#Hari ke 37

Oleh. Welka Nelma, S.Pd

Saatnya beraksi. Jangan selalu gigit jari. Mari, mari kerahkan emosi. Kejar, kejar segala obsesi. Jangan ragu lagi. Tak ada kalimat yang harus berlama – lama di sini. Putar otak kanan dan kiri untuk melahap yang terjadi. Manfaatkan segera informasi. Ayo, ayo jadikan bahan literasi. Kapan lagi.

Tak cukup hanya kondisi si Budi bermain lilin, tangannya terbakar api karena si api lilin diterbangkan angin lari. Loh, kan mati. Gandeng cepat siimajinasi biar menjadi cerita mini dengan liuk – liuk kalimat menyudahi. Rangkul kata – kata sehati agar menjadi update terkini.

Apakah mungkin terjadi? Seperti aku di sini, di gurusiana ini. Dulunya tidak sedikit pun tak pernah melirik apalagi meminati. Kadang malu sendiri. Menugaskan siswa untuk buat karya itu dan ini. Tak perlu banyak, selembar saja cukup yang penting cerita sendiri.

Temanya kalau tidak berlibur ke rumah Nenek, bisa jadi tamanku indah sekali atau karangan tentang pelangi. Siswaku protes aku memarahi. Padahal aku pribadi menulis sebait puisi saja bingung menggerogoti.

Tapi kini, wow, aku tergila – gila sendiri. Cintaku pada menulis bak jamur tumbuh mekar setelah dihujani. Aku selalu rindu padanya bagai tak bertepi. Sehari saja tidak menulis puisi, seakan mati. Ya, puisi memang itu bisaku kini.

Ini menjadi mainan pribadi yang membuatku berani memamerkan diri. Apalagi di depan peserta didikku kini. Aku berbangga diri, dan yakin sekali untuk berbagi dengan mereka tanpa henti. Mereka pun sangat meminati. Sedikit ada masalah terjadi, langsung melampiaskan lewat puisi. Tiada ocehan kasar yang berseliweran kini.

Status – status yang bernada mencaci kini di tulis dengan kata – kata aksi yang penuh teka teki. Mereka konsultasi padaku untuk melihat karya mereka nan penuh arti. Aku senyum sendiri. Luar biasa pikirku lagi. Padahal aku juga pemula yang dulunya tidak bernyali. Sepertinya diriku telah menemukan belahan hari.

Setiap hari sibuk saja menulis puisi mencoba mengikuti tantangan menulis 30 hari. Aku tidak mau terlewat walapun sehari. Takut, pasti. Nanti diremedi sama bapak Mohammad Ikhsan yang baik hati. Terpaksa mengulangi lagi. Aku tidak mau itu terjadi. Guru literasi harus punya semangat inspirasi. Pikirku lagi.

Menjadi seorang inspirasi tentulah harus banyak membaca. Membaca merupakan gerbang dunia. Membaca bukan buku saja tetapi lebih dari segalanya. “Alam takambang jadi guru”, kalimat ini tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi guru, sangat familiar sekali akhir- akhir ini. Semakin banyak membaca, dalam artian membaca segala yang tersurat dan tersirat. semakin luas cakrawala berpikir kita.

Memang tidak mudah, selalu ada saja kendala. Tidak dari diri kita, sinyal yang bermain manja. Ia kadang ada, kadangkala bersembunyi entah ke mana. Apalagi waktu deadline tiba. Berbaur rasanya melihat tulisan belum juga terkirim ke gurusiana.

Diam saja, tanpa memikirkan sesuatu untuk mencari cara, waktu berputar, tanggal pun bertukar. Remedi harus siap melamar. Apa jadinya tulisan yang 29 hari berlayar, harus kembali ke dermaga asal tanpa bisa ditawar.

Seorang penggerak, apalagi guru memang harus bergerak. Memulai dari hal – hal kecil yang bisa kita lacak. Seperti di atas hanya status yang tanpa sengaja rahasia pribadi mereka kuak. Mengupdate kata – kata sensasi kadang membuat muak. Kita harus berani mendobrak.

Seorang penggerak, tentulah banyak cara untuk bergerak, menjadi pelopor perubahan dan peningkatan mutu pendidikan terutama di tempatnya bertugas. Menguak segala hal dengan rasa yang abstrak. Tidak dengan emosi mendadak yang membuat segala meledak. Guru penggerak, pastinya bergerak.

Sumber:

http://elnurudinalbiruni.blogspot.com/2012/11/makna-alam-takambang-bagi-guru.html

https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5e2fe194d541df18ac2fea02/guru-penggerak-dan-merdeka-belajar

Nama lengkap Welka Nelma, S Pd. Lahir di Bonjol, 17 September 1983. Guru Bahasa Indonesia pada MAN 2 Padang Pariaman. Alamat email: [email protected], Hp 082170660481.