Musim kemarau panjang sedang melanda negeri. Masalah ini menjadi bahan pelajaran bersama. Apalagi di lingkungan sekolah. Selaku guru untuk menyiapkan siswanya untuk berlaku arif. Tak lupa dengan dukungan warga sekolah . Menggalakkan untuk tetap mencerminkan budaya yang mulia.

Kondisi iklim ini menjadi momen untuk dijadikan telaah. Sebagai bentuk refleksi dan instrospeksi diri. Sebagimana sebuah perjalanan yang setiap etape bisa dilihat rekam jejaknya. Terutama saat ini insan pendidik menyiapkan siswa tanggap irit air. Beberapa langkah untuk sadarkan diri dengan hal sebagai berikut:

1. Selaku pendidik terdapat amanah yang tak ringan. Sebagaimana yang diutarakan oleh E. Mulyasa yakni “Pendidik yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajar ,sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Sehingga setiap berperilaku yang didasari rasa kesadaran soal efek sampingnya.

2. Sikap dan perilaku dengan penuh bijak. Sebuah upaya dengan membangun dirinya dengan kualifikasi pendidikan. Dan ditopang oleh kondisi mentalitas sebagai agen pelangsung sebuah tujuan besar.

3. Perilaku sebagai bentuk refleksi diri dan pada diri anak didik kita. Karena mereka itu sebagai kader bangsa. Membangun untuk sebuah tujuan yang besar. Dalam diri anak ini terdapat berjuta harapan yang akan menjadi misi kehidupan.

4. Setiap perilaku itu dalam upaya mengantarkan anak untuk bertanggung jawab pada bangsanya. Upaya pendampingan aktif dalam mewujudkan cita-cita mulia. Kehadiran sosok yang diteladani sebagai figur siswa.

5. Menyadarkan bahwa air merupakan sarana hidup yang diupayakan bersama untuk kepentingan rakyat banyak. Sehingga perlakuannya dengan penuh rasa bijak.

Beberapa langkah yang dijadikan rambu agar konsumsi air tetap terjaga. Secara mantab dan penuh tangung jawabi dalam menggapai tujuan mulia. Bagian pokok yang merupakan masa depan bangsa.

gunkid 25 sept 2019