Wenny Arie Puji Susanti, M.Pd.

Berbagi ide, berbagi pengalaman. Bersiap terinspirasi dan menginspirasi. Mendapat ilmu yang bermanfaat....

Selengkapnya
Navigasi Web
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.2
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.2

Peristiwa (Fact)

Di modul 2.2 ini, saya dibekali pengetahuan mengenai Pembelajaran Sosial Emosional. Kegiatan pengkajian LMS ini menggunakan Alur Merdeka. Diawali dengan Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi 1, Ruang Kolaborasi 2, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan diakhiri dengan Aksi Nyata.

Modul 2.2, Pada kegiatan alur Merdeka pertama, saya disajikan pada tema “Mulai dari Diri” yang memuat pertanyaan-pertanyaan reflektif proses pembelajaran yang pernah dilakukan seperti peristiwa yang dirasakan yaitu emosi-emosi positif misalnya optimis, senang, cinta, bahagia atau takjub. Pertanyaan selanjutnya yaitu berisi pertanyaan reflektif sebagai pendidik seperti merasakan emosi-emosi negative seperti marah, sedih, kecewa, menyesal, khawatir dan sebagainya. Pada kegiatan konsep Mulai dari Diri saya diminta untuk menggambarkan tentang bagaimana pembelajaran sosial emosional ini. Maka sebelumnya saya masuk dalam materi modul lebih dalam untuk berliterasi dari pengalaman serta sumber lain. Untuk memperkuat konsep lanjutan, saya diminta untuk berpendapatan Harapan dan Ekspetasi bagi diri sendiri setelah mengusai modul Pembelajaran Sosial Emosional.

Pada sesi akhir mulai dari diri, menangkap gambaran pembelajaran yang akan disajikan dalam LMS dan kegiatan modul ke depan karena sebelumnya saya telah melakukan literasi secara mandiri dari pengalaman yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang tidak disadari membawa alur pemikiran CGP berefleksi pada dirinya sendiri dan hal yang ingin dipelajari lebih lanjut. Tidak lupa akhir modul pertanyaan pemantik adalah harapan dan ekspetasi bagi murid-murid. Ketika mengungkapkan harapan dan ekspetasi bagi murid, hal ini sangat begitu emosional ketika saya menggantungkan asa dan harapan masa depan dengan perbaikan mutu pendidikan bagi murid-murid binaan saya.

Kegiatan selanjutnya adalah Ekplorasi Konsep tentang Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara tentang pembelajaran holistik dalam filosofi Pendidikan budi pekerti sebagai berikut :

”Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “Tri Sakti”, yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan. Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.”

PSE mengajarkan bahwa sebagai pendidik memiliki 5 kompetensi sosial emosional salah satunya dilatihkan dengan metode STOP untuk berpikir jernih kembali ketika dihadapkan suatu permasalahan yang menantang yang membawa pada perasaan emosional individu barulah kemudian dapat mengambil keputusan, PSE menuntun seorang murid menjadi well being di kehidupan bermasyarakat nantinya dan pada akhirnya sesuai dengan pemikiran KHD seorang anak akan mencapai kesejahteraan sosial dalam kehidupannya tidak hanya dibekali kemampuan secara kogintif saja namun untuk melejitkan kompetensinya, murid perlu dibekali pembelajaran sosial emosional yang terintegrasi dalam pembelajaran atau dalam pembiasan yang menjadi budaya positif, Jika guru dan siswa dapat menerapkan KSE dengan baik maka terwujudnya profil pelajar Pancasila

Hal penting yang dipelajari dalam pembelajaran sosial emosional :

1. Saat kompetensi sosial dan emosional murid berkembang, maka aspek akademik mereka pun berkembang.

2. Mengabaikan perkembangan sosial dan emosional, akan berdampak buruk bagi akademik.

3. Pembelajaran sosial dan emosional harus diimplementasikan dengan sengaja dengan salah satu metode mindfullnes (kesadaran penuh). Mindfulness dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagi kegiatan sehari-hari maupun dalam pembelajaran yang dilakukan secara mindful (ada koneksi antara dengan tubuh/indera, perasaan, pikiran dan lingkungan).

2. Perasaan (Feelings)

Pada awal sebelum mempelajari modul, masih merasa bingung dengan pembelajaran sosial emosional. Merasa kesulitan, berfikir rumit dalam menemukan cara untuk menerapkan pembelajaran sosial emosional. Masih belum sabar dalam menghadapi murid. Namun, setelah mengikuti alur ekplorasi konsep, ditambah, alur ruang kolaborasi. Saya menjadi jelas bahwa PSE menuntun seorang murid menjadi well being di kehidupan bermasyarakat nantinya dan pada akhirnya sesuai dengan pemikiran KHD seorang anak akan mencapai kesejahteraan sosial dalam kehidupannya tidak hanya dibekali kemampuan secara kogintif saja namun untuk melejitkan kompetensinya, murid perlu dibekali pembelajaran sosial emosional yang terintegrasi dalam pembelajaran atau dalam pembiasan yang menjadi budaya positif, Jika guru dan siswa dapat menerapkan KSE dengan baik maka terwujudnya profil pelajar Pancasila.

Selanjutnya saya merasa semakin tercerahkan, saat alur presentasi ruang kolaborasi, semakin paham bahwa jika KSE telah menjadi budaya positif sekolah maka pembelajaran sosial emosional akan lebih mudah diimplementasikan karena anak akan lebih mengenali kebutuhan dirinya dengan lebih fokus, semangat serta bertanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaannya. Tingkatan well-being menjadi meningkat dengan anak yang dapat mengelola tingkat stress dari dalam dirinya.

Hal yang sangat menggembirakan bagi saya yakni saya mendapat jawaban terkait strategi meningkatkan kesadaran penuh dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

3. Pembelajaran (Findings)

Dalam modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional yang saya peroleh antara lain:

1. 5 KSE (Keterampilan Sosial Emosional)

a. Kesadaran Diri – Pengenalan Emosi

Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan (mengenal emosi dan unsur-unsur lain dalam diri dan dampaknya pada perilaku)

b. Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus

Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi (mengelola emosi dan perilaku--> mencapai tujuan)

c. Pengambilan Keputusan – Bertanggung Jawab

Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok (membuat keputusan personal dan sosial yang etis dan konstruktif)

d. Kesadaran Sosial – Keterampilan Berempati

Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda (memahami dan berempati)

e. Keterampilan Berhubungan Sosial – Daya Lenting (Resiliensi)

Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif (membangun hubungan positif, bekerja sama dalam tim, dan resolusi konflik)

2. Murid yang memilki well-being yang baik maka memiliki kesempatan mendapatkan prestasi belajar yang lebih unggul, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, lebih tangguh menghadapi stress serta perilaku sosial yang baik dan bertanggung jawab.

3. Budaya Positif

Latihan berkesadaran penuh sambil mengembangkan kompetensi diri atau self awarness adalah mengenali emosi yang dapat membantu guru dan murid merespon pada kondisinya sendiri dengan metode STOP. Latihan ini diintegrasikan dalam pembelajaran dan akan menjadi budaya positif sekolah.

4. Jika KSE telah menjadi budaya positif sekolah maka pembelajaran berdiferensiasi akan lebih mudah diimplementasikan karena anak akan lebih mengenali kebutuhan dirinya dengan lebih fokus, semangat serta bertanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaannya. Tingkatan well-being menjadi meningkat dengan anak yang dapat mengelola tingkat stress dari dalam dirinya.

4. Penerapan (Future)

Setelah mempelajari modul 2.2 ini, ke depannya saya akan selalu berupaya dan berusaha untuk mengintegrasikan 5 KSE (Kompetensi Sosial Emosional). Integrasi Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid dapat dilakukan dalam kegiatan berikut :

1. Pembukaan Hangat

· Guru memberikan kesempatan pada murid untuk berpendapat

· Murid diajak untuk mendengarkan aktif

· Memungkinkan interaksi

· Menciptakan rasa memiliki dapat menumbuhkan salah satu KSE

2. Kegiatan Inti yang Melibatkan Murid

· Diskusi akademik

· Setting kelas pembelajaran kooperatif

· Project-based learning

· Refleksi diri dan penilaian diri

· Pemberian suara dan pilihan

3. Penutupan Optimistik

Refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif untuk memperkuat pembelajaran

Salam Guru Penggerak!

Tergerak!

Bergerak!

Menggerakan!

Guru Bergerak! Indonesia Maju!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

11 Mar
Balas

Matur nuwun Pak Dede

29 Apr
Balas



search

New Post