Welka Nelma, S.Pd

Welka Nelma, S. Pd. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mereka memang bukan dari rahimku (Part 6)

Mereka memang bukan dari rahimku (Part 6)

#Tantangan menulis 60 hari. Hari ke 36

Musim jambu

Asyiiiik. Semakin hari semakin lebat saja buah jambu yang ada di sekolahku. Tangan dingin yang menanamnya sungguh luar biasa. Setiap kali berbuah selalu jadi rebutan.

Memang membawa berkah. Buah jambu itu bisa dinikmati oleh seantero warga sekolah kami. Bahkan tetangga sebelah pun bisa sesukanya untuk mengambil. Semaunya silahkan. Tak ada yang melarang.

Mungkin, hanya ketika mereka harus memanjat, pasti dilarang oleh siapa pun yang melihat. Eits. Bukan pelit ya. Tapi kasian. Mereka masih sangat kecil dengan berseragam putih merah.

"Adek - adek turun. Ntar jatuh lo."

"Tunggu. Aku mau ambil buah jambunya dulu."

"Sini. Turun kamu. Biar kakak yang bantuin."

"Ogah. Ntar yang nggak mateng lagi."

"Idiih kamu."

Sepotong kayu telah siap di tebas untuk sinakal ini. Mereka masih kecil, kok udah pada ngeyel. Mau jadi apa ntar kalo udah gede. Kecilnya aja kaya gini, apalagi besarnya ya.

Wilujeng ngedumel dalam hati. Kesalnya muncul juga. Walau udah bela - belaan jadi anak baik. Perempuan dengan tutur kata lemah lembut. Tapi amarahnya juga tergoda melihat bocah - bocah nakal ini.

Namun ia tak terlalu memikirkannya. Tugas yang seabrek harus ia kerjakan. Dia harus mampu menyelesaikan tugas - tugas seperti Maniska. Tak pernah bosannya.

Setiap ada guru masuk, di kasih tugas, ia anteng saja membuatnya. Ketika disuruh tampil dia tak pernah menolak. Sepertinya otaknya encer sekali. Ada saja jawabannya.

Sementara aku, selalu saja buntu. Kalau pun maju, tentu ada seseorang dibelakangku. Memberi kasih tunjuk. Lebihku hanya punya mental yang pemberani. Mungkin karena tomboi kali.

Tapi tunggu dulu. Aku pernah beberapa kali untuk meraih nilai terbaik. Itu karena aku belajar. Iya memang saat itu akan Peha aku belajar sama Maniska. Gadis itu. Dia bukan sainganku.

"Bagus. Serius kamu mau belajar lagi denganku?"

"Bukannya aku nanti musuh dalam selimutmu."

"Wilujeng. Aku memang pernah mengeluarkan kata - kata itu saat kamu tuduh aku mengambil barangmu. Kemudian kamu mengatakan ke teman - teman aku centil, dan selalu godain Mahardika."

"Aku minta maaf. Aku menyesal."

Pulang sekolah mereka ke rumah Wilujeng dulu. Mengambil segala perlengkapannya untuk hari ini dan sekolah besok kembali. Ibunya oun tidak pernah membantah kemana gadis itu pergi. Dia yakin Maniska anak yang baik.

Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang tua Maniska, membuat hati Ibu Wilujeng terbuka. Saat rapat komite itu dia tau bagaimana perolehan beasiswa dan penghargaan sekolah untuk prestasinya.

Ibu Maniska sangat baik dan ramah. Memang buah tidak jauh jatuh dari batangnya. Watak Ibunya yang sabar terlihat juga dari keseharian Maniska. 

"Yuuk di makan. Jangan malu - malu ya. Anggap rumah sendiri saja."

"Iya Bu."

Selesai makan, Wilujeng mengikuti segala yang dilakukan Maniska. Ia merapikan mwja makan. Mencuci piring, kemudian duduk sejenak di depan televisi barulah Sholat Isya.

Semua selesai, tugas malam pun di mulai. Ia belajar. Tugas yang diberikan guru dikerjakannya dengan santai. Satu persatu akhirnya usai. Kemudian mereka berkemas untuk menikmati empuknya kasur.

***

"Bu Say. Selamat pagi."

"Waah kalian. Ibu senang liatnya. Akur lagi."

"Iya Bu. Kami udah saling terbuka. Gak ada yang ditutupin kok."

"Gitu dong say. Bersaing boleh tapi haruslah secara sehat. Apa salahnya naik bareng - bareng, juara bareng - bareng. Kalau ada yang nomor satu dan dua itu biasa. Namanya kompetisi pasti ada pemenangnya."

Mereka saling tersenyum dan langsung menuju kelas. Piket harus pun diselesaikan sebelum bel masuk berbunyi. Untung sarapan udah di eumah Maniska tadi.

Ibunya memang cekatan. Pagi - pagi semua udah beres. Padahal makanan seadanya. Maniska dengan ketiga adiknya setiap pagi selalu sarapan di rumah. Untuk siang, bekal pun dibawa ke sekolah.

Aku jadi teringat Ibu yang cantik itu. Sudah baik. Pekerja keras. Anak-anaknya pantasan aja tidak ada yang pemalas. Rumah mereka adem. Semua sudah tau dengan tugasnya. Tidak ada kata berisik.

Aku tidak boleh begitu membandingkannya dengan keluargaku. Harusnya aku bersyukur sudah diberikan segala apa uang kuminta. Uang jajanku tidak pernah berkurang. Sedikit pun.

"Waduh.Sudah ambil jambu.?"

"Iya dong. Bekal istirahat."

"Sepagi ini. Mana segar."

"Yang penting aku dapat duluan. Biar jam istirahat ntar ad yang dikudap."

Percakapan Maniska dan Galang membuatku tersentak. Sosok si keriting itu uang tidak pernah nampak susahnya, selalu ceria dan tertawa. Ada saja bahan candaannya yang membuat teman terpingkal.

Hanya karena jambu, ia harus mengambilnya sepagi ini. Untuk istirahat. Aku selalu mengulang kalimat itu dalam benakku. Sebegitunya. Apa dia tidak bisa membeli jajanan. Aku pun berpikir seorang. 

"Lo, kok masih di kelas. Kelapangan dong."

"Iya Bu."

Kami pun bergegas mengikuti segala aktivitas hari ini. Aku menikmati persahabatan ini. Mereka begitu damainya. Apalagi si keriting Galang penampakan dari luar tidak pernah susah. 

Hari -harinya selalu penuh canda tawa. Tiada beban sedikit pun jua. Bagaimana keadaan keluarganya aku pun tak pernah tau. Yang ku tau dia sahabatku di sekolah ini.

Waktu jam siang pun tiba. Bekal makanan dari Ibu Maniska ku buka. Kami makan bersama. Begitu juga Galang. Biasanya dia tidak pernah mau. Entah mengapa kini dia begitu, aku tak tau. 

Aku haru. Baru kali ini aku membawa bekal ke sekolah. Betapa bahagianya Maniska dengan kehidupan sederhananya. Padahal ayahnya entah kemana.

Jika meniggal, nisannya tidak ada. Jika ada, tapi tak pernah menjumpainya. Untung Ibunya punya usaha jahitan. Itulah penopang hidupnya. Sawah sebagai sandaran untung ada.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, selalu ada cerita seru yang dikemas. Sukses selalu dan barakallahu fiik

03 Apr
Balas

Sekali lagi selalu trima kasih Bu..Salam kenal..salam literasi.

03 Apr
Balas



search

New Post