UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI MEMLALUI MEDIA VCD PADA SISWA SMAN 8 TANGERANG SELATAN
BAB I
PENDAHULUIAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10, dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompoetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dalam penjelasannya yang dimaksud kompetensi paedogogik adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepriadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta lain; yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam dan yang dimaksud dengan kompetensi soaial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2006 tentang Standar Nasional pendidikan , pada Pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Didasarkan pada uraian di atas dan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM , guru dituntut untuk memiliki komitmen, kemauan keras dan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketentuan tersebut di atas. Rendahnya kualitas SDM kita juga ditunjukkan dengan rendahnya mutu pendidikan.
Rendahnya kualitas pendidikan juga disebabkan oleh proses pendidikan yang tidak maksimal. Proses pembelajaran di sekolah tergantung pada bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran, penguasaan materi, komunikasi dengan siswa, pemberian motivasi belajar, menciptakan pembelajaran yang kondusif (Yamin M., 2006). Selanjutnya dinyatakan bahwa guru profesional ádalah guru yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengelola proses pembelajaran dan memberikan motivasi pada siswa .
Guru yang profesional akan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, dan bermakna. Hal tersebut akan membuat siswa menjadi kreatif, mandiri dan memiliki kompetensi yang tinggi. Proses pendidikan yang dikelola dengan sempurna dan ditunjang guru yang profesional akan menghasilkan kualitas produk yang baik pula.
Idealnya, proses pembelajaran tidak hanya diarahkan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan seluruh pengetahuan yang didapat tersebut untuk memecahkan permasalahan atau mengerjakan proyek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang sedang dipelajari. Kemampuan untuk memecahkan masalah atau mengerjakan tugas atau proyek (bila perlu bisa menciptakan) adalah sangat penting bagi siswa untuk masa depannya nanti. Siswa akan terlatih dan memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah dan mengembangkan tugasnya yang dapat menghasilkan produk dan bertanggung jawab terhadap produk yang dibuat. Pengalaman tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk mereka pelajari di dalam kelas dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata
Terkait dengan hal di atas ,idealnya aktivitas pembelajaran SOSIOLOGI di SMA tentang Perilaku Menyimpang di sekolah tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat itu untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan materi Interaksi sosial yang sedang dipelajari dan dikaitkan dengan interaksi social yang ada di lingkungannya secara kontekstual .
Namun realita yang terjadi saat ini , sebagian guru dalam melaksanakan pembelajaran , khususnya pembelajaran SOSIOLOGI di SMA sebagian masih menempatkan guru sebagai sentral pembelajaran dan bukan pembelajaran yang berfokus pada keaktifan siswa . Dalam pembelajaran SOSIOLOGI , sebagian Guru masih mengandalkan ceramah , kurang melibatkan siswa untuk melakukan keaktifan adalam memecahkan masalah , kurang memotifasi siswa dalam kegiatan yang mandiri , inofatif dán kreatif. Demikian pula dalam pemberian tugas pada siswa masih kurang berorientasi pada upaya pemecahan masalah .
Model pembelajaran pemmecahan masalah mendorong siswa mampu memecahkan permasalahan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran ini merupakan salah satu model yang memandang siswa tidak sebagai kertas kosong melainkan sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebab mempelajari sesuatu. Pada model ini, proses belajar dipandang sebagai pemberian makna oleh siswa pada pengalamannya dalam memecahkan permasalahan tentang Interaksi sosial .
Model pembelajaran tersebut di atas memberikan peluang terjadinya proses aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memanfaatkan sumber belajar secara beragam. Model ini juga memberikan peluang kepada siswa untuk berkolaborasi dengan teman bahkan dengan guru-guru dan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dengan konsep-konsep, ideal dan prinsip-prinsip. Siswa tidak akan begitu saja menerima pengetahuan dari guru kemudian menyimpannya di dalam kepalanya, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah bagaimana siswa dapat memecahkan permasalahan dan mengembangkan produk baru untuk dikaitkan dengan pengetahuan yang didapat dari lingkungan sekitarnya kemudian membangun pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan menurut alam pemikiran siswa itu sendiri.
Model pembelajaran pemecahan masalah lebih menekankan pada proses dimana aktivitas pembelajaran dikaitkan dengan konteks nyata yang lebih diarahkan untuk mengikuti pandangan siswa (Huitt,W.2003 dalam Nor,M., 2000 ). Model pembelajaran ini tidak melihat pada apa yang dapat diulang kembali oleh siswa tentang pelajaran yang telah diajarkan melainkan pada apa yang dapat dihasilkan dan didemonstrasikan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri, mengembangkan pemahaman yang menyatu tentang konsep-konsep, mengajukan dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang penting (Brooks dkk, 1993 dalam Nor,M., 2000 ).
Dalam model pembelajaran observasi tentang Interaksi sosial , dilaksanakan melaui proses diskusi dengan mengangkat permasalahan perilaku meyimpang yang telah ditayangkan dalam VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang . Kehadiran media VCD dapat digunakan untuk tujuan hiburan, pendidikan serta pembelajaran. Pada penggunaan pembalajaran, media VCD merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran sehingga media berupa VCD pembelajaran.
Dari hasil penilitian para ahli pendidikan jika suatu informasi disampaikan melalui gambar maka 65% dari yang diinformasikan itu dapat diingat oleh siswa sedangkan jika disampaik lewat suara saja hanya dapat diingat 40% saja. Menurut Dwiyer (dalam Satiman, 1995) TV atau VCD mampu membuat 94% saluran masuknya pesan atau informasi kedalam jiwa manusia melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar melalui tayangan VCD. Kesan yang disampaikan melalui media VCD dapat mempengaruhi emosi dan motivasi yang kuat dan juga dapat mencapai hasil yang cepat yang tidak dimiliki media lain (Combes dan Tiffin, 1998 ).
Dalam memberikan permasalahan tentang perilaku menyimpang pada siswa , guru perlu mengangkat permasalahan yang kontekstual yakni permasalahan yang berhubungan dengan kenyataan hidup seharí hari yang dipecahkan dengan konsep atau teori SOSIOLOGI yang sedang dipelajari melalui permasalahan perilaku menyimpang yang terdapat pada tayangan VCD Pembelajaran . Model pembelajaran ini diharapkan memberikan peluang terjadinya proses aktif dan motivasi , dimana siswa termotivasi membangun sendiri pengetahuannya dengan memanfaatkan sumber belajar secara beragam. Siswa disamping menerima pengetahuan dari guru , juga termotivasi untuk belajar dan dapat memecahkan permasalahan yang dikaitkan dengan pengetahuan yang didapat dari lingkungan sekitarnya .
Sehubungan dengan hal tersebut diatas kami sebagai Guru SOSIOLOGI berkeinginan untuk melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah atau problem solving dengan menggunakan VCD pembelajaran tentang perilaku meyimpang sehingga sangat diharapkan siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran dan memecahkan masalah tentang perilaku meyimpang . Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut kami juga mengadakan penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) , dimana peningkatan motivasi belajar siswa sasaran utama tindakan sedangkan penggunaan VCD pembelajaran dan teknik pemecahan masalah sebagai alat untuk mencapai sasaran tersebut . Dalam PTK ini proses diskusi dan presentasi siswa sianggap sebagai kegiatan pendukung untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas , permasalahan pembelajaran dapat didentifikasi :
1) pembelajaran masih berfokus pada guru ,
2) pembelajaran banyak menggunakan metode ceramah ,
3) Siswa kurang aktif memecahkan permasalahan sosial ,
4)Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran , dan
5) Pembelajaran kurang kontekstual .
Dalam PTK ini , permasalah pokok dirumuskan sebagai berikut :
Apakah pembelajaran pemecahan masalah atau problem solving dengan media VCD dapat meningkatkan hasil belajar tentang perilaku meyimpang dan pengendalian sosial pada siswa kelas X. 4 SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN ?
C. Hipotesis tindakan
Berdasarkan masalah pokok di atas , hipotesis tindakan sebagai berikut :
Pembelajaran pemecahan masalah dengan media VCD dapat meningkatkan hasil belajar tentang perilaku meyimpang pada siswa kelas X. 4 SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN
D. Tujuan Penelitian
Seperti apa yang dijelaskan pada latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajarl pada siswa kelas X. 4 SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN tentang perilaku meyimpang dan pengendalian sosial melalui penggunaan VCD pembelajaran dan metode pemecahan masalah .
E. Manfaat penelitian
1. Bagi siswa , PTK ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar SOSIOLOGI kelas X , khususnya hasil belajar tentang perilaku menyimpang .
2. Bagi Guru ,khususnya peneliti bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran SOSIOLOGI sesuai dengan yang dikehendaki KTSP .
3. Bagi Sekolah merupakan upaya inovasi dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan Sekolah , khususnya dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar .
F. Definisi Istilah
Berdasarkan pada permalahan pokok dalam PTK , berikut disajikan variable -variabel penelitian yang memerlukan difinisi :
1. Hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik secara individual maupun kelompok.
Hasil belajar dalam PTK ini dapat didifinisikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa baik individu maupun kelompok setelah mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving dengan media VCD tentang perilaku meyimpang.
2. VCD pembelajaran merupakan media audiovisual atau jenis media pandang dengar yang menampilkan informasi dalam bentuk moving image (citra bergerak) yang berasal dari berbagai macam bentuk rekaman pada bahan baku piringan dan sebagainya dengan suara yang apabila diproyeksikan kembali memberikan kesan gambar hidup yang disajikan dengan mengguinakan alat bantu komputer dan LCD. Dalam PTK ini VCD pembelajaran yang digunakan adalah tayangan VCD tentang perilaku meyimpang dengan mengambil 3 aktifitas Yakni : aktifitas wanita supir busway , tawuran pelajar ,penyimpangan seksual.
.
3. Problem solving atau Pemecahan masalah merupakan teknik pembelajaran dimana siswa diberi tugas memecahkan permasalahan perilaku menyimpang yang bersumber dari media VCD pembelajaran dan LKS . Dalam pemecahan masalah , siswa melakukan diskusi dan presentasi hasil diskusi pemecahan masalah sebagai variabel pendukung dalam penelitian ini .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas , kajian pustaka yang mendukung PTK ini adalah teori teori tentang : a). Hasil belajar b)VCD sebagai media pembelajaran, c). Pembelajaran pemecahan masalah , d ). Pembelajaran kontekstual, e). Cooperative learning dan f ) Teori hasil relajar
A. Hasil belajar
Djamarah ( 1995: 19 ) menyatakan bahwa “ prestasi atau hasil n\belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik secara individual atau kelompok”. Hasil belajar tidak pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan kegiatan belajar. Dalam kenyataannya untuk menciptakan hasil belajar tidak semudah yang dibayangkan tapi penuh perjuangan dan tantangan yang harus dihadapi. Untuk mencapainya dengan kekuatan dan optimis yang dapat membantunya.
Berdasarkan sosialisasi KTSP tentang hasil relajar ( Dirjen PMPTK ) , beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar.. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi , tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri ( Dirjen PMPTK , 2007 )
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, presentasi, diskusi, dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya ( Dirjen PMPTK , 2007 )
2. Penilaian Sikap
Penilaian Sikapbermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap ( Dirjen PMPTK ,2007 )
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
a. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
b. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
B. CD Sebagai Media Pembelajaran
Media adalah semua bentuk dan sarana yang digunakan dalam proses penyampaian informasi (AEST, 1977). National Edication Asosiatif membatasi bahwa media adalah bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya (Briks, 1986 dalam Sajiman ,A.S , 1990) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sarana yang dipergunakan untuk melakukan komunikasi dengan siswa media ini merupakan perangkat keras seperti komputer, TV, VCD Proyektor dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangkat keras. (Sajiman, AS,1990). Gagne (1992) menyebutkan ada 7 macam kelompok media tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing medianya yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan CD.
Degeng (2000 : 12 ) mengemukakan bahwa gangguan komunikasi antara Guru dan Siswa kemungkinan disebabkan: a) ferbalisme,
b) salah tafsir, c) perhatian ganda d) pembentukan tak bermakna dan e) kondisi lingkungan yang tidak menunjang. Fungsi media (Degeng, 2000) sebagai berikut a) menghindari perbalisme b) membangkitkan motivasi, c) menarik perhatian, d) mengatasi keterbatasan, e) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar, dan f) mengefektifkan rangsangan untuk belajar
Secara rinci fungsi media VCD (Degeng, 2000) antara lain:
1. memungkinkan siswa menjangkau benda atau peristiwa yang terjadi dimasa lanmpau
2. memungkinkan siswa mengamati benda atau peristiwa yang sukar untuk dikunjungi
3. memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal sukar diamati secara langsung
4. memungkinkan siswa mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau sukar dan berbahaya didekati
5. mumungkinkan siswa mudah membandingkan sesuatu dengan alat bantu gambar foto, model siswa, dan model kejadian.
Media merupakan salah satu bentuk sumber belajar atau komponen sistem interaksional yang berupa bahan (AECT, 1977) menurut Seels dan Licy (1994) media vieo termasuk pada audiovisual teknologis. Media CD merupakan media audiovisual atau jenis media pandang dengar yang menampilkan informasi dalam bentuk moving image (citra bergerak) menurut UNESCO (dalam dewan film nasional, 1981) dinyatakan bahwa media adalah segala macam bentuk rekaman pada bahan baku pita, piringan dan sebagainya dengan suara atau tanpa suara yang apabila diproyeksikan kembali memberikan kesan gambar hidup yang disajikan dengan teknologi CD.
Media CD yang disepadankan dengan CD persamaannya adalah 1) keduanya merupakan jenis media pandang dengar dengan ciri pandang moving image, 2) untuk memanfaatkan media ini memerlukan monitor sedangkan perbedaannya pada media CD software (program dapat dibentuk diperlambat maupun dipercepat dan diputar ulang. Sedangkan media TV penyajiannya menggunakan proses siaran dengan teknologi transmisi.
Kehadiran media CD dapat digunakan untuk tujuan komersial, hiburan, pendidikan serta pembelajaran. Pada penggunaan pembalajaran, media CD merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran sehingga media berupa CD pembelajaran.
Dari hasil penilitian para ahli pendidikan jika suatu informasi disampaikan melalui gambar maka 65% dari yang diinformasikan itu dapat diingat oleh siswa sedangkan jika disampaik lewat suara saja hanya dapat diingat 40% saja.
Menurut Dwiyer (dalam Satiman, 1995) TV atau VCD mampu membuat 94% saluran masuknya pesan atau informasi kedalam jiwa manusia melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar melalui tayangan VCD. Kesan yang disampaikan melalui media CD dapat mempengaruhi emosi yang kuat dan juga dapat mencapai hasil yang cepat yang tidak dimiliki media lain (Combes dan Tiffin, 1998). Dari kedua ungkapan tersebut menunjukkan pesan gambar lebih utama sedangkan suara pendukung gambar.
C. Teori Belajar Pemecahan masalah
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan (rules) yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru (Gagne, 1985). Observasi tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan merupakan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi (new higher order rule).
Bila seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi, maka ia tidak saja dapat ‘memecahkan suatu masalah’ melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah seperangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir (Gagne, 1985).
Pembelajaran berbasis masalah (problem-based instruction - PBI) atau observasi (problem solving), menurut Ibrahim,M. dan Nur, M. (2000) merupakan pola penyajian bahan ajar dalam bentuk permasalahan yang nyata/autentik (authentic) dan bermakna agar memudahkan peserta didik untuk melakukan penyelidikan atau inkuiri. Terminologi lain dari model ini, antara lain: pembelajaran berbasis proyek (project-based teaching), pembelajaran berbasis pengalaman (experienced-based education), pembelajaran autentik (authentic learning), dan pembelajaran berakar pada kehidupan nyata (anchored instruction).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah, antara lain:
a. Pengajuan pertanyaan, masalah
Pembelajaran diorganisasikan sekitar pertanyaan dan masalah berdasarkan situasi kehidupan nyata, autentik yang memungkinkan munculnya berbagai solusi dengan menghindari jawaban sederhana. Pembelajaran yang demikian, baik secara sosial maupun pribadi bermakna bagi peserta didik
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Agar permasalahan yang akan diselidiki benar-benar autentik memungkinkan bagi peserta didik untuk meninjau permasalahan dari berbagai bidang studi, antar disiplin (multi diciplin).
c. Penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang nyata pula. Selama pembelajaran peserta didik melakukan analisis, mendefinisikan/ merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan membuat ramalan (prediction), mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), dan merumuskan kesimpulan.
.
Tujuan pembelajaran berbasis masalah dan hasil belajar, antara lain sebagai berikut:
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan berpikir melalui observasi dalam kehidupan nyata secara bekerjasama, baik dalam pasang-pasangan maupun kelompok.
b. Pemodelan peranan orang dewasa, peserta didik dibantu untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar pentingnya mengalami peran orang dewasa.
c. Menjadikan peserta didik seseorang yang otonom dan mandiri melalui bimbingan, arahan, dorongan untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata, belajar menyelesaikan tugas-tugas secara
Kelebihan strategi pemecahan masalah bahwa peserta didik akan memperoleh bekal pengalaman yang amat berguna bagi kehidupannya kelak, karena perkembangan teknologi dan informasi akan menjadikan kehidupan banyak permasalahan yang menuntut pemecahan secepat mungkin. Sedangkan kelemahannya bagi peserta didik yang kurangan memiliki wawasan akan kesulitan dalam belajar dan dimungkinkan menjadi beban di antara temannya ( Rianto ,M .,2000 )
Peran guru selama pembelajaran, antara lain: menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan serta mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide (dialogue) secara terbuka. Di samping itu yang lebih penting adalah melakukan scaffolding, suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual. Dalam pembelajaran pemecahan masalah , siswa sangat diharapkan untuk berlatih memecahkan masalah melalui menngkonstruksi pengetahuan dan pengalamannya sendiri . Oleh karena itu pembelajaran observasi erat sekali hubungannya dengan pembelajaran konstruktivistik .
D. Pendekatan Cooperative Learning
Siswa akan menjadi manusia yang sukses bukan karena kemampuan bersaing tetapi karena kemampuan untuk bekerjasama, pembelajaran bekerjasama tidak hanya membantu siswa untuk memahami masalah lebih baik tetapi juga mengembangkan kemampuan siswa untuk berinteraksi sosial mengakui perbedaan pendapat, bagaimana cara menerima saran teman lain dan sebagainya. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok ( Ibrahim ,M.,2000 )
1 Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model kooperatif:
a Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
2 Tujuan pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai:
a Hasil belajar akademik (kecakapan akademik)
Dengan meningkatnya kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademik, berarti membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit sehingga akan meningkatkan kemampuan akademiknya.
b Penerimaan terhadap perbedaan individu (kecakapan personal)
Dengan adanya perbedaan individu baik ras, budaya, kemampuan, maka dengan pembelajaran kooperatif siswa akan tahu kedudukannya dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
c Pengembangan keterampilan sosial (kecakapan sosial)
Dengan pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan kecakapan sosialnya.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif/ cooperative learning (CL) menekankan sebagai pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin ( Rianto ,M.,2000 ). Esensinya terletak pada tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga diri siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara positif. Dengan demikian menjadikan belajar melalui kerjasama dalam kelompok akan berjalan seoptimal mungkin. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguh untuk macam tujuan yang telah ditetapkan.
3 Manfaat pembelajaran cooperative learning bagi siswa:
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi
b Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama bekerja sama.
c Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
d Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang positif.
E. Pendekatan Kontekstual
Dalam ( Nurhadi,dkk.,2004 ) dinyatakan bahwa penekanan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam bentuk:
1. Belajar berbasis masalah (problem-based learning)
Pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir ktitis dan keterampilan pemecahan masalah, sehingga memperoleh pengetahuan dari materi yang dipelajari.
2. Pengajaran autentik (authentic instruction)
Pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata.
3. Belajar berbasis inquiri (inquiry based learning)
Yaitu dengan menetapkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sain dan menyediakan kesempatan untuk belajar bermakna.
4. Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (project based learning)
Pendekatan pengajaran komprehensif yang memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya.
5. Belajar berbasis kerja (work based learning)
Pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ke tempat kerja.
6. Belajar jasa-layanan (service learning)
Menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagai keterampilan melalui proyek/tugas terstruktur.
7. Belajar kooperatif (cooperative learning)
Melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Tujuh komponen utama Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Konstruktivisme (constructivism)
Merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna mulai pengalaman nyata.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Siklus inquiry: observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.
3. Bertanya (questioning)
Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4. Masyarakat belajar (learning community)
Dalam kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
5. Pemodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru Guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment)
Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil dengan melalui berbagai cara.
Peran guru agar proses pembelajaran kontekstual lebih efektif:
1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari siswa
2. Memahami latar belakang siswa
3. Mempelajari lingkungan sekolah, rumah siswa, dikaitkan dengan konsep/teori yang akan dibahas.
4. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep/teori dengan pengalaman siswa dan lingkungan
5. Dalam proses belajar mengajar mendorong siswa mengaitkan apa yang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman awal
6. Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa.
Strategi Pembelajaran Kontekstual
1. Menekankan pentingnya pemecahan masalah/problem
2. Mengakui perlunya kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja
3. Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa, agar siswa dapat belajar sendiri/mandiri
4. Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
5. Mendorong siswa belajar dari sesama teman dan belajar bersama.
5. Menggunakan penilaian autentik (authentic assesmen
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam PTK ini adalah siswa kelas X.4 , di SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN . Penentuan kelas ini dilaksanakan peneliti berdasarkan hasil investigasi terhadap kelas yang diajar oleh peneliti dan kelas ini dipandang sangat diperlukan adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan observasi , khususnya pada mata pelajaran SOSIOLOGI
.
2. Waktu Lamanya Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan sejak mulai kegiatan perencanaan , persiapan hingga pelaksanaan tindakan , analisis data , dan penyusunan laporan PTK , dengan rincian sebagai berikut
a. Refleksi awal dari hasil investigsi terhadap kelas yang menjadi subyek PTK. Kegiatan ini peneliti laksanakan melalui observasi dalam pembelajaran , wawancara dan angket kegiatan ini dilaksanakan mulai minggu kedua bulan April 2013.
b. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2013 sampai dengan 10 Mei 2013 dengan rincian: tanggal 3 Mei 2013 diadakan pertemuan pertama yang diawali dengan pretes siklus I dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan penayangan VCD dilanjutkan dengan diskusi kelompok dan mengerjakan LKS sebagai hasil diskusi kelompok, tanggal 10 Mei 2013 diadakan pertemuan kedua,siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dilanjutkan merevisi laporan dan pertemuan ke tiga tanggal 10 Mei ( 45 menit ke dua ) diadakan postes siklus I.
c. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2013 sampai dengan 27 Mei 2013 dengan rincian: tanggal 17 Mei 2013 pertemuan pertama, tanggal 27 Mei 2013 pertemuan kedua, pertemuan ke tiga dadakan tanggal 27 Mei 2013 ( 45 menit ke dua ) diadakan postes siklus II.
d. Analisis data dilaksanakan mulai bulan 20 Mei 2013 sampai dengan 28 Juni 2013
e. Pelaporan disusun mulai minggu ke 4 Juni 2013 sampai dengan minggu pertama bulan September
f. Seminar laporan akan dilaksanakan minggu ke dua bulan september 2013
g. Perbaikan laporan setelah seminar dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan september sampai minggu pertama bulan Oktober
3. Tempat Penelitian
PTK dilaksanakan di kelas X. 4, SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN. Jalan Cirendeu Raya, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi kegiatan sebelum pelasanaan PTK berupa refleksi awal (refleksi tahun pelajaran sebelumnya) dan investigasi/observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK selama dua siklus. Secara rinci kegiatan tersebut disampaikan sebagai berikut.
a. Sebelum Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Pra PTK)
1). Refleksi Awal
Berdasarkan refleksi dari tahun pelajaran sebelumnya, maka dapat peneliti sampaikan beberapa hal sebagai berikut
• siswa kurang memiliki kemampuan dan kemauan dalam memecahkan masalah
• Guru kurang memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran Sosiologi.
• Siswa kurang memiliki motivasi untuk berupaya aktif dalam pembelajaran Sosiologi
• Guru kurang memberi motivasi pada siswa untuk aktif dalam pembelajaran Sosiologi , khususnya dalam memecahkan masalah tentang perilaku meyimpang
2). Observasi untuk Mengidentifikasi Permasalahan di Kelas
Kegiatan ini dilaksanakan melalui wawancara dan angket yang diberikan kepada siswa kelas X. 4 sebelum dilaksanakan PTK, yang berisi hal-hal berkaitan dengan pembelajaran SOSIOLOGI. Hasilnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada umumnya siswa merasa takut untuk menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran SOSIOLOGI
• Dalam pembelajaran Guru masih belum mengunakan media yang bervariasi yang sifatnya menarik dan memberi motivasi pada siswa
• Hasil belajar siswa khususnya untuk pelajaran SOSIOLOGI kurang maksimal
b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
1) Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, mulai dari tanggal 3 mei 2013 sampai dengan 27 Mei 2013 . Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi siklus I nantinya digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pada pembelajaran selanjutnya.
2) Rincian Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
B. Siklus I
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan peneliti sebagai berikut:
Menyusun rencana pembelajaran tentang Interaksi sosial sesuai dengan strategi pembelajaran problem solving dengan menggunakan media VCD pembelajaran kegiatan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a . Menyusun rencana pembelajaran untuk setiap pertemuan yang didalamnya memuat skenario pembelajaran sesuai dengan strategi yang dipilih yaitu pembelajaran problem solving dengan menggunakan media VCD pembelajaran .
b. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan.
c. Menyusun instrumen pengumpul data yang berbentuk tes dan non tes, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1). Menyususn soal pretest dan posttest
2) Menyusun angket untuk siswa .
d. Menyusun lembar observasi untuk siswa yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran selama PTK berlangsung, disertai dengan pedoman observasi .
e. Menyususn instrumen tentang motivasi siswa di dalam mengikuti pembelajaran perilaku menyimpang dengan problem solving dan mengunakan media VCD pembalajaran .
g. Menyusun soal tes (pretes dan postes). Sebelum menyusun soal, terlebih dahulu peneliti menyusun kisi-kisi soal dan pedoman penilaian. Pretes dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dan postes dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan siklus I.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Langkah pelaksanaan tindakan yang akan diterapkan oleh peneliti tertuang dalam rencana pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
Tabel 1
Tabel Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I
Pertemuan Ke-/Tanggal Kegiatan Guru dan Siswa Evaluasi
I/ Tgl 3 Mei 2013 - Guru memberi motivasi pada siswa dengan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dibahas dan materi tentang perilaku menyimpang yang dilaksanakan melaui pembelajaran problem solving dengan mengunakan media VCD pembelajaran
- Diadakan pretest
- Penayangan VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang , siswa ditugaskan untuk memperhatikan sebagai bekal untuk problem solving tentang perilaku menyimpang
Guru membagikan lembar kegiatan siswa tentang perilaku menyimpang yang harus diselesaikan siswa melalui pembelajaran problem solving , yang didasarkan pada tayangan yang ada dalam VCD pembelajaran
Penilaian performance siswa
Dan pretest
Penilaian kinerja dalam diskusi
II/ tgl 10 Mei 2013 ( 45 menit pertama ) - Sebagian Siswa yan ditunjuk melakuakn melakukan presentasi hasil diskusi problem solving di depan kelas untuk melaporkan hasil kerjanya
- Siswa mengisi instrumen motivasi belajar siswa dalam pemecahan masalah tentang perilaku menyimpang dengan media VCD pembelajaran . Penilaian kinerja dalam presentasi
-Guru melakukan klarifikasi berdasarkan laporan yang dipresentasikan siswa
III / 10 Mei 2013 ( 45 menit ke dua )
- Diiadakan postest
- Siswa melakukan revisi laporan hasil observasi Penilaian laporan hasil observasi dan postest
3. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan oleh Guru bersamaan dengan pelaksanaan tindakan siklus I mulai dan pertemuan pertama hingga ke tiga. Observasi ini digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa dan kinerja guru selama tindakan pembelajaran pemecahan masalah tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosial berlangsung. Setelah pembelajaran berakhir pada setiap pertemuan peneliti mengadakan diskusi dengan para observer / kolaborator untuk mengetahui temuan-temuan selama tindakan pembelajaran sebagai bahan refleksi. Hasil observasi selanjutnya dianalisis untuk diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Dalam melaksanakan observasi ini , Guru menggunakan instrumen dan format observasi .
Observasi dalam pembelajaran dengan aktivitas sbb :
1). Mengadakan observasi dalam pembelajaran tentang perilaku menyimpang dengan pemecahan masalah dan media VCD pembelajaran berdasarkan RPP.
2) Mengadakan observasi terhadap perilaku siswa selama mengamati tayangan VCD pembelajaran tentang perilaku meyimpang
4) Mengisi lembar observasi berdasarkan data kemampuan siswa dalam diskusi pemecahan masalah .
5) Mengisi lembar observasi berdasarkan data kemampuan siswa dalam presentasi laporan hasil diskusi
6) Membagikan instrumen tentang motivasi belajar siswa untuk diisi oleh siswa berdasarkan kenyataan yang dialami dalam pembelajaran
4. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi peneliti dilaksanakan di setiap akhir pertemuan selama siklus I. Tahap ini merupakan tahap perenungan dari hasil mengamati secara rinci segala hal yang terjadi di kelas baik berupa aktivitas siswa maupun kinerja guru. Hasil refleksi selama dua pertemuan pada siklus I tersebut, peneliti gunakan sebagai dasar rencana perbaikan tindakan pada siklus II. Dari rencana pembelajaran seperti yang tertulis pada Tabel 1, berdasarkan refleksi khususnya pada implementasi pembelajaran pertemuan pertama, ternyata belum sepenuhnya terealisasi. Hal ini merupakan kelemahan, dan kelemahan ini peneliti diperbaiki pada pertemuan kedua, dan begitu selanjutnya. Paparan selengkapnya peneliti diuraikan pada bab IV.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut
1. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran tentang perilaku menyimpang di kelas X. 4 dan catatan Guru selama tindakan pembelajaran berlangsung.
2. Studi dokumen yang berupa hasil laporan kerja siswa dalam diskusi pemecahan masalah / problema solving
3. Wawancara dengan siswa dan observer tentang proses pembelajaran selama PTK berlangsung .
4. Observasi terhadap pelaksanaan diskusi berlangsung.
5. Observasi terhadap pelaksanaan presentasi hasil kerja kelompok
6. Observasi terhadap hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran
7. Mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa dengan menggunakan instrumen kuezioner .
8. Mengumpulkan data tentang nilai afektif atau sikap belajar siswa
9. Mengumpulkan data tentang nilai pretest dan post test
D. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen penelitian yang digunakan dalam PTK ini adalah lembar observasi untuk aktivitas diskusi observasi , lembar observasi presentasi hasil diskusi , kuesioner motivasi belajar siswa , soal pretes dan postes, jurnal kegiatan pembelajaran, dan pedoman wawancara, daftar nilai afketif siswa.
Jenis data, instrumen data, kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran dapat disampaikan pada Tabel berikut.
Tabel 2
Tabel Jenis Data, Instrumen Data, Kriteria
Keberhasilan Tindakan Pengajaran
No Jenis Data Instrumen Data Indikator Keberhasilan
1. Aktivitas siswa a. Penyelesaian LKS, laporan hasil diskusi pemecahan masalah Nilai Kelompok untuk menyelesaikan LKS, menyusun laporan observasi mencapai ≥75, dan jumlah kelompok yang memperoleh skor ≥75 sebanyak ≥75% serta meningkat dari siklus ke siklus
2.
3.
Motivasi belajar siswa
Penilaian hasil belajar b. Presentasi hasil diskusi kelompok
Kuisioner motivasi belajar siswa
Pretesst dan postest
Skor kelompok mencapai ≥ 75, dan meningkat dari siklus ke siklus
Skor rata rata motivasi belajar siswa > 75 %
Hasil postest > 75 %
E. Analisis Data
Analisis data peneliti lakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan langkah sebagai berikut.
1. Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah terkumpul.
2. Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan data yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
3. Melakukan analisis hasil observasi guru terhadap pelaksanaan diskusi pemecahan masalah dengan media VCD pembelajaran .
4. Melakukan analisis terhadap proses hasil pengamatan guru terhadap presentasi hasil diskusi siswa
5. Melakukan analisis terhadap proses hasil pengamatan guru terhadap hasil belajar siswa
6. Melakukan analisis terhadap data motivasi belajar siswa berdasarkan kuisioner
7. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.
8. Pengambilan kesimpulan, diambil berdasarkan analisis hasil observasi dan analisis instrumen motivasi belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk interpretasi berupa pernyataan.
Dari delapan langkah tersebut di atas, selanjutnya menetapkan pedoman peningkatan motivasi belajar siswa tentang perilaku meyimpang pada siswa Kelas X .4 SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SEATAN, dengan indikator sebagai berikut:
1. Berdasarkan angket, respon siswa menyatakan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran observasi dengan media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang sebesar 75%.
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui diskusi meliputi keterampilan kognitif (kemampuan beragumentasi), psikomotorik (kemampuan bekerja sama) dan afektif (kemauan menghargai orang lain) dinyatakan meningkat jika mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
3. Penilaian aktivitas siswa melalui penyelesian LKS, laporan hasil diskusi dan presentasi , dan pemahaman siswa terhadap aplikasi perilaku menyimpang dan pengendalian sosial , dinyatakan meningkat jika mengalami peningkatan dari siklus ke siklus dengan nilai rata > 75
4. Berdasarkan post test , siswa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang , dengan nilai rata rata sebesar 75.
F. Siklus II
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada prinsipnya langkah-langkah sama seperti pada siklus I, namun pelaksanaan pembelajarannya memperbaiki dari kelemahan yang ditemukan selama siklus I. Hal-hal yang peneliti laksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a.. Memperbaiki rencana pembelajaran sesuai dengan strategi pembelajaran observasi untuk materi perilaku menyimpang . Perbaikan RPP ini didasari pada hasil pengamatan guru dalam proses pembelajaran selama siklus I dan hasil posttest .
c. Memperbaiki instrumen pengumpul data , lebih disesuaikan dengan kebutuhan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran observasi dengan media VCD pada materi perilaku menyimpang dan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I .
d. Memberi arahan dan motivasi pada siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran observasi tentang perilaku meyimpang .
e. Memperbaiki peranan Guru dalam pembelajaran dengan berdasar pada hasil refleksi adalam siklus I .
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Sama seperti pada siklus I, langkah-langkah pembelajaran yang akan peneliti laksanakan tertuang dalam rencana pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dapat diikuti pada Tabel berikut:
Tabel 3
Tabel Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II
Pertemuan Ke-/Tanggal Kegiatan Guru dan Siswa Evaluasi
I/ 17 Mei 2013 - Guru memberi motivasi pada siswa dengan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dibahas dan materi tentang perilaku menyimpang melalui pembelajaran VCD
- Pretest
- Guru membagikan lembar kegiatan siswa tentang perilaku menyimpang yang harus diselesaikan siswa melalui pembelajaran observasi dan media VCD .
- Siswa melakukan diskusi menyelesaikan lembar kegiatan siswa Penilaian performance siswa dan pretest
Penilaian kerja dalam diskusi
II/ 24 Mei 2013
( 09.30-10.30 ) - Siswa melakukan presentasi di depan kelas untuk melaporkan hasil observasi Penilaian kinerja dalam presentasi
-Guru melakukan klarifikasi berdasarkan laporan yang dipresentasikan siswa
- Gruru membagikan instrument motivasi belajar siswa untuk diisi oleh siswa Pengisian instrument motivasi belajar dan posttest
III / 24 Mei 2013
( 10.30-11.15 0 - post test
- Siswa melakukan revisi laporan hasil diskusi observasi
Penilaian laporan hasil diskusi
3. Tahap observasi
Sama seperti pada siklus I, observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan siklus II mulai dari pertemuan pertama hingga ke dua. Observasi ini digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa dan kinerja guru selama tindakan pembelajaran observasi dengan media VCD pembelajaran tentang perilaku meyimpang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah diperbaiki . Setelah pembelajaran berakhir pada setiap pertemuan peneliti mengadakan diskusi dengan para observer untuk mengetahui temuan-temuan selama tindakan pembelajaran sebagai bahan refleksi.
4. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi peneliti lakukan di setiap akhir pertemuan selama siklus II. Tahap ini merupakan tahap mengamati secara rinci segala hal yang terjadi di kelas baik berupa aktivitas siswa maupun kinerja guru. Hasil refleksi selama dua pertemuan pada siklus II ini peneliti gunakan sebagai rencana tindak lanjut pada pembelajaran selanjutnya. Paparan selengkapnya dapat diikuti pada bab IV.
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut
1. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran tentang perilaku menyimpang kelas X.4 dan catatan Guru selama tindakan pembelajaran berlangsung.
2. Studi dokumen yang berupa hasil laporan kerja siswa dalam diskusi pemecahan masalah
3. Wawancara dengan siswa dan observer tentang proses pembelajaran selama PTK berlangsung .
4. Observasi terhadap pelaksanaan diskusi berlangsung.
5. Observasi terhadap pelaksanaan presentasi hasil kerja kelompok
6. Observasi terhadap motivasi belajar siswa selama kegiatan pembelajaran
7. Mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa dengan menggunakan instrumen kuezioner .
H. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen penelitian yang digunakan dalam PTK ini adalah lembar observasi untuk aktivitas diskusi observasi , lembar observasi presentasi hasil diskusi , kuesioner motivasi belajar siswa , soal pretes dan postes, jurnal kegiatan pembelajaran, dan pedoman wawancara
Jenis data, instrumen data, kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran dapat disampaikan pada Tabel berikut.
Tabel 4
Tabel Jenis Data, Instrumen Data, Kriteria
Keberhasilan Tindakan Pengajaran
No Jenis Data Instrumen Data Indikator Keberhasilan
1. Aktivitas siswa a. Penyelesaian LKS, laporan hasil diskusi pemecahan masalah Nilai Kelompok untuk menyelesaikan LKS, menyusun laporan observasi mencapai ≥75, dan jumlah kelompok yang memperoleh skor ≥75 sebanyak ≥75% serta meningkat dari siklus ke siklus
2.
3.
Motivasi belajar siswa
Penilaian hasil belajar b. Lembar observasi proses belajar (keterampilan kognitif, psikomotorik dan afektif)
Kuisioner motivasi belajar siswa
Pretesst dan postest
Skor kelompok mencapai ≥ 75, dan meningkat dari siklus ke siklus
Skor rata rata motivasi belajar siswa > 75 %
Hasil postest > 75 %
I. Analisis Data
Analisis data peneliti lakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan langkah sebagai berikut.
1. Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah terkumpul.
2. Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan data yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
3. Melakukan analisis hasil observasi guru terhadap pelaksanaan diskusi pemecahan masalah dengan media VCD pembelajaran .
4. Melakukan analisis terhadap proses hasil pengamatan guru terhadap presentasi hasil diskusi siswa
5. Melakukan analisis terhadap proses hasil pengamatan guru terhadap motivasi belajar siswa
6. Melakukan analisis terhadap data motivasi belajar siswa berdasarkan kuisioner
7. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.
8. Pengambilan kesimpulan, diambil berdasarkan analisis hasil observasi dan analisis instrumen motivasi belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk interpretasi berupa pernyataan.
Dari delapan langkah tersebut di atas, selanjutnya menetapkan pedoman peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa tentang perilaku menyimpang pada siswa Kelas X.4 SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN dengan indikator sebagai berikut:
1. Berdasarkan angket, respon siswa menyatakan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran observasi dengan media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang sebesar 75%.
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui diskusi meliputi keterampilan kognitif (kemampuan beragumentasi), psikomotorik (kemampuan bekerja sama) dan afektif (kemauan menghargai orang lain) dinyatakan meningkat jika mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
3. Penilaian aktivitas siswa melalui penyelesian LKS, laporan hasil diskusi dan preswntasi , dan pemahaman siswa terhadap aplikasi perilaku menyimpang , dinyatakan meningkat jika mengalami peningkatan dari siklus ke siklus dengan nilai rata > 75
4. Berdasarkan post test , siswa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang , dengan nilai rata rata sebesar 75.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kondisi lapangan pada saat tindakan pembelajaran berlangsung, yaitu merekam semua aspek yang yang terjadi pada waktu penelitian. Berdasarkan data kehadiran siswa selama proses peneitian berlangsung, siswa yang kehadirannya lengkap dimulai dari siklus 1 sampai siklus 2 berjumlah 19 orang yang terdiri dari laki laki 7 orang , 12 orang perempuan. Oleh karena itu, data yang peneliti oleh sebagai hasil peneitian berjumlah 19 orang
Supaya situasi pembelajaran dapat pembaca ikuti secara utuh, maka peneliti memaparkan semua proses yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran, mulai dari kegiatan awal hingga peneliti menutup pembelajaran dari masing-masing pertemuan. Paparannya sebagai berikut:
A. Siklus 1
1. Pelaksanaan dan Hasil siklus I
Pembelajaran siklus 1 selama dua kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk postes. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2013 kegiatan diawali dengan pembuka pelajaran dan mengabsen siswa yang tidak hadir. . Guru menyampaikan informasi tentang perilaku menyimpang . Informasi difokuskan pada perilaku menyimpang dan pengendaian sosial .Dalam kesempatan ini pembelajaran dilakukan melalui informasi dan tanya jawab antara guru dan siswa, guru banyak mengomentarkan masalah-masalah yang kontekstual untuk dipecahakn oleh siswa. Guru melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran ini dengan menggunakan lembar pengamatan dalam proses pembelajaran (terlampir). Pada pertemuan pertama guru juga menginformasikan serta memberi motivasi bahwa pembelajaran tentang perilaku menyimpang tidak hanya dilakukan secara teoritis saja , tetapi perlu mendapat pengalaman langsung dari contoh tentang perilaku menyimpang melalui melihat tayanan VCD pembelajaran. Siswa perlu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya di lapangan. Kemudian siswa melakukan diskusi kelompok dilanjutkan dengan menyusun hasil diskusi kelompok.
Pada tanggal 10 Mei (pertemuan ke dua) pembelajaran dilaksanakan pada jam 09.45 – 10.30 , pertemuan ke tiga jam 10.30 – 11.15 dalam kesempatan ini pemelajaran difokuskan kepada aktivitas presentasi dan memperbaiki LKS serta post test
Dalam melaksanakan diskusi observasi tentang perilaku menyimpang , tugas masing masing kelompok sebagai berikut :
a. kelompok I ,IV dan VII mengerjakan LKS A
b. Kelompok II, V dan VIII mengerjakan LKS B
c. Kelompok III dan VI mengerjakan LKS C
Dalam diskusi setiap kelompok mengadakan pembagian tugas untuk masing masing anggotanya dalam melakukan .
Berdasarkan dengan kegiatan siswa tersebut guru melakukan pengamatan (observasi ) proses pelaksanaan diskusi dengan menggunakan instrumen observasi . Berdasarkan hasil observasi guru dapat ditampilkan nilai kinerja siswa di dalam diskusi sebagai berikut:(terlampir)
Berdasarkan data dari observasi serlama pelaksanaan diskusi pemecahan masalah tentang Interaksi sosial , setelah dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Nilai rata rata dari kerja sama siswa dalam kelompok diskusi sebesar 73,8. Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
2) Nilai rata rata kemampuan berpendapat dalam kelompok diskusi sebesar 73, 8 . Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
3) Nilai rata rata kemampuan menerima pendapat dalam kelompok diskusi sebesar 70, 3 . Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
4) Nilai rata rata kualitas ber argumentasi dalam kelompok diskusi pemecahan masalah sebesar 74, 2 . Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
5) Nilai rata rata kemampuan membuat kesimpulan jasil diskusi dalam kelompok diskusi pemecahan masalah sebesar 73, 9 Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
Berdasarkan analisa data hasil observasi pelaksanaan diskusi pemecahan masalah dengan menggunakan media VCD pembelajaran menghhasilkan nilai rata rata dari seluruh aspek diskusi masi dibawah standar yaitu 73, 2
Tanggal 10 Mei 2013 diadakan pertemuan ke dua yang difokuskan pada kegiatan presentasi yang dilakukan siswa didepan kelas untuk melaporkan hasil diskusi . semua kelompok melaporkan hasil diskusinya masing masing .
Dalam kegiatan presentasi yang dilakukan siswa untuk melaporkan hasil observasi nya ini, guru melakukan pengamatan terhadap siswa yang berpresentasi dan keaktivan siswa dikelas dalam menerima dan menanggapi presentasi temannya. Dalam pengamatan presentasi ini, guru menggunakan format pengamatan presentasi. Berdasarkan pengamatan guru (peneliti) hasil penilaian kinerja siswa dalam presentasi melaporkan hasil observasi nya sebagai beriku(terlampir)
Setelah presentasi 7 kelompok selesai dilaksanakan, guru menanggapi secara umum hasil presentasi yang dilakukan masing-masing kelompok. Kemudian memberikan klarivikasi dan arahan untuk revisi dan perbaikan laporan. Berikutnya guru memerintahkan kepada siswa untuk merivisi laporan hasil observasi siklus satu. Berdasarkan data dari observasi selama pelaksanaan presentasi hasil diskusi pemecahan masalah tentang Perilaku menyimpang , setelah dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Nilai rata rata dari kerja sama siswa dalam kelompok diskusi sebesar 74, 3 . Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
2) Nilai rata rata sistematika berbicara dalam presentasi sebesar 74, 2 . Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
3) Nilai rata rata kemampuan mengikuti prersentasi sebesar 74, 3 . Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
4) Nilai rata rata kualitas materi presentasi hasil diskusi pemecahan masalah sebesar 74, 2 . Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
5) Nilai rata rata kemampuan membuat kesimpulan hasil presentasi dalam kelompok diskusi pemecahan masalah sebesar 74, 3 Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
Berdasarkan analisa data hasil observasi pelaksanaan presentasi hasil diskusi pemecahan masalah dengan menggunakan media VCD pembelajaran menghasilkan nilai rata rata dari seluruh aspek diskusi masi dibawah standar yaitu 74, 2
Pada tanggal 10 Mei tujuh kelompok mengumpulkan laporan hasil diskusi pemecahan masalah perilaku menyimpang yang sudah direvisi, Berikutnya guru melakukan penilaian terhadap laporan hasil diskusi masing-masing kelompok dengan menggunakan format penilaian hasil diskusi .
Berdasarkan data dari nilai laporan hasil diskusi pemecahan masalah tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosial , setelah dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Nilai rata rata dari kerja sama siswa dalam menyusun laporan hasil diskusi sebesar 74, 0. Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
2) Nilai rata rata sistematika laporan sebesar 74,4 Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
3) Nilai rata rata kualitas laporan sebesar 74,6 Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
4) Nilai rata rata penggunaan bahasa laporan hasil diskusi pemecahan masalah sebesar 74, 5 Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
5) Nilai rata rata relevansi laporan hasil diskusi pemecahan masalah sebesar 74, 5 Hal ini berarti masih dibawah standar yang ditentukan .
Berdasarkan analisa data nilai laporan hasil diskusi pemecahan masalah dengan menggunakan media VCD pembelajaran menghhasilkan nilai rata rata dari seluruh aspek diskusi masih dibawah standar yaitu 74,4
Sekitar 15 menit menjelang berakhirnya pertemuan ke 2 , Guru ( peneliti ) membagikan instrumen penelitian tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosal dengan observasi dan mengunakan VCD pembelajaran . Sebelum siswa mengisi instrumen , terlebih dahulu Guru menjelaskan tentang cara pengisian Instrumen .
Setelah data hasil pengisian instrument motivasi belajar diinfentarisir , dapat disajikan data motivasi belajar siswa sebagai berikut :
TABEL 5
HASIL ANGKET METODE PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA VCD TENTANG PERILAKU MENYIMPANG
N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH RATA-RATA
1 4 3 3 5 3 5 5 5 5 5 43 4.3
2 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 46 4.6
3 4 3 4 5 3 2 5 6 6 6 44 4.4
4 3 4 3 4 5 5 5 6 6 6 47 4.7
5 5 3 3 4 5 4 5 5 4 4 42 4.2
6 3 3 5 3 3 5 5 6 6 6 45 4.5
7 4 4 3 3 5 5 4 4 5 5 42 4.2
8 5 3 4 5 5 5 6 6 5 5 49 4.9
9 3 4 3 4 3 5 5 5 5 3 40 4
10 4 3 5 5 5 5 6 5 5 5 48 4.8
11 3 4 3 4 4 5 4 4 4 5 40 4
12 4 3 4 4 3 5 5 4 4 5 41 4.1
13 3 4 4 4 4 5 4 6 6 5 45 4.5
14 4 3 3 3 5 4 5 6 6 5 44 4.4
15 3 4 5 4 3 6 6 6 6 5 48 4.8
16 5 6 3 3 3 5 3 6 6 6 46 4.6
17 3 5 5 5 3 5 5 6 6 5 48 4.8
18 5 6 3 3 5 4 6 3 4 5 44 4.4
19 3 5 3 3 4 4 4 5 5 4 40 4
JUMLAH 72 74 70 75 76 89 93 99 99 95 842 84.2
RATA-RATA 3.79 3.89 3.68 3.95 4.00 4.68 4.89 5.21 5.21 5.00 44.32 4.43
Berdasarkan data tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dengan menggunakan teknik pemecahan masalah dan media VCD pembelajaran , menghasilkan analisa data sebagai berikut :
1) Media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosial merupakan sarana pembelajaran yang bermafaat dalam pembelajaran , kurang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 3, 79 atau 63, 5 % dari skor maksimal .
2) Media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosial merupakan kebutuhan bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar , kurang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 3, 89 atau 64, 9 % dari skor maksimal .
3) Media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosial yang dipadukan dengan pembelajaran pemecahan masalah merupakan pendorong bagi bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar , merupakan kenyataan yang kurang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 3, 68 atau 61, 4 % dari skor maksimal .
4) Media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosial yang dipadukan dengan pembelajaran pemecahan masalah adalah menarik bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar , merupakan kenyataan yang kurang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 3, 95 atau 6, 57 % dari skor maksimal .
5) Media VCD pembelajaran tentang perilaku menyimpang dan pengendaian yang dipadukan dengan pembelajaran pemecahan masalah telah diprediksim oleh siswa untuk meningkatkan motivasi belajar , merupakan kenyataan yang kurang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 4, 11 atau 6, 84 % dari skor maksimal .
2. Refleksi siklus I
Kelebihan-kelebihan yang ditemukan selama melaksanakan tindakan melalui pembelajaran dengan menggunakan CD pembelajaran tentang perilaku menyimpang dengan teknik pemecahan masalah , digunakan oleh peneliti untuk dipertahankan dan dikembangkan kembangkan . Sebaliknya kelemahan yang muncul dari pembelajaran tersebut di atas , digunakan oleh peneliti sebagai bahan refleksi dan upaya perbaikan pada pertemuan berikutnya dalam siklus ke dua . Paparan hasil refleksi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kelebihan :
1). Partisipasi siswa saat pembelajaran sudah mulai nampak jika dibandingkan sebelum diadakan PTK.
2). Siswa semakin disiplin mengerjakan tugas
3). Siswa nampak bergembira selama mengikuti pembelajaran. Kegembiraan ini berdampak kepada semangat belajar siswa, sehingga hasil postesnya meningkat dari pretes (rata-rata pretes 64, 2 meningkat menjadi rata -rata postes 74, 7 ).
4). Upaya peneliti memfasilitasi berlangsungnya PTK cukup bagus. Hal ini nampak dari alat-alat yang tersedia selama berlangsungnya tindakan (ada laptop, LCD, CD, speaker aktif )
5). Guru sebagai peneliti telah berusaha memperbaiki kinerjanya
6). Peneliti telah melaksanakan validasi instrumen penelitian dengan cara memperbaiki instrumen .
7). Materi yang dibahas lebih bersifat kontekstual.
8). Guru sebagai peneliti telah berupaya memberi motivasi yang cukup bermakna bagi siswa
9). Peneliti selalu mengadakan diskusi dengan para observer di akhir pembelajaran pada setiap pertemuan.
Berdasarkan analisa data dan kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan PTK maka dapat disimpulkan bahwa Penggunaan VCD pembelajaran dan teknik pembelajaran pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan hasil belajar tentang perilaku menyimpang masih kurang dirasakan oleh siswa , sehingga adanya upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui tindakan siklus ke II , untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Kelemahan dan Rencana Perbaikan Tindakan
Kelemahan dan rencana tindakan perbaikan yang telah peneliti laksanakan selama siklus I dapat dipaparkan pada Tabel berikut:
TABEL 6
Tabel Kelemahan dan Tindakan Perbaikan Selama Siklus I
Kelemahan pada Pertemuan I Tindakan Perbaikan dan Kelemahan pada Pertemuan II Tindakan Perbaikan dan Kelemahan pada Pertemuan III Pertemuan V
(POSTES) Rencana Tindakan pada Siklus II
Peneliti kurang rileks dalam melaksanakan pembelajaran saat diamati observer . Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Peneliti berusaha lebih mengenali para observer melalui diskusi dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran Mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam implementasi pembelajaran observasi Siswa kurang mandiri dalam mengerjakan postest Sebelum melaksanakan implementasi segala keperluan pembelajaran dipersiapkan dengan matang
Interaksi siswa dalam proses belajar kurang muncul dan keaktifan siswa belulm merata Siswa diingatkan bahwa kerja sama dalam kelompok merupakan salah satu aspek yang akan dinilai Siswa diminta untuk berbagi tugas dalam bekerja kelompok dan mengingatkan bahwa aspek ini akan dinilai terus menerus Tugas anggota kelompok diperjelas dan diupayakan lebih kompak
RPP belum ada rincian waktuPeneliti menyusun RPP untuk pertemuan kedua yang dilengkapi dengan rincian waktu (perbaikan ini dilaksanakan pada RPP-RPP selanjutnya)
Kurang mampu mengelola waktu Peneliti mengontrol waktu dengan ketat (melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam RP
Cara merekam kemampuan argumentasi siswa (aspek kognitif) hanya dilakukan pada saat kelompok presentasi saja, sehingga bagi kelompok yang tidak presentasi tidak mendapatkan nilai yang obyektifArgumentasi masih direkam saat kelompok presentasi saja sehingga bagi kelompok yang tidak maju presentasi hingga pertemuan ini belum mendapat nilai Argumentasi direkam selain pada saat siswa berada dalam kelompok-kelompok, dengan cara observer dan peneliti lebih lama berada di kelompok-kelompok untuk merekam argumentasi siswa saat berdiskusi kelompok (cara ini peneliti dilaksanakan juga untuk pertemuan-pertemuan berikutnya)
Keaktifan dan motivasi siswa belum merata walaupun peneliti telah memberi reward berupa stiker kepada siswa yang telah berpartisipasi selama proses Peneliti terus memotivasi keaktifan siswa dan memberi reward berupa stiker bagi siswa yang telah berpartisipasi selama proses belajar Peneliti terus memotivasi keaktifan siswa dan memberi reward berupa stiker bagi siswa yang telah berpartisipasi selama proses belajar, namun hingga pertemuan ini keaktifan siswa masih belum optimal merata
Banyak jawaban serentak pada saat peneliti mengadakan tanya jawab Masih banyak jawaban serentakPeneliti menyampaikan kepada siswa bahwa yang akan menjawab pertanyaan supaya mengacungkan tangan
Pada saat melaksanakan diskusi, siswa tidak menyebabkan identitas diri Peneliti meminta siswa untuk menyebutkan identitas diri pada saat melaksanakan diskusi, sehingga memudahkan untuk memberikan penilaian (himbauan ini peneliti laksanakan terus menerus selama melaksanakan diskusi, terutama jika siswa lupa menyebutkan identitas Identitas siswa diganti dengan nomor urut anggota kelompok yang dipasangkan pakaian seragam, untuk lebih memudahkan penelitian kepada siswa bersangkutan
Siswa belum diberi kesempatan merefleksi hasil pemecahan masalah Siswa diberi kesempatan menilai hasil karya kelompok lain, dengan cara memberikan kritik dan saran (dituliskan di sela-sela poster yang telah dibuat kelompok)Siswa diberi kesempatan menilai hasil karya kalah lain melalui lembar isian komentar yang telah peneliti siapkan, sehingga prosedurnya lebih terarah
Presentasi dilaksanakan oleh kelompok yang anggota-anggotanya terbiasa aktif , kurang memberi motivasi pada siswa yang lain
Siswa masih kurang merasa bahwa CDpembelajaran dan teknik pemecahan masalah sebagai motivator dalam pembelajaran
Persiapan penayangan CD pembelajaran memerlukan waktu yang lama , sehingga in efisiensi waktu
Siswa kurang merasa bahwa CD pembelajaran merupakan kebutuhan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
Siswa kurang merasa tertarik dengan tayangan CD pembelajaran yang dihubungkan dengan LKS yang kurang relevan
Diadakan pengundian supaya semua kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk maju presentasi, namun dari undian ini yang mendapat kesempatan presentasi kebetulan kelompok yang kemarin tahun maju presentasi
Guru mempersiapkan penayangan CD sebelum waktu pembelajaran
Penayangan ulang CD pembelajaran dengan disertai informasi dari Guru secara insidentil sesuai kebutuhan
Menyusun LKS yang lebih relevan dengan tayangan CD pembelajaran Kelompok yang maju presentasi pada pertemuan ini adalah kelompok yang belum maju (undian diulang lagi pada saat hasil undian jatuh pada kelompok yang pada pertemuan sebelumnya telah maju presentasi)
B. Siklus 2
Pembelajaran siklus 2 selama dua kali pertemuan pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2013 jam 9.45 – 11.15. kegiatan diawali dengan pembuka pelajaran dan melakukan pengapabsenan siswa yang tidak hadir. Pada pertemuan ini jumlah siswa yang menjadi sampel adalah siswa . Guru menyampaikan informasi tentang cara pemecahan masalah tentang Perilaku menyimpang yang ditayangkan dalam CD pembelajaran . Guru juga menginformasikan tentang hal hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran siklus II , khususnya dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa . Disamping itu guru juga memberikan motivasi pada siswa tentang pentingnya pemahaman tentang perilaku meyimpang. Dalam kesempatan ini siswa mengamati CD pembelajaran tentang perilaku menyimpang sebagai bahan bahan diskusi. Guru melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran ini dengan menggunakan lembar pengamatan dalam proses pembelajaran (terlampir).
Pada tanggal 24 Mei 2013 (pertemuan ke dua) pembelajaran dilaksanakan pada jam 09.45 sampa 10.30 wib. dalam kesempatan ini pemelajaran difokuskan kepada aktivitas presentasi didepan kelas dan memperbaiki hasil kerja kelompok.
Dalam siklus ke 2 ini tugas masing masing kelompok ditukar dengan tugas kelompok pada sikus 1 . Dalam melaksanakan observasi pada aktifitas Interaksi sosial di lapangan pada siklus II , tugas masing masing kelompok sebagai berikut :
a.kelompok I ,IV dan VII mengerjakan LKS B
b.Kelompok II, V dan VIII mengerjakan LKS C
c.Kelompok III dan VI mengerjakan LKS A
Berdasarkan dengan kegiatan siswa tersebut guru melakukan pengamatan (observasi ) proses pelaksanaan diskusi dengan menggunakan instrumen observasi . Berdasarkan hasil observasi guru dapat ditampilkan nilai kinerja siswa di dalam diskusi pada siklus II sebagai berikut:
Berdasarkan data dari observasi serlama pelaksanaan diskusi pemecahan masalah tentang perilaku menyimpang dalam siklus ke II , setelah dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Nilai rata rata dari kerja sama siswa dalam kelompok diskusi sebesar 77, 8 . Hal ini berarti betrada di atas standar yang ditentukan .
2) Nilai rata rata kemampuan berpendapat dalam kelompok diskusi sebesar 79, 2 . Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
3) Nilai rata rata kemampuan menerima pendapat dalam kelompok diskusi sebesar 79, 3. Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
4) Nilai rata rata kualitas berargumentasi dalam kelompok diskusi pemecahan masalah sebesar 78, 3 . Hal ini berarti di atas standar yang ditentukan .
5) Nilai rata rata kemampuan membuat kesimpulan hasil diskusi dalam kelompok diskusi pemecahan masalah sebesar 78, 9. Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
Pada tanggal 24 Mei tersebut diadakan pertemuan ke tiga yang difokuskan pada kegiatan presentasi yang dilakukan siswa didepan kelas untuk melaporkan hasil pengamatan dari media CD yang di tayangkan. Dalam kegiatan presentasi ini masing-masing kelompok diwakili oleh dua orang. Kelompok satu,kelompok empat dan kelompok tujuh melaporkan hasil observasi tentang “supir busway wanita Kelompok dua, lima dan delapan melaporkan hasil observasi tentang “tawuran pelajar” Kelompok tiga dan enam melaporkan hasil observasi tentang “penyimpangan seksual”
Dalam kegiatan presentasi yang dilakukan siswa untuk melaporkan hasil observasi nya ini, guru melakukan pengamatan terhadap siswa yang berpresentasi dan keaktivan siswa dikelas dalam menerima dan menanggapi presentasi temannya. Dalam pengamatan presentasi ini, guru menggunakan format pengamatan presentasi. Berdasarkan pengamatan guru (peneliti) hasil penilaian kinerja siswa dalam presentasi melaporkan hasil observasi nya sebagai berikut(terlampir):
Setelah presentasi delapan kelompok selesai dilaksanakan, guru menanggapi secara umum hasil presentasi yang dilakukan masing-masing kelompok. Kemudian memberikan klarivikasi dan arahan untuk revisi dan perbaikan laporan. Berikutnya guru memerintahkan kepada siswa untuk merivisi laporan hasil diskusi pemecahan masalah pada siklus ke II yang harus diselesaikan pada tanggal 24 Mei 2013 jam 11.15.
Berdasarkan data dari observasi serlama pelaksanaan presentasi hasil diskusi pemecahan masalah tentang Perilaku Menyimpang , setelah dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Nilai rata rata dari kerja sama siswa dalam presentasi sebesar 86, 9 . Hal ini berarti di atas standar yang ditentukan .
2) Nilai rata rata sistematika berbicara dalam presentasi sebesar 86, 6 . Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
3) Nilai rata rata kemampuan mengikuti prersentasi sebesar 86, 1 . Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
4) Nilai rata rata kualitas materi presentasi hasil diskusi pemecahan masalah sebesar 85, 3 . Hal ini berarti masih diatas standar yang ditentukan .
5) Nilai rata rata kemampuan membuat kesimpulan hasil presentasi dalam kelompok diskusi pemecahan masalah sebesar 86, 7 Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
Berikutnya guru melakukan penilaian terhadap laporan hasil diskusi masing-masing kelompok dengan menggunakan format penilaian laporan hasil diskusi .
Berdasarkan data dari nilai laporan hasil diskusi pemecahan masalah tentang Perilaku Menyimpang pada siklus II , setelah dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Nilai rata rata dari kerja sama siswa dalam menyusun lapopran hasil diskusi sebesar 86,3 . Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
2) Nilai rata rata sistematika laporan sebesar 85,0 . Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
3) Nilai rata rata kualitas laporan sebesar 86,1 . Hal ini berarti standar yang ditentukan .
4) Nilai rata rata penggunaan bahasa laporan hasil diskusi pemecahan masalah sebesar 86,8. Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
5) Nilai rata rata relevansi laporan hasil diskusi pemecahan masalah sebesar 87,1. Hal ini berarti diatas standar yang ditentukan .
Berdasarkan analisa data nilai laporan hasil diskusi pemecahan masalah dengan menggunakan media CD pembelajaran pada siklus ke II menghasilkan nilai rata rata dari seluruh aspek diskusi yaitu 86,3
Sekitar 15 menit menjelang berakhirnya pertemuan ke 3 pada siklus ke II , Guru ( peneliti ) membagikan instrumen penelitian yang telah direvisi tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tentang Perilaku mnyimpangl dengan observasi dan mengunakan CD pembelajaran . Sebelum siswa mengisi instrumen , terlebih dahulu Guru menjelaskan tentang cara pengisian Instrumen .
Setelah data hasil pengisian instrument motivasi belajar diinfentarisir , dapat disajikan data motivasi belajar siswa sebagai berikut :
TABEL 7
HASIL ANGKET METODE PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA VCD TENTANG PERILAKU MENYIMPANG
N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH RATA-RATA
1 6 5 6 5 6 6 5 5 5 5 54 5.4
2 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47 4.7
3 6 4 6 6 5 5 5 4 5 5 51 5.1
4 6 5 6 6 6 5 6 5 5 5 55 5.5
5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47 4.7
6 4 5 4 5 4 5 6 3 6 6 48 4.8
7 4 5 4 5 4 5 6 3 6 6 48 4.8
8 5 5 6 5 6 5 5 5 6 5 53 5.3
9 5 5 6 5 6 5 5 5 6 5 53 5.3
10 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 52 5.2
11 6 6 5 5 6 6 6 6 6 6 58 5.8
12 6 5 4 6 5 4 4 5 6 5 50 5
13 6 5 6 6 5 4 5 5 6 6 54 5.4
14 6 5 5 6 5 4 5 5 6 6 53 5.3
15 6 5 5 6 5 4 5 5 6 6 53 5.3
16 6 5 6 6 5 6 5 5 6 6 56 5.6
17 6 6 6 6 6 5 5 5 6 5 56 5.6
18 6 6 5 5 5 4 4 6 6 6 53 5.3
19 6 5 4 4 4 5 5 6 5 4 48 4.8
JUMLAH 104 98 97 102 96 93 97 93 107 102 989 98.9
RATA-RATA 5.47 5.16 5.11 5.37 5.05 4.89 5.11 4.89 5.63 5.37 52.05 5.21
Berdasarkan data tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Interaksi social dengan menggunakan teknik pemecahan masalah dan media CD pembelajaran , menghasilkan analisa data sebagai berikut :
1) Media CD pembelajaran tentang perilaku menyimpang merupakan sarana pembelajaran yang bermafaat dalam pembelajaran , dalam siklus ke II ini telah dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 5, 47 atau 91, 22 % dari skor maksimal .
2) Media CD pembelajaran tentang perilaku menyimpang merupakan kebutuhan bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar , telah dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 5, 16 atau 85, 96 % dari skor maksimal .
3) Media CD pembelajaran tentang perilaku menyimpang yang dipadukan dengan pembelajaran pemecahan masalah merupakan pendorong bagi bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar, merupakan kenyataan yang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 5, 11 atau 85, 08 % dari skor maksimal .
4) Media CD pembelajaran tentang perilaku menyimpang yang dipadukan dengan pembelajaran pemecahan masalah adalah menarik bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar , merupakan kenyataan yang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 5, 37 atau 89, 47 % dari skor maksimal .
5) Media CD pembelajaran tentang perilaku menyimpang yang dipadukan dengan pembelajaran pemecahan masalah telah diprediksim oleh siswa untuk meningkatkan motivasi belajar , merupakan kenyataan yang dirasakan oleh siswa dengan skor rata rata 5, 05 atau 84, 21 % dari skor maksimal .
Hasil refleksi pada Siklus II
a. Kelebihan
Kelebihan yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran di siklus II adalah sebagai berikut:
1. Siswa sangat antusias dengan kegiatan pembelajaran (siswa terlihat tidak beranjaknya dari tempat duduk walaupun peneliti telah memerintahkan untuk meninggalkan kelas.
2. Siswa lebih aktivitas selama proses belajar dalam berdiskusi pemecahan masalah .
3. Siswa menjadi lebih kreatif dan lebih termotivasi , hal ini dapat dilihat dari cara mereka dala mempresentasikan laporan ilmiah,, maupun dalam melaksanakan kegiatan kelompok lainnya.
4. Siswa menjadi lebih komunikatif , dan menganggap media CD pembelajaran sebagai sarana yang nermanfaat dalam pembelajaran
5. Siswa berlomba untuk mendapatkan nilai terbaik
6. Konsentrasi siswa dalam belajar cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena peneliti selalu membawa siswa masuk dalam orientasi masalah sebelum pembelajaran inti dimulai.
7. Siswa sudah lebih termotivasi dan terampil menyusun laporan hasil diskusi
8. Hasil belajar siswa telah meningkat dari siklus I ke siklus II (dari rata-rata 74, 70 menjadi 79, 70 dan ketuntasan belajar secara klasikal dari 63,15 % menjadi 89, 47 %).
9. Peneliti telah menerapkan dan mengembangkan kelebihan-kelebihan yang ditemukan di siklus I pada siklus II ini.
10. Semua rencana perbaikan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I telah dilaksanakan di siklus II ini dengan baik, dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
11. Kinerja guru dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran semakin mantap, hal ini dapat dilihat dari tahapan pembelajaran yang dilaksanakan. Tindakan peneliti konsisten, yaitu mengacu kepada rencana pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan strategi yang dipilih (pembelajaran kontekstual dengan peta konsep kelompok). Tahapan pembelajaran yang direncanakan meliputi tahap orientasi masalah, tahap mengkoordinir siswa dalam kelompok, tahap membimbing siswa dalam diskusi , dalam menelaah tayangan CD pembelajaran , memotivasi siswa , dan tahap mengembangkan laporan hasil diskusi pemecahan masalah .
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Perolehan Proses Belajar
a.Aktivitas Siswa dalam menelaah isi CD pembelajaran .Diskusi, presentasi dan menyusun Laporan
Keberhasilan aktivitas siswa dalam hal menyelesaikan LKS, menyusun laporan, dan menyusun peta konsep kelompok selama proses pembelajran pada setiap siklus sebagai berikut :
TABEL 8
Perkembangan Aktivitas Siswa dalam Menyelesaikan LKS, Laporan Ilmiah, dan Peta Konsep Kelompok
Aktivitas Nilai rata-rata kelas (dari tujuh kelompok) % Ketentuan (Jumlah kelompok telah mencapai nilai 75)
Diskusi penyelesaian LKS 73, 20 78,70 73 % 100%
Presentasi hasil diskusi 74,20 86,30 74 % 100%
Laporan hasil observasi
Motivasi belajar 74,40
73, 85 % 87,30
86, 75 % 74 % 100%
b. Aktivitas Siswa Berupa Keterampilan Kognitif, Psikomotorik, dan Afektif
Berdasarkan pengamatan peneliti selama berlangsungnya pembelajaran dan hasil wawancara dengan siswa , perkembangan keterampilan kognitif, psiko-motorik, dan afektif yang dialami siswa dalam pembelalajarn observasi tentang perilaku menyimpang, kelas X.4 SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN akibat pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II sebagai berikut :
1. Siswa merasa senang melaksanakan tugas dalam pembelajaran dengan pemecahan masalah tentang perilaku menyimpang dan menggunakan media CD pembelajaran ..
2. Siswa meningkat kemampuannya di dalam diskusi , khususnya dalam hal keberanian menyampaikan pendapat , menghargai pendapat orang lain dan menyimpulkan hasil diskusi .
3. Siswa lebih menyadari bahwa pembelajaran dengan bekerja sama memilki hasil yang lebih besar dari pada pembelajaran yang hanya dilaksanakan dengan ceramah .
4. Siswa lebih menyadari bahwa pembelajaran dengan melihat langsung contoh perilaku menyimpang melalui tayangan CD pembelajaran dianggap lebih tepat guna
5. Ada peningkatan kemampuan siswa dalam mengkontruksi sendri berdasarkan pengetahuannya sendiri , melalui melihat tayangan pada CD pembelajaran .
6. Siswa lebih memiliki keberanian dalam melakukan upaya pemecahan masalah social , khususnya masalah yang berhubungan dengan perilaku menyimpang .
7. Siswa lebih termotivasi dan memiliki kemampuan dalam menyusun laporan hasil diskusi pemecahan masalah .
8. Ada keinginan peneliti untuk menerapkan model pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan CD pembelajaran pada pembelajaran IPS dengan materi yang lain .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan semua uraian di atas, khususnya uraian pada bab IV peneliti menyampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan CD pembelajaran telah mengakibatkan siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.
2. Pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan CD pembelajaran pada materi Perilaku menyimpang merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa kelas X.4 SMA N 8 KOTA TANGERANG SELATAN.
3. Pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan media CD tentang Perilaku menyimpang telah membentuk siswa untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, mandiri dan bekerjasama, serta lebih termotivasi untuk belajar .
Saran
Mengacu kepada kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Supaya pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran Perilaku menyimpang di kelas atau sekolah lain.
2. Dalam penelitian ini, kemampuan argumentasi siswa belum muncul optimal, maka perlu dikembangkan dengan metode atau media pembelajaran yang lain
3. Peneliti juga memberikan rekomendasi kepada peneliti lain untuk mengembangkan penggunaan CD pembelajaran yang dipadukan dengan metode-metode pembelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Budiningsih. A.C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Degeng, Nyoman. S. 2000. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bahan Penaaran Applied Approach. Malang: LP3UM.
Depdiknas. 2003. Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2005. Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen . Jakarta : Depdiknas .
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Direktorat PLP. 2003. Pendekatan Kontekstual – Cotextual Teaching and Learning – CTL.. Jakarta: Direktorat PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Gagne, R.M. & Briggs L.J. & Warger W.W.. 1992. Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart and Winstone.
Gagne, Robert M. 1985. The Conditions of Learaning and the Theory of Instructions. 4th Edition. New York. CBS College Publishing. Hold-Sounders International Edition.
Nur,M. 2000. Motivasi dalam pembelajaran . Unesa , Surabaya
Ibrahim,M. & Nur,M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa Universiity Press.
Ibrahim, M. dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Penerbit Universitas Negeri Surabaya.
Joni, T.,R. 1991. Strategi Belajar Mengajar : Acuan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mustaji dan Sugiarso. 2005. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik. Surabaya Penerbit Unesa University Press.
Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Un iversitas Negeri Malang
PPPG IPS dan PMP. 2002. Pendekatan dan Metode Pembelajaran: Bahan Penataran Instruktur Guru IPS dan PPKn. Malang : PPPG IPS dan PMP.
Stephen, P. Robin.1996. Perilaku organisasi. konsep dan aplikasi. Terjemahan. Jakarta : Airlangga.
Wahjosumidjo. 2004. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Ind
Sadiman AS, 1990, Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta, PT. Rajawali.
Degeng, I.N,S, 1993, Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Terapan, Teori Kognitif dalam desain pembelajaran, Jakarta Dirjen Dikti
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
terimakasih bu.... saya ibu bukan bapak....
Good job Pak