Widawati

Seorang ibu rumah tangga yang hobi jadi guru. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ciremai 2000 (Bagian 2)

#tantangan hari ke-27

#tantanganGurusiana

Ciremai 2000 (Bagian 2)

Selama istirahat kami membicarakan perjalanan yang sudah dilalui sambil melemaskan otot otot yang terasa pegal, aku bertanya kepada pimpinan perjalanan yang kami panggil Dzaro yang sebenarnya dari tadi ditanyakan semua orang.

“kang kenapa sepanjang perjalanan saya melihat begitu banyak plastik kecil yang berisi air digantungkan di atas pohon?” Tanyaku heran.

“oh..itulah salah satu pesan dari Bah Suljo, Neng. Kita dilarang buang air kecil sembarangan di sini. Namun, para pendaki tidak bisa memahami isi pesan dari Bah Suljo,sehingga menyalahartikannya. Padahal tidak seperti itu Bah Suljo berpesan, melainkan kita harus tahu tempat nya jangan di sembarangan tempat misalnya di jalan yang kita lalui”. Terang Dzaro sambil memperlihatkan salah satu air kencing di plastik yang tergantung banyak di pohon-pohon itu. Sontak saja kami semua tertawa dan saling meringis, untung saja dari kami tidak ada yang mencoba memegang plastik itu.

Malam semakin larut udara dingin gunung Ciremai semakin menusuk tulang, embun terus menetes seperti air hujan, ada waktu bagi kami untuk tidur istirahat. Sleeping bag menjadi teman penghangatku. Tak terasa aku yang baru saja memejamkan mata karena kantuk yang mendera, tiba tiba sudah ada teriakan “bangun banguun” yang tidak aneh lagi itu suara Dzaro, kami semua disuruh bangun untuk bersiap melanjutkan perjalanan. Pukul 02.00 kami semua menyiapkan fisik dengan jaket yang nyaman, namun perlengkapan pendakian yang lain tidak kami bawa tetapi disimpan di tenda, perasaanku sedikit lega karena beban yang harus di bawa berkurang, kami hanya membawa makanan dan minuman saja di tambah perlengkapan P3K.

Sebelum melanjutkan perjalanan kami berkumpul dan diberikan pengarahan, pada saat itu aku baru mengetahui bahwa tantangan yang sebenarnya dalam pendakian itu baru akan dilalui karena dari basecamp Sanghiang Rangkah ini peminpin pendakian akan melapas kami, leader diberikan kepada teman ku yang dipilih berdasarkan kemampuanya, sementara Dzaro berjaga basecamp yang berada di tengah gelapnya hutan belantara sendirian. Entah dari mana keberanian semacam itu, tapi kami yakin semua akan baik-baik saja. Beberapa saat setelah memulai perjalanan mendaki, salah satu teman kami mengalami Hypothermia, hidungnya mengeluarkan darah dan dia terus saja mengeluh tak dapat menyelesaikan perjalanan. Akhirnya dia kembali ke basecamp, dan gagal meraih puncak.

Jam 03.00 kami melakukan perjalanan menuju puncak Ciremai, suasana gelap yang hanya diterangi lampu senter dan bintang bintang di langit menuntun perjalananku, cerahnya langit yang menaungi sedikit menerangi kondisi sekitar. Aku mulai melihat perbedaan vegetasi yang di lalui serta pijakan yang aku tapaki sudah memasuki jalanan bebatuan, menendakan puncak sudah dekat. Makin ke atas, kami harus lebih hati-hati karena beberapa longsoran batu mulai menghujani. Tali Webbing dipasang agar kami dapat moving together dalam mendaki sambil berpegangan pada tali itu. Sejengkal demi sejengkal langkah kami menuju puncak, akhirnya sampai juga.

Sebuah pemandangan yang luarbiasa, dimana terdapat kawah super besar di tengah-tengah puncak. Jangan bayangkan banyak pohon di puncak, karena semuanya adalah batuan beku yang keras belum terlapuk. Saat itu langit timur sudah akan menampakkan sinarnya. Secepat kilat kami bertayamum. Melihat jam menunjukkan hampir jam lima pagi. Keinginanku selama ini tercapai, sholat di puncak Ciremai. Kami berjamaah bersujud dengan penuh kekhusyuan kepada Allah atas berkah-Nya, kami sampai di Atap Jawa Barat. Ya gunung Ciremai adalah puncak tertinggi.

Ketika hawa panas mulai menyeruak di punggungku, aku menoleh, dan Masyaallah, matahari terbit dengan indahnya, merah campur jingga dalam ukuran besaaaaar sekali. Kami takjub. Sinarnya menerangi sekitar yang ternyata membuat kami melihat kami berdiri dikelilingi awan tebal. Tak ada objek lain yang terlihat. Aku berlari-lari kecil seperti anak kecil, menikmati suasana negeri di atas awan. Aku berteriak dengan senangnya. Sedikit demi sedikit awan itu mulai menghilang seiring naiknya matahari ke tahtanya yang tinggi. Suasana takjub lagi yang kami lihat. Alam semesta yang indah dilihat dari ketinggian ini, semuanya tampak kecil tak berdaya, namun teratur dan mengandung keserasian. Ku ucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar.

Pelajaran hidup yang didapat selama mendaki gunung ini adalah hidup itu penuh dengan tantangan, maka kita harus dapat menyusun rencana untuk mencapai puncak. Akan selalu ada rintangan dalam hidup ini, namun hidup harus bergerak maju selangkah demi selangkah dan akan memperkuat karaktermu. Dengan mendaki kita dapat melihat sifat dan karakter teman-temanmu, karena kesulitan dan masalah akan memperlihatkan keegoisan seseorang. Namun yang paling indah adalah perjalanan ini adalah akan membuatmu menjadi seseorang yang pandai bersyukur. Ini adalah kunci keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup meski kamu sedang berada di posisi tersulit sekalipun. Mendaki bukan tentang menaklukan gunung, namun menaklukan diri sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tokoh utamanya Kang Dzaro & Teh Wida... suit....suit...

23 Feb
Balas

Hahahha.. Ketauan

24 Feb

Hahahha.. Ketauan

24 Feb

Hahahha.. Ketauan

24 Feb

Woo ooow...kamu ketahuan...

24 Feb
Balas



search

New Post