PUISI ABADI SUARA HATI ISTRI (Sebuah Resensi Novel Suamiku Bukan Suamiku)
#TantanganMenulisGurusiana
#Resensi
PUISI ABADI SUARA HATI ISTRI
Sebuah Resensi Novel “Suamiku Bukan Suamiku”
Resensi Oleh: Warsono
1. IDENTITAS BUKU
· Judul : Suamiku Bukan Suamiku
· Penulis : Ni’matul Khoiroh
· Penerbit : CV. Cipta Media Edukasi
· Tahun Terbit : 2020
· Tebal : v + 100
· Dimensi : 14,8 x 21 cm
· Edisi Cetakan : Pertama, Juli 2020
· ISBN : 978-623-290-017-2
2. SINOPSIS
Rizkia seorang istri yang selama tujuh tahun pernikahannya dengan Rasyid tidak pernah merasakan kebahagiaan berumah tangga. Sejak pernikahannya, Rizkia sangat jarang mendapatkan perlakuan hangat, manis, romantis sebagaimana didamba setiap pasangan suami istri. Bahkan nafkah batin pun bisa dihitung dengan jari (hal 2). Sikap dingin dan cuek Rasyid dilatarbelakangi pernikahan atas dasar perjodohan oleh orangtua, bukan atas dasar cinta. Beruntung Rizkia memiliki Gibran, anak semata wayang mereka yang begitu sayang dan pengertian pada Rizkia, mamanya. Dialah sebenar “hiburan” bagi Rizkia
Rasyid tidak dapat move on dari Rani, cinta pertamanya sejak di bangku SMA. Cinta lama bersemi merimbun saat reuni. Tak tanggung, Rasyid menikahi sirri Rani yang sudah berstatus janda. Rizkia tidak bisa menerima kenyataan harus diduakan. Keutuhan rumah tangga yang selama ini dipertahankan harus berakhir dengan perceraian. Hak asuh Gibran ada pada Rizkia. Untuk lebih fokus membesarkan Gibran, Rizkia mengontrak rumah di dekat sekolah tempat tugasnya.
Dalam kesendirian, karir Rizkia sebagai Kepala Sekoah justru melejit. Ia berhasil meraih predikat juara Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Nasional. Di sisi lain, ada dua pria yang sama-sama perhatian padanya dan Gibran. Reyhan, pengawas muda yang menaruh hati dan sangat sayang pada Gibran karena melihat sosok masa lalu dirinya ada pada anak Rizkia itu. Meski tak dapat dipungkiri, benih-benih cinta pun mulai tumbuh pada Rizkia.
Pria kedua adalah Farhan, lelaki masa lalu Rizkia saat masih kuliah yang secara tak sengaja bertemu di Jakarta pada ajang pemilihan KS Berprestasi Tingkat Nasional. Rizkia sebagai salah satu peserta, dan Farhan sebagai dewan juri. Keceriaan Farhan tak berubah, termasuk cintanya pada Rizkia. Ia masih menjomblo karena belum menemukan sosok yang diinginkannya, dan hanya ada pada Rizkia. Kegalauan melanda Rizkia saat secara kebetulan Reyhan dan Farhan bertemu dalam satu tempat dan waktu bersamanya.
Farhan lebih beruntung mendapatkan cinta Rizkia, karena lebih dulu tiba di rumah orangtua Rizkia dan melamarnya. Sementara Reyhan yang terambat datang dengan tujuan yang sama hanya dapat melepas kerinduan dengan Gibran yang amat disayangnya. Reyhan hanya bisa mengikhlaskan dan mendoakan Rizkia dan Reyhan semoga samara.
3. KELEBIHAN
Penulis sangat piawai menggambarkan suasana kehidupan rumah tangga tokoh utama dengan sangat gamblang. Bahkan terkesan sangat menguasai suasana kebatinan Rizkia sehingga kisah bergenre drama romans ini menjadi hidup. Kepiawaian penulis dalam berpuisi sangat terasa pada novel kedua karya penulis ini. Dari 100 halaman yang terbagi dalam 10 subjudul, hampir di setiap bab disisipkan puisi. Tercatat ada 10 puisi, baik yang seolah ditulis oleh tokoh Rizkia, Reyhan maupun Farhan. Padahal penulis berlatar belakang pendidikan teknik, bukan bahasa. Inilah keunikan dan kelebihannya.
Latar belakang penulis yang seorang guru yang berpengalaman pernah menjadi juara 1 Lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel) tingkat Nasional terasa pas dalam menarasikan suasana cerita Rizkia saat berada di Jakarta dalam rangka presentasi karya tulis ilmiah Kepala Sekolah Berprestasi.
Saya sangat mengapresiasi penulis novel ini yang mengambil judul “Suamiku Bukan Suamiku”. Unik dan menerbitkan rasa ingin tahu, Ada apa dengan “suamiku”? Sebagai sebuah stategi marketing, cukup oke.
4. KEKURANGAN
Tidak banyak kekurangan dari novel Ni’matul Khoiroh. Hanya ada sedikit ketidakkonsistenan penulis dalam menuliskan nama tokoh utama. Rizkia tertulis di sebagian besar nama tokoh itu, tapi sekali tertulis Rizki (tanpa “a”) dan beberapa kali tertulis Rizkiya (dengan huruf “y”). Sebenarnya ini tidak perlu terjadi andai editor lebih jeli dalam mengedit naskah sebelum naik cetak. Termasuk kata “yang” tercetak “yg”.
Andai penulis lebih sabar dalam mendeskripsikan latar tempat mungkin tidak terkesan “terburu-buru” menuntaskan cerita. Saya sangat terkesan dengan novel-novel karya maestro sastra Ahmad Tohari yang begitu detil dalam mendeskripsikan suasana pedesaan dalam tiap novelnya. Atau Kang Abik nama beken Habiburrahman El Shirazy dalam mendeskripsikan suasana kota di luar negeri dalam novel-novelnya. Ni’matul Khoiroh pun harusnya dapat mendeskripsikan indahnya alam Gunung Gumitir, suasana alam desa di kampung halamannya di Banyuwangi. Pembaca akan lebih terhanyut dalam suasana cerita, terlebih bagi pembaca yang bukan berasal dari daerah itu.
Tapi kekurangan ini tertutup oleh penceritaan yang apik, alur tertata, pengenalan dan penyelesaian konflik yang rapi. Dan kesan keseluruhan, novel ini bagus, recomended sebagai bahan literasi dan nutrisi hati. Inilah sisi lain cerita seputar “suara hati istri” yang dinarasikan indah, bertabur puisi dengan diksi yang tak kalah indah, tanpa latar musik “Kumenangis...”
Cilacap, 6 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waah... Keren banget resensi nya pak. Terbayang seolah saya membaca bukunya. Mantap. Sukses ya pakm
Alhamdulillah...Terima kasih apresiasinya, bu Dakwati.
Mohon maaf ya Bu Nikmatul kalau masih ada khilaf edit. Ibu lebih tahu bagaimana saya mengedit sampai judulnya. Di sinilah kewajiban penulis melakukan proofreading. Fokus editor pada logika dan alur cerita yang perlu dikawal ketat kadang membuat abay pada typo naskah aslinya.So, untuk naskah berikutnya, semoga paham penting nya swasunting terutama typo dan proofreading.
Mantul resensinya..belajar banyak dari Bapak... Saya suka kalimat terakhir..
Terima kasih apresiasinya, bu Eva
Kereeen resensinya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih, pak Dede Saroni
Resensi yang bagus banget, Pak. Hingga tergambar kehebatan bukunya. Keren dua-duanya.
Alhamdulillah... Terima kasih, bu Teti
Ini baru pertama buat resensi. Mencoba jenis lain tulisan kita.
Mantul dan luar biasa resensi Pak Warsono. Sangat mempersuasi. Sukses Pak.
Alhamdulillah... Terima kasih bu Nurul
Alhamdulillah makasih banyak pak resensinya, jadi ku tersanjung bukan ku menangis
Hehe... Sama2 Bu Nik. Maaf ya kalau ada yg kurang pas.
Resensi nan apik. Semakin sukses ya
Aamiin. Terima kasih, bu Elvina
Resensi yang keren pak. salam sukses selalu
Terima kasih pak Bambang. Salam sukses selalu
Resensi yang keren pak. Jadi lingin buat resensi juga
Terima kasih, bu. Ayo bu, biar tambah skill kepenulisan kita, coba tulisan jenis lain
Sehat dan sukses selalu. Salam literasi
Aamiin... Terima kasih, pak Radinopianto
Mantap surantap resensinya pak. Barokallah
Terima kasih, Bu Erwin Yarnita
Mantap sekali resensinya Pak. Lengkap. Sukses selalu dan salam literasi
Terima kasih, Pak Suhargo
Karya Jeng Ni'matul Khoiroh memang tdk diragukan lagi. Dan ulasan Pak War sangat bisa mewakili pembaca yg lain. Keren dua-duanya pokoke... Sukses selalu
Sdh baca bukunya ya bu? Memang keren ya bu. Terima kasih apresiasinya bu Am
Wiih keren resensinya..aplaus deeeh..!
Terima kasih, pakbro Khalid. Nyoba jenis tulisan yg beda
Mantap dan keren resensinya pak, bikin pengin baca novelnya nih.
Terima kasih bu Tyas. Kalau ingin baca novelnya, hubungi penulisnya, bu Ni'matul Khoiroh bu
waaah bagus sekali bpa resensinya lengkap banget
Alhamdulillah... Terima kasih apresiasinya, bu Nani Yuliani
Wah..Keren sekali Pak resensinya..Sukses selalu
Terima kasih, bu Erida
Bukumya zuper ulasannya duper. Mantap.
Alhamdulillah... Terima kasih apresiasinya, bu Sri Siti Rasida
Luar biasa.ini resensi sempurna.
Terima kasih, Bu Siti Jamiatul Sholihah
Mantap nian resensinya Pak War...serba bisa ya Pak .Segala jenis tulisan bisa "dilahap"....sukses selalu...
Hehe... Termasuk omnivora ya bu.Critanya mencoba jenis lain tulisan kita bu. Biasanya puisi sm pentigraf, kolom. Ternysya Resensi jg menarik
Bagus sekali resensinya Pak.
Terimakasih bu Ilma
Masya Allah. Baca resensi yang sangat bagus ulasannya jadi pengen baca novelnya. Kerren Bunda. Kerren juga Pak War. Bagus banget resensinya. Sukses slalu.
Terima kasih apresiasinya, bu Lisda. Sukses selalu
Mantap sekali resensinya Pak, salut. Sukses selalu
Alhamdulillah... Terima kasih bu Wiwit
Mantap sekali resensinya Pak, salut. Sukses selalu
Baru mencoba. Pertama bikin resensi ini bu