Mengapa Gojek Tidak Dapat Diekspansi ke Negara Jepang?
Gojek sebagai perusahaan teknologi yang memberikan pelayaan transportasi dan pesan antar melalui jasa ojek memang sudah mendistrupsi pasar transportasi di Indonesia. Perusahaan yang didirikan Nadiem Makarim pada tahun 2010 ini menggeser perusahaan transportasi di Indonesia berkat inovasinya yang mengikuti perkembangan zaman. Berkat GOJEK masyarakat Indonesia dapat memenuhi kebutuhan dengan mudah, gampang, dan dengan waktu yang tidak terbatas.
Keberadaan GOJEK memberi keuntungan bagi Gojek dan mitra sekaligus berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Terhitung bahwa GOJEK telah berkontribusi sejumlah 8,2 triliun melalui mitra pengemudi, 1,7 triliun melalui mitra UMKM. Fakta tersebut menerangkan bahwa Gojek merupakan perusahan oligopoli yang cocok diterapkan di Indonesia. Mengingat keberadaan GOJEK sesuai dengan kondisi Iingkungan dan masyarakat Indonesia.
Apabila GOJEK hendak diekspansi ke negara Jepang, maka perlu dilakukan analisis-analisis sebelum melakukan keputusan bisnis. Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan eksternal bisnis yang ada di Indonesia dengan yang ada di Jepang. Berikut akan dipaparkan analisis-analisis kelayakan ekspansi bisnis GOJEK ke Jepang berdasarkan faktor PESTLE:
Faktor PESTLE
Political Factor
Jepang memiliki peraturan yang ketat akan izin transportasi. Regulasi-regulasi yang diberikan cukup sulit dan membatasi ruang gerak jasa pelayanan online. Hal ini dapat dilihat ketika Uber kesulitan untuk melebarkan sayap di Jepang. Meskipun pada akhirnya diberi izin, namun operasinya sangat dibatasi. Uber hanya diperbolehkan beroperasi di daerah minim transportasi di samping itu tarif yang diterapkan diatur dengan batas bawah yang cukup tinggi sehingga Uber tidak memiliki keuntungan dibanding Taksi konvensional. Di samping itu Uber hanya boleh melayani di titik tempat yang telah ditentukan. Uber tidak boleh menjemput pelanggan di rumah-rumah. Peraturan menerapkan bahwa kendaraan harus berwarna hitam, jadi apabila ada driver yang menggunakan kendaraan berwarna lain, maka hal tersebut sudah dikatakan melanggar hukum.
Melihat perizinan yang ketat, ruang gerak terbatas, kesulitan-kesulitan yang menimpa Uber telah menerangkan bahwa GOJEK tidak cocok beroperasi di sana. Apabila GOJEK tetap melebarkan bisnisnya ke Jepang, maka ia akan menghadapi permasalahan yang sama seperti yang menimpa Uber.
Economical Factor
Kondisi Ekonomi di Jepang merupakan salah satu yang paling maju di dunia. Nilai barang dan jasa Jepang pertahun menduduki peringkat nomor dua di dunia. Jepang menghasilkan merk-merk terkenal di dunia, salah satunya dalam hal transportasi, Honda merupakan salah satu contohnya.
Masyarakat Jepang memang memiliki penghasilan yang tinggi. Pada tahun 2020 pendapatan Rumah Tangga per kapita Jepang mencapai 20.782.025 USD, pendapatan ini meningkat di banding pada tahun 2019. Namun kondisi ekonomi tersebut tidak diiringi oleh peningkatan konsumerisme masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang lebih menyukai transportasi umum daripada layanan transportasi pribadi. Masyarakat Jepang akan cenderung lebih memilih menggunakan transportasi umum seperti kereta api, subway, bus dibanding transportasi online, hal ini didasari atas harga yang lebih murah.
Pajak kendaraan yang diterapkan di Jepang juga sangat tinggi. Pajak kendaraan bisa mencapai 500.000 yen pertahun. Jumlah pajak yang harus dibayar tergantung jenis kendaraan, tahun kendaraan, dan cc kendaraan. Harga bensin dan tempat parkir di Jepang cukup mahal. Bensin di jepang seharga 250-350 yen/liter. Harga parkir mencapai 100-500 yen dalam 30 menit pertama. Jumlah ini setara dengan harga makanan mewah yang bisa dibeli di Jepang. Hal ini yang menjadi salah satu alasan masyarakat Jepang cenderung tidak memiliki kendaraan pribadi. Masyarakat harus membayar mahal untuk kendaraan pribadi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila GOJEK diterapkan di Jepang, maka GOJEK kemungkinan besar mengalami kerugian. Di samping itu keberadaan Uber yang eksis terlebih dahulu, membuat GOJEK harus siap bersaing.
Social Factor
Masyrakat Jepang tidak mudah percaya terhadap pihak-pihak swasta. Mayoritas masyarakat Jepang lebih mempercayai pemerintah daripada pihak swasta. Hal ini dikarenakan kinerja pemerintah dalam memberikan layanan transportasi cukup memuaskan bagi masyarakat Jepang. Transportasi umum bagi masyarakat Jepang dinilai aman dan bekerja dengan baik. Oleh karena itu kepercayaan masyarakat tumbuh, sehingga mereka lebih yakin untuk menggunakan transportasi yang telah disediakan pemerintah daripada swasta. Selain itu masyarakat Jepang lebih memilih transportasi umum dikarenakan stigma negatif. Pengguna kendaraan pribadi diorientasikan sebagai seseorang yang tinggal di daerah dengan infrastruktur yang tertinggal. Sehingga masyarakat Jepang cenderung meninggalkan transportasi pribadi dan lebih memilih berjalan kaki, bersepeda, atau menaiki transportasi umum.
Masyarakat Jepang gemar berjalan kaki untuk pergi ke lokasi-lokasi yang jaraknya tidak jauh. Mereka hanya menggunakan transportasi pribadi apabila jarak tujuan yang ditempuh cukup jauh. Hal ini sudah menjadi budaya bagi masyarakat Jepang. Kondisi ini dapat kita lihat secara langsung maupun melalui internet suasana Jalanan Jepang yang dipenuhi oleh pejalan kaki. Berdasarkan faktor sosial di atas, dapat diprediksi bahwa Gojek akan sepi peminat apabila dioperasikan di sana.
Technological Factor
Jepang telah mengembangkan teknologinya menjadi semakin canggih dari tahun ke tahun. Dalam hal transportasi, Jepang sudah melakukan beragai inovasi seperti kendaraan tanpa pengemudi dan kereta api super cepat. Kereta api super cepat berjalan dengan kecepatan 300 km/jam. Transportasi tersebut diniali aman, terbukti selama ini belum ada kecelakaan operasional yang terjadi. Kereta ini menggunakan sistem subway yang memiliki 12 jalur di Tokyo. Kereta ini juga bersih dan nyaman. Efisiensi yang diberikan transportasi Jepang sangat membantu masyarakat Jepang dalam beraktivitas. Sehingga keberadaan GOJEK akan terasa biasa dan tidak lebih canggih dari transportasi-transportasi di sana. Kebutuhan masyarakat Jepang juga mudah terpenuhi tanpa adanya pelayanan Gojek, mengingat tatanan urban di sana memudahkan masyarakat mengakses segala kebutuhan dan keperluan.
Legal Factor
Jepang memberi peluang bagi warga negara asing untuk berbisnis di sana. Jepang tidak memandang kewarganegaraan apapun bagi yang ingin berbisnis. Berdasarkan hukum, siapaun berhak untuk berbisnis. Sudah banyak perusahaan yang berdiri di Jepang atau membukan cabang di sana. Namun untuk bisnis transportasi Jepang memberikan regulasi yang sempit.
Pemberlakuan regulasi transportasi ride-sharing yang dikeluarkan Jepang cukup sulit. Uber berhasil memasuki Tokyo membutuhkan waktu yang panjang, yaitu selama 6 tahun. Di sana Uber bekerja sama dengan mitra-mitra lokal. Berdasarkan hukum, ketentuan kendaraan Ride Sharing yang diberlakukan di Jepang juga sangat ketat, berbeda jauh dengan yang ada di Indonesia. Jepang menerapkan hukum bahwa Uber harus menggunakan kendaraan berwarna hitam, Titik-titik penjemputan juga telah ditentukan, apabila terjadi suatu masalah seperti pencurian, pemerkosaan yang terjadi di luar tempat yang telah ditetapkan. Maka sopir akan dijatuhkan sanksi yang sangat keras, dan penumpang juga akan diberi sanksi karena meminta penjemputan di tempat yang melanggar hukum. Apabila GOJEK membuka bisnis di sana, maka ia juga akan dipersulit oleh hukum perizinan. Di samping itu GOJEK juga harus siap menjalankan persyaratan-persyaratan operasi yang berat.
Environtmental Factor
Gojek di Indonesia cukup berpengaruh terhadap perubahan lingkungan karena menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kemacetan. Jika menengok kondisi lingkungan di Jepang, GOJEK cukup cocok beroperasi di sana. GOJEK tidak berpotensi menimbulkan kemacetan, mengingat kondisi jalanan Jepang yang tidak seramai di Indonesia. Namun penggunaan GOJEK lebih menguras bahan bakar mengingat GOJEK bukan transportasi umum. Tatanan kota di Jepang yang serba strategis membuat keberadaan Gojek perlu dipertimbangkan di sana.
Melihat faktor lingkungan Jepang, GOJEK cocok untuk beroperasi di sana. Namun keberadaanya memberi sedikit perubahan lingkungan seperti bertambahnya volume jalanan serta polusi. Namun dampak lingkungan yang ditimbulkan juga sangat sedikit. Berdasarkan faktor lingkungan di Jepang, GOJEK cocok untuk beroperasi di sana.
Berdasarkan analis-analisis PESTLE di atas. Ekspansi GOJEK di Jepang tidak perlu dilakukan. Apabila GOJEK membuka usaha di sana, maka akan lebih banyak kerugian yang didapakan. Hal tersebut menjadi alasan bahwa GOJEK tidak cocok melebarkan bisnisnya ke Jepang.
Struktur Pasar dan Struktur Industri
Sistem pasar yang dimiliki Jepang hampir sama dengan sistem ekonomi yang ada di negara-negara industri seperti Amerika. Dalam mengatur struktur ekonomi Jepang menggunakan sistem ekonomi pasar bebas. Sehingga memudahkan bagi siapapun baik penduduk Jepang sendiri maupun warga negara asing untuk mendirikan bisnis di sana. Sebagai negara yang maju, pasar Jepang sudah mendunia. Jepang memberi banyak peluang bagi investor-investor asing untuk berbisnis di sana.
Jepang menganut sistem pasar bebas, seingga siapapun berhak untuk mendirikan berbagai jenis usaha. Namun pajak yang diberlakukan bagi para pebisnis cukup besar yaitu 30%, 10% lebih besar dari negara-negara asia. Meskipun kondisi ekonomi Jepang cukup baik, sistem pasar juga mendukung GOJEK akan kesulitan berdiri di sana. Mengingat telah ada Uber yang sudah eksis di pasar bebas dan mendunia. Meskipun ada kemungkinan untuk berjalan. Namun resiko yang diterima juga cukup besar, GOJEK harus membayar pajak yang cukup besar, sedangkan keuntungan yang diprediksi cukup sedikit.
Struktur industri di Jepang cukup beragam namun yang paling mendominasi adalah industri otomotif, komputer, semikonduktor, besi, dan baja. Meskipun Jepang rendah dalam sumber daya alam, namun Jepang mengatasinya dengan meningkatkan sumber daya manusia. Hal ini terbukti bahwa industri Jepang lebih dominan di bidang teknologi.
Gojek sebagai salah satu perusahaan teknologi yang menjadi bagian dari peradaban Uber secara industri cocok untuk ditempatkan di sana. Namun mengingat kondisi lingkungan di luar bisnis seperti masyarakat dan kebudayaanya, akan lebih baik jika GOJEK memilih negara lain untuk memperlebarkan sayapnya. Yaitu negara yang memiliki struktur industri dan kondisi masyarakat yang sesuai dengan eksistensinya.
Kemampuan Internal
GOJEK memiliki potensi yang bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti memudahkan para customer dalam menjalankan aktivitas dan memenuhi kebutuhan, di samping itu juga berpotensi untuk membuka lapangan pekerjaan. Pengoperasian GOJEK juga mudah, cukup melalui smartphone saja. Kemampuan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Meskipun dapat meningkatkan ekonomi Indonesia perbedaan kondisi Jepang dan Indonesia seperti yang dijelaskan pada analisis PESTLE di atas, telah menjelaskan bahwa bisnis GOJEK kurang cocok untuk diekspansi ke Jepang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar