MENAMBAH KOLEKSI PERPUSTAKAAN PRIBADI
#TantanganMenulisGurusiana
#Day17
Selain sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik, koleksi perpustakaan pribadi perlu dirawat dengan sering dibuka-buka, atau ditata ulang. Tujuannya agar tidak lekas berjamur atau tropis (muncul bercak kuning kecoklatan terutama pada buku dengan kertas buram). Paling mudah ya dibaca, karena dengan dibaca otomatis dibuka dan langsung ketahuan seandainya muncul jamur atau ada ngengat atau kutu buku.
Selain dirawat, agar koleksi perpustakaan pribadi bertambah, tidak itu-itu saja, ya harus ditambah. Ada beberapa cara untuk menambah koleksi perpustakaan pribadi.
1. Membeli
Membeli buku yang dimaksud di sini bisa beragam cara, seperti:
a. Membeli langsung di toko buku. Dengan membeli langsung di toko buku bisa mendapatkan buku terbitan terbaru. Apalagi kalau kita menjadi member toko tersebut, kita dapat memperoleh potongan harga juga.
b. Membeli buku pada pameran atau bazaar buku. Akhir-akhir ini banyak even pameran buku atau bazaar buku digelar, baik oleh dinas terkait, komunitas menulis maupun toko buku besar atau event organizer buku. Pada pameran buku biasanya banyak dijual buku ‘obral’ atau diskon gede-gedean. Bukan buku bekas, tapi biasanya buku yang sudah lama, meski tidak lama-lama amat. Bagi book lover, lama atau baru tetap dianggap buku baru sepanjang belum pernah membacanya.
c. Membeli kepada sesama guru penulis. Bisa secara langsung jika domisili penulis dan pembeli memungkinkan saling bertemu muka. Misal dalam satu komunitas atau satu daerah. Jika tidak memungkinkan transaksi langsung karena terkendala jarak, pembelian dapat dilakukan secara online.
d. Membeli di toko buku online. Moda belanja di era industri 4.0 kini lebih cenderung pada belanja daring (online). Ini sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan telekomunikasi yang merambah ke segala bidang, termasuk perilaku belanja masyarakat. Tak terkecuali toko buku, baik besar maupun kecil, penerbit maupun reseller. Banyak kemudahan didapat baik oleh pedagang maupun pembeli dengan tren belanja tersebut.
2. Tukar Buku atau barter
Sebagaimana pernah disunggung pada tulisan sebelumnya, tukar buku atau barter dapat dan biasa dilakukan oleh sesama guru penulis, untuk saling mengapresiasi karya buku tanpa harus mengeluarkan biaya untuk membeli. Jika jarak tak memungkinkan serah terima secara langsung, hanya dibutuhkan ongkos kirim saja. Bea kirim pun beragam, dapat dipilih sesuai pagu waktu pengiriman. Bisa pilih yang reguler, kilat atau superkilat. Perusahaan ekspedisi pun banyak pilihan, tidak lagi ada dominasi dan monopoli seperti beberapa waktu yang lalu.
3. Menulis dan menerbitkan buku sendiri
Cara ini dapat ditempuh oleh penulis yang produktif menulis dan mau menerbitkan bukunya, bukan sekedar membaca buku yang sudah ada. Selain untuk menambah koleksi, juga merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Apalagi jika buku karya sendiri tersebut bisa mejeng di rak-rak buku perpustakaan pribadi sesama guru atau perpustakaan sekolah, bahkan toko buku. Jika tidak, minimal bisa menambah koleksi perpustakaan pribadi.
4. Mendapatkan buku secara cuma-cuma
Memang bisa? Mungkin itu pertanyaan yang ada di benak kita. Jawabnya pun sederhana: Kenapa tidak? Pengalaman penulis ada beberapa cara mendapatkan buku secara cuma-cuma alias gratis.
a. Dari stand pameran atau ekspo. Ada stand yang menyediakan buku gratis untuk pengunjung, biasanya stand instansi pemerintah.
b. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh komunitas menulis atau Balai Bahasa. Panitia seringkali memberikan bonus buku bagi peserta, bisa buku karya anggota komunitas maupun buku produk Balai Bahasa.
c. Mengikuti even menulis dengan imbalan buku terbit karya bersama sesama peserta even. Biasanya diselenggarakan komunitas menulis di dunia maya.
d. Mengikuti acara atau kegiatan dengan doorprize buku. Ini pernah penulis alami pada dua kegiatan berbeda yang panitia penyelenggaranya menggandeng sebuah toko buku sebagai sponsornya.
e. Mengajukan permohonan ke instansi pemerintah yang menerbitkan buku dan bisa dibagikan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan, misal Perpustakaan Nasional, Direktorat Kebudayaan Kemdikbud, Balai Bahasa, Pusat Perbukuan. Bisa juga ke penerbit swasta yang menerapkan anggaran CSR-nya untuk donasi buku. Tatapi yang terakhir biasanya ditujukan pada perpustakaan institusi seperti perpustakaan sekolah, taman bacaan masyarakat,
Cilacap, 15 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga guru guru digurusiana termotivasi untuk membaca dan membeli dan membuat buku
Aamiin. Itu yg diharapkan, bu Yuswariani