Stay at home atau di rumah aja, memang banyak memberikan kita peluang untuk berbuat lebih banyak. dari hari-hari sebelumnya, terutama terhadap keluarga. Selain menemani si kecil dan melayani seluruh anggota keluarga, di zaman serba canggih ini kita bisa memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk dapat menimba ilmu dan pengalaman dari manapun dengan melalui jejaring sosial atau daring.

Bersama dengan mediaguru Indonesia yang saya kenal melalui pelatihan SAGUSABU (Satu Guru Satu Buku) di Situbondo, saya akhirnya tergabung dalam Webinar III. Alhamdulillah dengan penuh rasa penasaran yang tinggi, mencoba mengikuti kegiatan pelatihan secara daring memang merupakan pengalaman pertama bagi saya, pribadi.

Rabu, 6 Mei 2020 tepat pada pukul 09.00 WIB kami melalukan teleconferent dengan aplikasi Zoom Cloud Meeting. Acara ini merupakan bentuk kerja sama MediaGuru Indonesia dengan Indosat OOredoo. Dengan mengusung tema "Guru Penggerak" dan menghadirkan beberapa narasumber yang telah menelurkan beberapa karyanya dalam buku yang sangat bermutu.

Acara seminar berbasis web ini dimulai dengan hadirnya Bapak Praptono sebagai keynote speaker dan disertai narasumber, yaitu Bapak Alphian Sahruddin (Guru SDN Kompleks IKIP Makasar Sulsel), Ibu Diah Intan Marfisa Fauzia (Guru SDN 25 Membalong Bangka Belitung), Ibu Elly Alpes Jusa (Guru SMPN 1 Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat), dan Ibu Tri Sulistini (Guru SMPN 6 Pamekasan, Pulau Madura). Bertindak sebagai pemandu seminar adalah Bapak Mohammad Ihsan (CEO Gurusiana sekaligus Pemimpin Umum Media Guru Indonesia).

Sesi seminar yang semula agak mengagetkan para peserta termasuk saya, yang memang belum terlalu terbiasa dengan pemanfaatan aplikasi ZOOM Cloud Meeting ini. Dan ini merupakan ketiga kalinya saya menggunakan pertemuan via daring. Di awal, kami dibingungkan dengan kontrol dan layar monitor yang tidak menampakkan diri kami sebagai peserta seminar. Hanya pada narasumber dan host saja yg tampil di layar monitor. Oh ternyata memang dibuat demikian adanya acara seminar ini. 30 menit awal, akhirnya kami paham dan dapat mengikuti acara seminar dengan baik.

Dalam presentasi awal, Bapak Praptono menyampaikan tentang nilai PISA kemampuan bernalar siswa-siswa berusia 15 tahun yang dikaitkan dengan mutu sistem pendidikan di Indonesia yang belum menunjukkan angka yang membanggakan. namun hal itu bukanlah faktor utama, yang paling penting adalah upaya meningkatkan skor dan kualitas pendidikan Indonesia.

Sesi berikutnya, Dirjen GTK Kemendikbud ini menambahkan bahwa akan dibuka secara online pendaftaran Guru Penggerak, yang tidak hanya diperuntukkan bagi Guru ASN saja tetapi bagi semua guru Indonesia yang memiliki potensi dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan panitia.

Sesi berikutnya, Bapak Alphian Sahruddin memperkenalkan strategi Ice Tibet (Inspiration, Creation, Endorsement, Team Work, Implementation, Branding, Evaluation, Try Again) dalam menggerakkan literasi di daerahnya. Branding sangat penting dalam upaya memuluskan jalan untuk bergerak. Demikian Alphian menambahkan. Narsum selanjutnya, Ibu Elly Alpes bercerita tentang pengalamannya ketika mengikuti SM3T di Kalimantan. Berinteraksi dengan masyarakat suku Dayak di sana. Setahun tugas di Kalimantan saya menuliskan kisah dalam buku 365 Hari di Pekarangan Negeri. Demikian Ibu Elly Alpes menjelaskan.

Kemudian Ibu Tri Sulistini memaparkan perjalanan literasinya yang dimulai dari pelatihan Sagusabu, MWC dan dilanjutkan dengan pelatihan editor. juga tentang perjuangannya menelurkan beberapa buku walaupun dalam kondisi stroke.

Sesi akhir dari seminar ini, agak terkendala oleh jaringan internet yang mengalami gangguan... :)