Banjir Masih Bisa Bergaya?
Tanggal sembilan belas Februari adalah awal terjadinya hal yang tidak dapat kami prediksi sebelumnya. Jumat malam hujan tak berhenti dan semakin dini hari semakin deras, menambah nikmatnya terlelap dalam dunia mimpi dan semakin nyaman berada di bawah selimut tebal.
Sekitar pukul tiga dini hari saya terbiasa bangun melakukan rutinitas yang biasa saya lakukan untuk mencoba bercengkama dengan sang Maha Pencipta. Hujan pun semakin deras menurunkan limpahan rahmat Sang Maha Pencipta. Sekitar pukul empat pagi anak bungsu kami masuk sambil tergesa-gesa dan memberi kabar harus siap siaga bahwa air semakin naik.
Aku masih bersikap santai karena memang biasanya tak penah separah itu, kulanjutkan tugas rutinitasku di dapur usai sholat subuh menyiapkan sarapan alias makan pagi untuk ketiga jagoanku. Saat kubuka kulkas ternyata persediaan sayurpun hanya tinggal wortel, labu dan sawi. Lalu kubuka lemari persediaan makanan kering yang tersisa hanya mie instan, kerupuk dan beberapa makanan ringan.
Semakin siang ternyata air semakin tinggi dan alhasil semua menjadi panik . Air depan rumah sudah mencapai 40cm tingginya, rumah tetangga sudah mulai kemasukan air yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Di ujung gang rumahku sudah mencapai sepinggang orang dewasa ketinggian air dan di blok sebelah sudah mencapai sedada orang dewasa. Semua sibuk mengevakuasi barang-barang berharga untuk diselamatkan, termasuk suamiku akhirnya mulai panik untuk memindahkan kendaraan ke tempat yang lebih aman meskipun air tidak masuk ke rumah kami.
Dengan sigap para jagoanku di rumah membantu para tetangga mengevakuasi barang-barang serta orang yang sedang sakit agar tidak terkena banjir. Masyarakat berjibaku, bekerjasama tanpa melihat ras, suku dan agama apapun semua saling menolong, kaum laki-laki membantu evakuasi sedangkan kaum wanita memasak di dapur umum untuk semuanya.
Dan listrikpun dipadamkan oleh PLN karena di blok dekat sekolah ada sepasang suami istri yang terkena setrum listrik, akibat si ibu akan memindahkan lemari pendingin tanpa mencabut atau mematikan aliran listrik terlebih dahulu, saat sang istri teriak suaminya segera menolong tanpa sadar mematikan aliran listrik terlebih dahulu, malangnya keduanya terkena setrum listrik, si anakpun segera berteriak minta tolong dal alhamdulillah akhirnya tertolong dan selamat, hanya tak sadarkan diri saja.
Usai evakuasi ada-ada saja ide anak-anak remaja ini, mereka mencari hiburan saat banjir mereka manfaatkan untuk berfoto bak model terkenal.
Catatan Banjir 2021
#Tagur
#Day2
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar