Labirin Hati Keira
Hari Senin hari pertama masuk sekolah, hari yang akan disambut bahagia dan ceria karena bertemu dengan teman-teman yang lama tidak berjumpa. Apalagi satu bulan liburan terasa sangat menyenangkan. Namun tidak untuk Keira, dia merasa sedih dan tidak nyaman. Dia merasa gelisah tanpa tahu sebabnya. Padahal ketika liburan dia semangat sekali, apalagi ketika membeli sepatu baru dan perlengkapan sekolahnya.
Keira merasa hampa hatinya dia bagikan terperangkap ruang dan waktu. Dia tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan. Mulutnya tak mampu menyuarakan isi hatinya, hanya air mata yang berderai membasahi pipinya. Dia hanya merasakan gugup dan jantungnya berdetak kencang setiap kali melangkahkan kakinya di halaman sekolah. Tangannya akan berpegangan erat pada ayahnya yang hari itu mengantar ke sekolah.
“Keira, ayo masuk kelas itu teman-temannya sudah masuk sekolah!” Suruh ayahnya.
Keira hanya diam saja dia malah semakin mempererat pegangan tangannya pada tangan ayahnya. Ketika gurunya sudah memasuki kelas, ayah Keira mengantar sampai ke depan pintu kelas. Keira tetap tidak mau melepaskan pegangannya. Akhirnya ayahnya mengantar sampai ke dalam kelas. Ketika ayahnya mau keluar kelas Keira menangis tidak mau ditinggalkan. Ayahnya akhirnya mengalah menunggui di dalam kelas, untungnya hari itu hanya perkenalan wali kelas tiga, dan mencatat jadwal pelajaran. Pulangnya lebih awal karena hari pertama masuk sekolah. Sehingga ayahnya tidak jenuh menunggu sampai siang.
Hati yang tidak bisa ditebak seperti dalamnya lautan siapa yang bisa mengira. Bila kegundahan melanda akan berkutat dalam pusaran yang tak berujung dan hanya menemui jalan buntu. Seperti menyusuri taman labirin yang apabila salah memilih jalan maka akan menemui jalan buntu. Hanya akan berputar-putar tanpa tahu jalan keluar. Hati Keira saat ini dalam kegundahan yang luar biasa. Perasaan yang tidak bisa terungkap oleh kata-kata, hanya butiran aliran air mata yang tercurah seperti derasnya hujan.
“Keira sakit?” tanya Bunda ketika Keira kembali pulang ke rumah tidak jadi sekolah pada hari kedua. Keira hanya menggeleng sambil menangis.
“Ya, sudah sekarang istirahat di rumah saja, tapi besok sekolah ya!” Kata ibunya, Keira hanya mengangguk dia langsung masuk kamar ganti baju dan bersembunyi dibalik selimut.
Hal itu terjadi hampir empat hari Keira tidak mau sekolah. Setiap kali ditanya kenapa dia merasa takut dia akan menangis dengan keras, seakan bibirnya terkunci dengan rapat. Setiap sampai di sekolah dia merasa takut dan akhirnya kembali pulang ke rumah dan tidak jadi masuk kelas. Ayah dan bundanya sampai bingung menasihatinya. Berbagai macam cara dan jurus agar Keira mau masuk sekolah. Namun gagal, Keira tetap tidak mau berbicara apa yang menyebabkan dia tidak mau sekolah. Setiap orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sebagai orang tua haruslah bisa menjadi ing ngarso sung tuladha, orang tua yang mampu menjadi pemimpin yang dapat diteladani oleh anak-anaknya. Seperti sabda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yaitu “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”. Ing madya mangun karsa orang tua harus menjadi sahabat terbaik bagi anak-anaknya. Ayah bunda Keira ingin menjadi sahabat terbaik bagi Keira, mereka menginginkan Keira berkata jujur apa yang telah terjadi dan apa yang menyebabkan dia merasa takut sekolah. Apakah sekolahnya terlalu jauh dari umah sehingga Keira merasa capek, ataukah teman-temanya banyak yang nakal sehingga dia taku dengan teman-temannya. Keira tetap menggeleng tidak mau menjawab, bahkan apakah ada guru-guru yang tidak dia sukai sehingga dia tidak nyaman di sekolah. Keira tetap bungkam seribu bahasa.
Dia tidak mau mengungkapkan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Sekolah Keira memang tergolong jauh dari rumah, harus naik kendaraan sekitar 40 menit dari rumah. Keira harus berangkat pukul 5.45 WIB agar tidak tertinggal antar jemput. Dia harus sudah bangun pada pukul 5.00 WIB. Meskipun sekolahnya jauh, menurut ayah bunda Keira sekolah itu adalah sekolah yang terbaik buatnya. Keira bisa belajar mandiri terutama akhlaknya terbentuk dengan baik. Keira tidak hanya mengejar materi akademik namun Keira juga mengenal materi agama dengan mendalam yang bisa menyelamatkan dunia dan akhiratnya. Tut wuri handayani orang tua mampu memberikan dukungan dari belakang atas cita-cita yang ingin diraih oleh anak-anaknya. Ayah bunda Keira ingin membantu mewujudkan cita-cita Keira yang ingin menjadi seorang designer, itulah cita-cita yang sering dikemukakan Keira setiap ditanya ingin menjadi apa setelah dewasa nanti.
Keira setiap hari bangun seperti biasa, mandi berganti pakaian seragam sekolah. Setiap antar jemput datang dia langsung pucat dan tidak mau melepaskan pegangan tangannya. Seperti pagi itu Keira sudah naik mobil, ketika mobil sudah mau ditutup rapat Keira langsung menitikkan air mata dan berpegangan pada pintu mobil dan tidak mau ditutup. Matanya menatap bundanya dengan pandangan menghiba dan mengharap. Entah apa yang diharapkan, karena tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya selain memanggil “Bunda.” Seakan dia tidak mau dikirim entah kemana dan tidak akan bertemu lagi dengan bundanya. Padahal ketika sarapan dia bercerita dengan semangat bahwa dia ingin punya prestasi dan ingin masuk sekolah. Namun semua kata-katanya yang semangat tadi seperti hilang tertiup angin tanpa bekas. Hanya menyisakan air mata yang keluar deras dari matanya. Bunda Keira sampai bingung, dan harus bagaimana sepertinya kesabaran Bunda mulai habis. Akhirnya Keira diajak turun dari mobil antar jemput. Bunda meminta maaf kepada sopir antar jemput atas tingkah laku Keira. Begitu antar jemput pergi Keira diseret ibunya masuk rumah dan didudukkan di kursi ruang makan. Suara bunda sudah menjadi bentakan dan jengkel atas sikap Keira dan omongan Keira yang tidak bisa dipegang.
“Keira! Sebenarnya ada apa dengan kamu?” tanya bunda dengan suara yang sangat keras. Keira tetap diam tidak mau menjawab dia hanya diam malah tangisan nya yang semakin keras. Bunda semakin gemes dan jengkel. Pundak Keira dipegang Bunda yang hampir merupakan cengkeraman, bunda guncang bahu Keira.
“Kei….! Tolong jawab Bunda, ada apa dengan Keira? Kenapa Keira tidak mau sekolah? Katanya ingin punya prestasi, kalau ingin punya prestasi Keira harus banyak belajar. Kalau di rumah Keira mau apa, Keira hanya bermain-main tidak ada teman, kalau di sekolah Keira bisa bermain dengan banyak teman.”
Keira hanya terisak, tidak mau menjawab sampai Bunda saking gemesnya menyeret Keira ke dalam kamar.
“Baiklah, kalau Keira tetap tidak mau menjawab, Keira harus di dalam kamar dan Keira harus belajar dan menghafal surat yang diperintahkan sekolah sampai 10 ayat. Bunda nanti pulang kerja Keira harus harus setor hafalan dan materi apa yang sudah dipelajari.”
Bunda keluar dari kamar Keira dan berangkat kerja. Keira kemudian ganti baju seragam dan mulai membuka Juz Amma membuka surat At Thariq.
Setelah berlatih menghafalkan beberapa ayat Keira tertidur. Keira tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya diam di dalam kamar. Karena dalam hukumannya ini dia tidak boleh menonton tv dan bermain handphone. Keira tidak bisa menonton acara kesukaannya di youtube dan bermain game. Ketika bangun dia merasa lapar dan mencari makan, ternyata di rumah hanya ada nasi, telur dadar dan sayur gudeg sisa semalam. Biasanya siang dia makan di sekolah, Keira membayangkan kalau di sekolah dia makan ayam Kentucky dan sayur bobor kesukaannya. Karena lapar dia akhirnya makan yang ada, setelah makan dia ke ruang keluarga tetapi tidak bisa menonton tivi akhirnya dia masuk kamar lagi. Keira memandang keluar jendela di luar sepi karena jam kerja rumah tetangga sepi semua. Di luar juga tidak ada tanda-tanda anak-anak bermain. Keira benar-benar merasa kesepian, dia akhir mengambil boneka the pooh kesayangannya. Sambil memeluk bonekanya dia melihat jam dinding ternyata bundanya hampir pulang padahal hafalannya belum selesai. Keira cepat-cepat ke meja belajar dan mulai menghafal hafalannya yang masih 4 ayat lagi. Sesekali Keira mengambil buku catatannya dan membuat tulisan atau menggambar, untuk menghilangkan kejenuhannya.
Begitu ayah bundanya di rumah, Keira kemudian diajak keluar rumah. Keira hanya menurut saja, dia tidak tahu mau diajak kemana. Dalam perjalanan Keira, ditanya ibunya tentang hafalannya, Keirapun setor hafalannya. Bunda merasa senang karena Keira menepati janji menghafal.
“Kei, kamu hebat, 10 ayat langsung hafal dalam satu hari. Tetapi akan lebih hebat lagi kalau kamu mau sekolah pasti tambah cerdas.” Keira langsung terdiam, dan duduk dipojok mobil dengan wajah merengut.
“Kenapa Kei?” tanya ayahnya. “Sekolah kan menyenangkan banyak ketemu teman dan bisa bermain-main.”
“Aku di rumah bisa bermain-main juga.” Sahut Keira dengan ketusnya.
“Lebih asyik ada temannya kalau bermain itu.” Jawab ibunya.
“Tidak juga, kalau temannya nakal.” Kata Keira dengan nada keras.
Ayah dan bunda Keira hanya menghela napas panjang dan saling berpandangan. Tidak berapa lama sampailah mereka di rumah cat putih dengan pintu berpagar dengan cat warna hitam. Disana terpampang nama psikolog. Keira diajak masuk dan bertemu dengan seorang wanita yang cantik dan ramah.
Keira diajak berkenalan dan setelah bercerita dan ngobrol sedikit, ayah dan bunda Keira keluar ruangan. Keira mau ditinggal sendiri dan diajak ngobrol berdua dengan Bu Renata psikolog yang sangat ramah. Sepertinya Keira nyaman berbincang dengan Bu Renata yang suaranya lemah lembut. Setelah beberapa saat Keira keluar dengan tersenyum dan ceria. Bunda kemudian masuk ruangan untuk meminta keterangan Bu Renata. Keira bermain ditemani ayahnya. Bu Renata menjelaskan tentang kejiwaan Keira, teman-teman yang dijadikan alasan Keira tidak mau sekolah hanyalah sebagian kecil saja alasan Keira tidak mau sekolah. Keira adalah sebuah kolam yang menampung air dari mana air itu datang. Bila air itu jernih maka kolamnya akan jernih tetapi bila air itu kotor maka akan kotor kolamnya. Kolam tidak bisa meminta kepada yang menurunkan air dia hanya bisa menerima dan tidak bisa menolak. Apa yang dicurahkan dia harus terima tanpa bisa menghindarinya. Orang tua adalah air terjun yang utama dalam memberikan curahan air pada kolam diri Keira. Bila air itu tidak stabil maka kolam itu bisa meluap bisa juga kekeringan. Bila yang tercurah adalah air bercampur dengan tanah maka akan menjadi aliran lumpur yang tidak bisa dikendalikan bagimana menjernihkannya. Bila kolam itu kotor bukan dari aliran utama maka mungkin juga ada aliran-aliran kecil lain yang mengotori hingga kolam yang jernih terkontaminasi air yang kotor.
Bunda Keira akhirnya mendapat pekerjaan rumah untuk mengorek kembali apa isi hati Keira yang sebenarnya. Benarkah ayah dan bunda yang mempengaruhi emosional Keira sehingga Keira menjadi anak yang penakut, ataukah dia dibully temannya. Bu Renata menyarankan untuk sementara Keira ditemani ke sekolah sampai dia mau berangkat sekolah sendiri. Bunda juga harus memperhatikan teman-teman yang apakah ada yang membully dirinya. Ayah bunda juga harus introspeksi apakah pola asuh ayah bunda yang salah. Bunda menjadi merenung memang selama ini kadang dia dan ayahnya Keira tidak kompak ketika memberlakukan tata tertib di rumah. Ayah Keira keras tapi kadang tidak konsisten, sedang Bunda bukanlah tipe cerewet tetapi sekali memberikan peringatan sangatlah keras. Mungkin itulah yang menyebabkan kejiwaan Keira tidak stabil.
Keira sering membawa pulang mainan, gelang atau pernak-pernik lain dan dia bilang itu pinjam atau diberi temannya. Bunda khawatir kalau Keira menginginkannya dan diam-diam mengambil milik teman. Bunda tidak ingin Keira mengidap kleptomania. Dia mengambil barang lain tapi tanpa sadar dan mengaku tidak mengambil karena dia benar-benar tidak ingat. Keira yang kadang lembut tiba-tiba bisa emosional. Keira kalau berbicara pelan sekarang akan keras dan dengan nada yang tinggi. Kalau diperingatkan dia akan berontak
Pagi harinya Keira diantar sekolah oleh ayahnya, sesuai saran Bu Renata setelah Keira masuk kelas dan ustad sudah masuk ayahnya langsung pergi. Keira mengejar tetapi oleh ayahnya tetap ditinggal pergi. Saking tergesanya hingga tanpa sadar mobilnya menyerempet mobil lain. Ayah terlalu konsentrasi terhadap Keira sehingga dia menengok ke spion sebelah kiri terus takut kalau Keira mengejar. Sehingga tidak menyadari ada mobil di sebelah kanannya. Ayah menelpon bunda dan memberitahu semua kejadian pagi itu. Bunda kemudian telepon ustad Keira, menanyakan tentang keadaan Keira di sekolah. Ustad mengatakan kalau Keira menangis kemudian ikut kakaknya yang sedang kegiatan di halaman sekolah. Sebenarnya ayah Keira tidak benar-benar meninggalkan Keira, dia hanya sedang mencoba Keira bagaimana ditinggalkan dan jam istirahat dia akan kembali lagi. Bunda kemudian menelepon ayah untuk menjemput Keira karena Keira tidak mau ikut pelajaran tetapi ikut kakaknya yang sedang ada kegiatan pramuka. Ayahnya kemudian menjemput ke sekolah dan ternyata ketika sampai di sekolah Keira sedang bermain dengan teman-temannya. Ayahnya malah disuruh pergi dan menjemput ketika pulang sekolah. Ayahnya kemudian mengabari bunda tentang Keira, bunda merasa senang karena Keira sudah bisa bermain dan bercanda dengan teman-temannya.
Keesokan harinya Keira masih tetap minta diantar ayahnya ke sekolah dan menyandera kunci mobil supaya ayahnya tidak pergi. Ayahnya terpaksa hanya jalan-jalan di sekitar sekolah Keira sampai Keira pulang sekolah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar