Wawat Tustiawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tiada Kawan yang Dapat Melebihi Kebaikanmu Ibu (3)

Dengan tubuh masih gemetar segera kutelpon suamiku untuk segera mengantar ke rumah sakit tempat di mana ibuku dirawat hingga dipanggil oleh Sang Khaliq.

Tangisku tak bisa berhenti, sepanjang jalan rasa sesal melanda hati dan jiwakumengapa semalamaku harus pulang dan bergantian dengan adikku. Andai saja tahu waktumu denganku adalah detik-detik terakhir, mungkin aku akan terus berjaga, akan terus menemanimu meski hanya tatapan mata indahmu saja yang dapat berbicara. Yah, seandainya waktu dapat kuputar kembali, aku abaikan semua yang membatasi waktuku bersamamu duhai bunda sayang.

Sesampainya di rumah sakit dan di ruang rawat inap ibu, tangisku kembali pecah, tak sanggup berkata-kata hanya bisa memeluk adikku saling menumpahkan air mata. Perlahan kubuka, kubelai rambunya dan kucium kening Ibu dengan syahdu penuh kerinduan. Aku rindu lita saling bercanda, rindu bercerita, rindu curhat, rindu dengan segala kasih sayangmu duhai bunda cintaku. Kubisikkan seuntai doa di kedua telingamu, memohon ampunan Illahi Rabbi untuk menerima segala amalkebaikan dan mengampuni segala kesalahannya.

Ada banyak kenangan indah bersama Ibu, Subhanalla ketika aku diponis tentang suatu penyakit dan harus tindakan operasi, yang kucari sepulang dari rumah sakit adalah menangis di pangkuan ibu, tidak pada suami,hingga aku menerima keputusan ibu untuk tidak melakukan tindakan operasi namun dengan pengobatan secara herbal, alhamdulillah tidak sampai dioperasi penyakit tersebut hilang setelah semua proses aku lakukan dengan disiplin.

Ada kisah sedih dan lucu ketika Ibu sakit dan sudah mulai pikun, saat itu ibududuk di sofa ruang tamu dan aku duduk di lantai karena sofa kujadikan meja sebagai alas laptopku.Sambil ndeprok aku fokus membuat laporan keuangan dan sesekali melayani ibu yang sedang mengajakku ngobrol. Tiba-tiba saja aku dikagetkan dengan panggilannya sambil menggeprak kursi, aku kaget dan menoleh bertanya mengapa Ibu melakukan seperti itu, "Lagian emang Ibu bicara dengan orang gagu,jawab kok mata tetap ke laptop," ujar ibu dan jleb banget menusuk hatiku, segera kututup laptop dan rapikan semua pekerjaan. Kutemani beliau bercengkrama hingga kami sama-sama tertawa. Manakala aku tes hapalan Al Qur'an beliau, karena mulai pikun.

Beberapa pekan usai pemakaman ibu, aku bermimpi bercengkrama dengan beliau dan almarhum membuka pintu kamar tidurku sambil memanggil namaku juga untuk melanjutkan istirahat, kupanggil untuk tidur bareng namun menolak. Esok paginya di tempat aku bekerja mengikuti acara rapat tahunan dan pembagian bonus, dengan cara mengocok seperti arisan pada umumnya. Dan tarrraaa....., muncul namaku untuk dapat melaksanakan umrah dengan semua biaya yayasan tersebut yang menanggung, ak segera menandatangani hasil tersebut. Maha suci Allah ini hadiah terindah yang Allah berikan melalui keberkahan menemani ibu di saat sakit.

Kenangan suka duka menjadi kenangan, kini kita doakan semoga Allah senantiasa menyehatkan dan berbahagia bagi kami semua dan semoga Allah melapangkan kuburnya dan ditempatkan di tempat yang terindah. Kenangan bersamamu, tiada kawan yang dapat melebihi kawanku.

#Day73

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantabs...salam literasi

13 Jan
Balas

Terima kasih bu, salam.

18 Jan



search

New Post