Wetri Warni, S.Ag

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Jodoh Pilihan

#Cerpen

Jodoh Pilihan

Seminggu telah berlalu. Jawaban dari Dona belum diterima oleh ayahnya. Kemudian ayahnya mencoba mendekati anak gadisnya itu.

“Dona, bagaimana apa kamu sudah bisa memberikan kata pasti tentang yang ayah bicarakan kemarin? tanya ayahnya pelan.

Dona menggeleng sambil berkata “belum Ayah.”

Lalu apa yang mesti ayah pegang untuk hal ini,?

“Aku hanya mikir bagaimana dengan janjiku sama dia Yah,” jawab Dona lesu.

“Kamu janjinya seperti apa? Apa kalian sudah janjian untuk menikah? Selidik ayahnya.

“Sampai sejauh ini belum Yah cuma, kami telah berjanji akan selalu setia, aku tak mau jadi pengkhianat Yah,”keluh Dona.

“Lalu apa keputusanmu? Desak ayahnya.

“Aku ngak mau berdosa Yah karena aku tidak menepati janji . Aku ngak mau jadi orang munafik.” Jelas Dona.

Ayahnya terdiam mendengar apa yang baru saja disampaikan anak gadis semata wayangnya itu.

Lalu dengan lunglai beranjak pergi meninggalkan Dona yang masih dalam kebingungan dan gundah.

Dona tidak mau jadi orang munafik juga tidak mau jadi anak durhaka. Ia ingat jasa ayahnya yang telah membesarkan sendirian sedari umur 1 bulan karena ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Perang batin kini menghantui pikiran gadis itu.

Ia tidak bisa mengambil keputusan. Ini pilihan yang sulit baginya. Apalagi antara dia dan Cahyadi tidak ada masalah jadi tidak ada alasan baginya untuk mengakhiri semuanya.Dia juga ngak ingin semua berakhir. Secara Cahyadi adalah cinta pertamanya.

Cahyadi orangnya juga lemah lembut, penyayang, sabar dan bisa menjadi imam yang baik. Sungguh berat baginya untuk mengambil sebuah keputusan.

Hari terus berlalu, Sahabat ayahnya bernama Rahmat kembali menanyakan tentang rencana mereka semula untk menjodohkan anak-anak mereka. Ayah Dona juga bingung harus menjawab apa, karena ia juga ngak mau anaknya tersiksa dengan sesuatu yang tidak ia inginkan.

“Maafkan Rahmat sepertinya aku belum bisa memberikan sesuatupun padamu, kata ayah Dona.

“Kenapa Don?bukankah kita sudah sepakat?

“Iya, tapi aku juga tidak ingin memaksa anakku, kamu taukan dia anakku satu-satunya.” Jawab ayah Dona bernama Doni itu.

“Maafkan aku Mat , kamu sabar dulu ya sampai aku bisa meyakinkan anakku,” pinta ayah Dona.

Sahabatnya itu tak menjawab sepertinya ngak menerima begitu saja.

Bersambung

#menulisitusedekah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

20 Mar
Balas

Makasi Pak...Salam kembali

22 Mar

Di tggu sambunganya bun.Semoga berkenan singgah dan baca d gurusiana saya CINTA BUKU

20 Mar
Balas

Iya Bu, trims

22 Mar

Iya Bu, trims

22 Mar



search

New Post