
Wallohu a’lam bishowab.
Cilacap, 24 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Di gang saya masih di mushola tapi dg jarak 1m pak, semoga Alloh melindungi kita semua. Semoga kita meriah kemenangan
Aamiin... Semoga sehat2 saja bu Nikmatul.
Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita di bulan suci Ramadhan ini. Aamiin
Aamiin. Syukron katsir, Ibu Erwin
Maa Syaa AllohSemoga istikomah Barokallohu
Aamiin... Terima kasih doanya, Ibu. Foa yg sama utk bu Yiyis dan klrg
Alhamdulillah...semoga ibadah puasa tahun ini, lebih baik daripada tahun kemarin Pak..salam Literasi
Aamiin... Terima kasih telah sudi mampir, bu Sriut. Salam literasi