Widawati

Seorang ibu rumah tangga yang hobi jadi guru. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Seorang Perempuan Mirip Aku
https://tse3.mm.bing.net

Seorang Perempuan Mirip Aku

#tantangan hari ke-24

#tantanganGurusiana

Seorang Perempuan Mirip Aku

“Tok..tok..tok...” Pintu ruang Sekretariat Himpunan Mahasiswa diketuk dari luar dengan nada cepat setengah digedor. Berulang-ulang dan semakin keras. Di dalam para mahasiswa sedang rapat untuk kegiatan seminar besok. Konsentrasiku terganggu. Dengan terpaksa aku beranjak dari tempat dudukku menuju ke pintu yang diketuk. Dengan penasaran ku bukakan. Ketika pintu kubuka, suara seseorang dari luar terdengar menjerit dengan suara istighfar sangat keras “aaaah… astaghfirullaaah..”. Aku ikut terkejut, dan secara reflek ku balas istighfar juga. Ternyata yang mengetuk pintu itu temanku sendiri, Yana namanya. Namun entah kenapa ketika dia melihatku, dia berteriak seperti melihat hantu. Lalu dengan secepat kilat dia berlari meninggalkan aku yang masih terpaku dengan kedatangannya yang setengah histeris. Dan semakin bingung karena dia yang mengetuk pintu, namun malah lari menjauh dari tempat ini entah kemana. Kubiarkan dia pergi.

Esok harinya aku masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada temanku, Yana. Aku sudah menunggu dia dari pagi namun belum kelihatan juga batang hidung anak Garut itu. Semakin siang kutunggu tak ada kabar darinya. Menjelang Ashar aku bergerak menuju masjid kampus yang tak jauh dari ruang kelas. Di koridor masjid, aku lihat Yana. Dia sedang khusyu membaca al-Qur’an kecilnya. Aku mendekat. Ku sapa dia dengan salam. Dengan muka masih terkejut, dia menjawab salamku.

Kali ini harus kupastikan kenapa sebenarnya temanku yang satu ini. Tingkahnya aneh. Sambil menarik nafas panjang dia bercerita. Kemarin malam ketika sebagian mahasiswa rapat di ruang sekre himpunan, dia sengaja tidak masuk karena berniat pergi ke kamar kecil untuk buang air. Namun karena wc ruang sekre dipakai, maka dia inisiatif untuk ke wc Fakultas Bahasa di sebelah, agak jauh dari tempat dia tadi.

Untuk mencapai ke wc Fakultas Bahasa itu Yana harus melewati ruang arsip yang gelap, petugas jaga malam sepertinya lupa menghidupkan lampu. Padahal area itu cukup sepi dan gelap. Yana tidak curiga. Dia terus berjalan menuju wc dua pintu di belakang ruang arsip itu. Ketika hampir sampai di depan pintu wc, dia melihat seorang perempuan sedang menunggu untuk masuk ke wc juga. Sekilas dia melihat sosok mirip aku melirik dan tersenyum sedikit ke arahku lalu segera masuk wc. Yana sempat bertanya apakah itu aku atau bukan, namun perempuan itu sudah terlanjur masuk ke dalam wc. Ya sudah, pikir Yana, mungkin memang aku sudah kebelet buang air sehingga tak menghiraukannya.

Selesai menggunakkan wc, Yana keluar. Ternyata si sosok perempuan yang mirip aku juga sudah lebih dulu keluar dan anehnya, dia berjalan menuju arah berlawanan dengan jalan yang biasa dipakai untuk meninggalkan area wc tadi. Secepatnya Yana bertanya “hei, kamu mau kemana? Ke situ gak ada jalan, Neng”. Dia tak menjawab. Sosok tadi terus saja melenggang pergi. Yana penasaran. Perempuan itu berjalan ke arah jalan buntu di depan. Yana melihat tembok belakang ruang kelas yang dituju perempuan itu, sehingga tidak mungkin ada jalan di situ. Beberapa saat Yana memperhatikan langkah perempuan itu. Janggal, tak ada langkah kaki dibalik roknya yang menyapu lantai, padahal dia terus berjalan . Tak disangka, Wwuuuuuusshh….perempuan itu menempus tembok. Yana terperanjat. Dia tak percaya yang baru saja dia lihat. Perempuan yang mirip aku itu menembus tembok dan dalam sekejap hilang tanpa jejak. Hampir saja Yana pingsan di tempat. Namun sekuat tenaga dia gerakkan kakinya berlari sekencang-kencangnya menuju ruang sekretariat himpunan. Sesampainya di depan, dia menggedor pintu. Dan ternyata yang membuka pintu itu aku. Dia terkesiap dua kali, jantungnya hampir copot. Dia langsung balik kanan dan terabas lari tunggang langgang.

Peristiwa hampir 20 tahun lalu itu masih menjadi misteri. Sampai sekarang Yana tidak tahu apa yang dia lihat waktu itu. Namun peristiwa seperti itu membuatnya menjadi percaya akan hal-hal ghaib, sekaligus mengingat Allah kapanpun dan di mana pun dia berada. Dia selalu membawa al-Qur’an kecilnya di saku atau tasnya. Kami masih berteman dan sekali-kali saling bersilaturahmi dengan keluarga masing-masing, namun setiap kali melihatku dia selalu memastikan bahwa yang dia lihat adalah aku yang asli.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hahahha.. asli dong

20 Feb
Balas

hehe, bu Widawati viral di dunia mereka. sehingga ada yang menduplikasi wajah. Bisa dimanfaatkan untuk gantian kuliah, nggak usah nitip tanda tangan, hehe. Salam kenal, bu. Yang nulis ini bu Widawati asli atau .....

20 Feb
Balas

Itulah kuliah indah jika dikenang bisa titip titip heheheh.mantap bu

22 Feb
Balas



search

New Post