Widayanti

Saya lahir di Purwakarta, 23 Oktober 1978. Saat ini saya bertugas sebagai Pengawas Sekolah Muda Pada MTs di Lingkungan Kemenag Kab. Purwakarta Jawa Barat|| Saya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kultum KE-1 'Belajar untuk Tidak Sombong dari Kisah Nabi Ibrahim AS'  Ahmad Fathurrahmam
Tulisan Ke-684

Kultum KE-1 'Belajar untuk Tidak Sombong dari Kisah Nabi Ibrahim AS' Ahmad Fathurrahmam

Pada hari ini, Minggu, 18 Februari 2024, kegiatan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan X Reguler Tahun 2024 diawali dengan Sholat Subuh berjamaah dan Kultum (Kuliah Tujuh Menit) yang disampaikan oleh H. Ahmad Fathurrahmam.

Berikut paparan kultum beliau;

Nabi Ibrahim memiliki pemikiran yang cerdas dan kritis. Beliau tidak percaya dengan berhala yang disembah oleh kaumnya, yang juga disembah ayahnya sendiri yang merupakan pembuat patung berhala.

Suatu ketika, beliau menghancurkan semua berhala di kuil dengan sebuah kapak. Namun beliau menyisakan satu berhala yang paling besar dan menggantungkan kapak itu di leher berhala tersebut.

Ketika kaumnya melihat keadaan kuil, mereka marah dan menuduh Nabi Ibrahim sebagai pelakunya.

Di hadapan Raja Namrud, kaumnya menanyakan alasan beliau menghancurkan berhala-berhala mereka. Nabi Ibrahim menjawab dengan bijak bahwa berhala yang paling besar itulah yang menghancurkan berhala-berhala lainnya, dan mereka bisa bertanya kepada berhalanya sendiri jika tidak percaya.

Kaumnya pun sadar bahwa berhala-berhala itu tidak bisa bicara dan tidak bisa menjawab pertanyaan mereka. Nabi Ibrahim kemudian mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT.

Dikisahkan, Nabi Ibrahim membangun Ka'bah, namun beliau tidak sedikit pun merasa bangga dan sombong akan hal tersebut. Beliau berdoa agar amalannya diterima Allah SWT. Doa Nabi Ibrahim tersebut termuat dalam sebuah Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 127;

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya, “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Apa makna dari doa tersebut?

Doa tersebut memiliki makna akan ketakutan Nabi Ibrahim bahwa amalannya tidak diterima Allah SWT. Seorang nabi saja masih begitu memiliki rasa takut akan tidak diterimanya sebuah amalan, "apalah kita?".

Doa tersebut mengajarkan kepada kita agar diterima setiap amalan yang kita lakukan, maka berdoa menjadi salah satu cara yang bisa digunakan.

Sebab, Allah SWT Maha mendengar dan Maha Tahu akan segala yang diinginkan oleh kita sebagai hamba-Nya. Allah Maha Tahu, tidak akan tertukar dalamemberi "ganjaran" dari setiap perbuatan kita. Jadi, jangan sombong, karena diatas langit masih ada langit.

Kegiatan dilanjutkan dengan Olahraga dan Sarapan, biar tetap sehat dannkuat melanjutkan kegiatan pada jam 07.00 WIB.

Sehat-sehat!

Asrama Haji Indramayu

18.02.24

Widayanti

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post