Widi Mulyono

Drs. Widi Mulyono, M.Pd. Kelahiran : Lumajang, 9 Agustus 1966. Alumni IKIP Malang, Tahun 1991, Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA, dan Magister ...

Selengkapnya
Navigasi Web

RINDU SEKOLAH RINDU REMIDI

“ RINDU SEKOLAH RINDU REMIDI “

Oleh : Widi Mulyono

Pandemi Corona antara lain berakibat proses KBM tidak bisa dilaksanakan di sekolah, dan harus Belajar Dari Rumah dengan moda Daring. Awalnya dirasa menyenangkan, terutama bagi yang merasa jenuh karena merasa selama ini kebanyakan di sekolah. Tapi lama-lama, setelah sebulan lebih, banyak yang merasa jenuh juga.

Bukan hanya guru, tapi juga murid. Apalagi sampai waktu Ujian Nasional masih juga belum boleh ke sekolah, sehingga akhirnya UN ditiadakan, tidak jadi dilaksanakan. Bahkan kegiatan perpisahan juga belum boleh ke sekolah. Berlanjut sampai kegiatan Ujian Semester menjelang kenaikan kelas pun masih belum bisa dilaksanakan di sekolah. Sehingga ada istilah baru yang populer di lingkungan pendidikan di masa pandemi corona ini yakni : lulus sekolah dan naik kelas karena Corona.

Biasanya jika ada pengumuman libur, siswa ramai tepuk tangan, senang ada kesempatan untuk tidak ke sekolah. Biasanya jika mereka tidak turun ke sekolah harus ijin. Sekarang kebalikannya : jika ke sekolah harus ijin, dan harus mematuhi protokol kesehatan. Banyak yang mulai rindu pingin ke sekolah, pingin ketemu guru, kumpul-kumpul dengan temannya.

Saat pengambilan SKL setelah pengumuman kelulusan, mereka boleh datang ke sekolah, tapi diatur, dijadwal per hari 1 kelas, dan tetap harus mematuhi protokol kesehatan, :pakai masker, jaga jarak, tdk boleh bergerombol. Diantara siswa yang datang ada semburat wajah kangen yang tertahan., lalu curi-curi kesempatan untuk menengok kelas, tempat dulu mereka belajar. Lalu jalan-jalan seputar lapangan, tempat dulu mereka bermain, olah raga. Di lapangan itu pula dulu pernah mereka dibariskan : Siswa yang nilai semua mapelnya tuntas memenuhi KKM berbaris paling depan, yang tidak tuntas 1 mapel berbaris di belakangnya, yang tidak tuntas 2 mapel berbaris di belakangnya lagi, yang tidak tuntas 3 mapel berbaris di belakangnya lagi, dan seterusnya.... Sehingga mereka bisa saling melihat, bahwa yang paling banyak adalah siswa yang di barisan paling depan, yang tuntas semua mapel, makin ke belakang makin sedikit. Ini bukan untuk mempermalukan, tapi untuk memberi motivasi, menunjukkan, secara langsung mereka bisa saling melihat bahwa lebih banyak temannya, yang rajin, baik, yang bakal bisa naik kelas. Tak banyak temannya yang bakal tidak naik kelas. Sehingga termotivasi untuk mau mengikuti remidi, untuk berusaha memperbaiki diri.

Sekali lagi nampak semburat wajah kangen dan senyum yang tertahan. Mungkin itu bukan hanya senyum rindu sekolah, tapi juga rindu remidi ..... ***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

baarakallah. Semangat

02 Jul
Balas



search

New Post