WIDATUZ ZUHRIYAH

Guru Bahasa Indonesia, MTs Negeri 1 Lumajang. Segala aktivitas adalah ibadah. Urusan kita dalam kehidupan bukanlah mendahului orang lain, tetapi terus maju men...

Selengkapnya
Navigasi Web
Miskom

Miskom

Miskom, sebuah akronim dari miskomunikasi. Siapa yang tidak pernah mengalaminya? Hampir kita semua pasti mengalaminya. Seperti pagi ini, ketika aku melihat putri kecilku yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar. Ku lihat dia sedang makan kacang berbumbu dari sebuah toples. Aku menegurnya, "Najwa sayang kalau makan kacang ambilnya pakai sendok dong!". Namun apa yang terjadi?

Ya, dia mengambil kacang berbumbu tadi dengan sendok tetapi langsung sendok tersebut dia masukkan ke mulutnya juga. Hem... di sinilah terjadi miskom atau miskomunikasi tadi.

Maksud saya memintanya menggunakan sendok hanya untuk mengambil kacang dari toples untuk diletakkan di tangannya. Tetapi anakku itu memahami maksud perkataanku dengan memakan kacang menggunakan sendok dan langsung menyuapkannya ke mulut.

Miskomunikasi terjadi ketika sebenarnya hal yang Anda inginkan “A” akan tetapi yang ditangkap oleh orang lain adalah “B”. Akibatnya adalah hasil akhir yang tidak sesuai dengan keinginan Anda.

Seperti kejadian di atas, siapa yang salah?

Hmm… menurut saya tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Itulah yang disebut proses komunikasi, sering ketika mengirimkan pesan apa yang dikirim ternyata tidak sama denan yang diterima oleh lawan bicara. Bahkan sering kita sama sekali tidak menduga jika pesan kita bisa dipahami dengan sangat berbeda oleh lawan bicara.

Zaman sekarang ini, kita hidup di era digital di mana banyak distraksi di sekitar kita. Kita hidup di era handphone dan gawai yang mendominasi sehingga kemampuan kita untuk fokus jadi berkurang drastis. Sering ketika mencermati sesuatu kita tidak benar-benar membaca dan memperhatikan dengan teliti. Hanya melihat atau mendengarkan sekilas saja kita sudah mengambil kesimpulan. Hal inilah yang makin sering menimbulkan miskomunikasi.

Dari sebuah artikel di laman daring, ada empat chanel komunikasi, yaitu:

1. Konten, adalah arti harafiah (apa adanya) dari perkataan yang Anda ucapkan. Ketika Anda menguasai suatu bahasa otomatis Anda akan menangkap maknanya secara langsung, tidak ada lagi yang perlu ditafsirkan.

Sebagai contoh, jikalau profesi Anda adalah seorang sekretaris dan bos mendekati Anda sambil berkata “Dinda, hari Senin saya sudah pergi ke Surabaya ya!” Kalau dilihat dari segi konten, berarti perkataan tersebut artinya hanya – hari Senin si bos akan pergi ke Surabaya. Dari empat channel komunikasi, bagian inilah yang paling mudah ditangkap oleh lawan bicara. Mereka tidak perlu lagi menebak-nebak maksudnya.

2. Meta, adalah arti dari sebuah perkataan setelah diberikan konteks yang berlaku saat itu. Untuk bisa mengartikan meta (maksud sebenarnya, seringkali tersembunyi / tidak terucap) maka Anda harus mengerti konteks percakapan saat itu.

Dengan menggunakan contoh yang sama sebelumnya (bos berkata bahwa hari Senin dia sudah pergi ke Surabaya), jika yang Anda tangkap hanyalah content maka kurang lebih inilah respon Anda: "Okay Pak, hati – hati di jalan ya!" atau berkata, "Siap Pak! Jangan lupa kalau kembali oleh-olehnya ya!" Dan setelah itu Anda terheran-heran mengapa bos sering marah-marah dan menganggap Anda tidak kompeten.

Oleh karena itu kita juga perlu tangkap content dan meta dalam komunikasi boss tadi. Dalam konteks di atas, bisa jadi yang dimaksud si boss dengan perkataan “Hari Senin dia akan ke Surabaya” adalah: "Tolong dicek segala sesuatu tentang jadwal, pesawat atau hotel dia di Jakarta, sudah beres atau belum." atau maksudnya, "Segala pekerjaan atau persetujuan yang membutuhkan si boss secara langsung tolong diselesaikan sebelum hari Senin." Di sinilah pentingnya kita bisa mengenali dan mengerti konteks yang berlaku saat itu. Jikalau pun ada ketidakjelasan siap-siaplah untuk mengklarifikasi dan bertanya.

3. Emosi, dalam mengutarakan sesuatu kita juga mengungkapkan emosi yang ada dalam diri kita. Komunikator yang jago akan sensitif menangkap emosi yang dikeluarkan bersama dengan kata-kata sehingga bisa menebak maksud sesungguhnya. Misalnya saja Anda sedang pulang ke rumah dari bekerja dan berkata pada istri “Bagaimana kabarnya hari ini?” Jikalau istri Anda merespon dengan berkata “BAIK-BAIK SAJA!” dengan suara keras dan nada meninggi, tentunya Anda bisa menangkap bahwa apa yang dia katakan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sebaiknya Anda bertanya dan menggali lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi.

Akan tetapi jika Anda hanya menangkap konten-nya saja (channel yang pertama) dan menganggap bahwa segala sesuatunya baik-baik saja, bisa jadi tidak lama kemudian istri akan marah – marah dan komplain “Mengapa sih kamu tidak pengertian?”

4) Status, Cara Anda berbicara tanpa sadar juga akan mengkomunikasikan status Anda. Gaya komunikasi ketika menghadapi satu orang pasti berbeda dengan ketika menghadapi orang lain. Contohnya saja cara Anda berbicara dengan atasan pasti berbeda dengan cara Anda berbicara dengan rekan kerja. Dan akan berbeda lagi ketika berbicara dengan ART.

Saya sering mendapat cerita bahwa banyak generasi muda yang mengalami kesulitan menyesuaikan gaya bicara (status) ketika berbicara dengan orang lain. Di saat mereka berbicara dengan wakil perusahaan (misal waktu interview atau mengajukan proposal) gaya komunikasi mereka masih seperti ketika berkomunikasi dengan teman akrab mereka.

Seorang komunikator yang baik akan bisa dengan cepat menyesuaikan gaya komunikasi-nya dengan berbagai macam tipe orang yang berbeda. Atau dengan kata lain dia bisa berkomunikasi dengan fleksibel.

Lalu Bagaimana Menghindari Miskomunikasi?

Jikalau benar-benar murni tidak terjadi miskomunikasi saya kira susah untuk benar-benar terelisasi. Yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan adanya miskomunikasi. Berbekal pengetahuan dari 4 channel komunikasi di atas, berikut adalah hal-hal yang bisa kita lakukan:

Bagi si pengirim pesan:

· Sedapat mungkin komunikasikan apa yang Anda maksudkan secara langsung (menggunakan chanel yang pertama) sehingga orang lebih mudah mengartikan

· Mintalah klarifikasi dari lawan bicara sehingga Anda bisa memastikan pesan Anda ditangkap dengan benar.

Bagi si penerima pesan:

· Sadari bahwa dalam komunikasi kita juga harus membaca konteks, emosi, dan status dari lawan bicara. Jangan hanya mengartikan secara harafiah saja. Jikalau ada hal yang Anda ragukan segeralah klarifikasi atau bertanya sehingga tidak salah tangkap.

D

Dalam kasus saya di atas, jelas perlu penjelasan-penjelasan lebih kepada si buah hati agar miskomunikasi tidak terjadi lagi.

# Semangat menyambut Pagi*Tantangan Menulis Gurusiana#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sip..sip...hebat

13 Feb
Balas

Wow... Amazing komandan.

21 Feb
Balas



search

New Post