Widyastuti

Menulis adalah pengalaman yang menyenangkan. Kita bebas mengekspesikan diri kita lewat kata-kata. Apabila kata itu terangkai menjadi kalimat yang indah menjadi ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sepenggal Kisah Lailatul Qodar

Lailatul Qodar, malam yang selalu dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Malam yang lebih baik dari seribu bulan, setara kira-kira dengan 83 tahun. Seandainya selama hidup kita satu kali saja bisa mendapati malam Lailatul Qodar alangkah bahagianya.

Hari ini aku mendengar cerita tentang Lailatul Qodar dari seorang teman. Dia bercerita tentang seseorang yang bernama Pak K yang pernah mengalami malam Lailatul Qodar. Dia menceritakan ketika itu malam hari Pak K sedang beritikaf di masjid sendirian. Dia berdzikir terus hingga larut malam, hingga suatu saat dia mendengar dua orang bercakap-cakap disamping masjid. Dua orang itu sedang merencakan akan mencuri disebuah rumah milik Pak A.

“Aku nanti kasih kodenya dengan suara sarung ya, kalau aku memberi tanda kebutan sarung dua kali pertanda ada orang.” Kata Pencuri Pertama.

“Ya, suaranya agak keras ya, biar aku mendengar.” Sahut pencuri kedua.

Dua orang pencuri itupun berangkat ke rumah Pak A. Pak K ingin menggagalkan pencurian, dia keluar dari masjid. Pak K heran karena ketika dia keluar masjid suasana terang benderang. Dia juga heran siang-siang kok ada yang berani mencari. Pak K mengendap-endap mengikuti pencuri itu dari belakang. Suasana sepi sekali tidak ada orang yang lewat, Pak K juga heran kenapa suasana terang benderang tidak ada tetangga yang keluar rumah. Ketika sampai di rumah Pak A dua orang mencuri mencongkel jendela, ketika jendela sudah hampir terbuka Pak K mengebutkan sarungnya dua kali seperti tanda yang diperintahkan pencuri pertama. Pencuri kedua yang mencongkel jendela langsung lari ke persembunyian pencuri pertama. Pencuri pertama terkejut karena si pencuri kedua tidak jadi masuk rumah padahal jendela sudah bisa dibuka.

“Kenapa lari?” tanya pencuri pertama

“Lha tadi katanya kalau ada kode kebutan sarung dua kali tandanya ada orang.” Jawab pencuri kedua.

“Aku tidak membunykan kode.” Kata pencuri pertama.

“Lalu, siapa?” tanya pencuri kedua.

“Entahlah, mungkin yang punya rumah bangun ayo pergi saja!” ajak pencuri pertama.

Kedua pencuri itupun pergi dari tempat itu. Pak K kemudian keluar dari tempat persembunyiannya kemudian mengetuk pintu rumah Pak A. Pak A pun terbangun dan membukakan pintu.

“Ada apa, Pak?” tanya Pak A

“ Jendela rumah bapak coba dicek, sepertinya tadi ada pencuri yang mau masuk rumah!” Pak K menjelaskan.

Pak A pun mengecek jendelanya.

“Terima kasih Pak, ternyata sudah berhasil dicongkel tapi alhamdulillah tidak ada yang hilang.” Kata Pak A.

“Siang-siang seperti ini kok berani-beraninya mencuri ya, Pak.” Kata Pak K

Pak A heran dengan perkataan Pak K, karena suasana masih gelap gulita dikatakan siang.

“Ini masih malam malah sudah hampir subuh.” Jelas Pak A.

Pak K juga heran dengan penjelasan Pak A, dia lalu melihat jam ternyata betul masih jam 3 pagi. Seketika itu juga Pak K tersadar dan suasan gelap gulita kembali. Pak K akhirnya kembali ke masjid. Pantas saja pencuri tidak melihat dia mengikutinya dari belakang. Padahal Pak K bisa melihat dengan jelas tingkah laku para pencuri. Pak K merasa hari itu terang benderang seperti siang dan suasana terlihat sangat jelas. Pak A menganggap Pak K telah melihat malam Lailatul Qodar, karena semenjak hari itu Pak K sangat mudah sekali memahami dan menghafalkan Al Qur’an. Dia dijadikan Imam masjid di kampungnya.

Maha Suci Allah yang sangat menyanyangi hambanya. Seseorang yang dapat melihat Lailatul Qodar adalah orang-orang pilihan. Sebuah prestasi pasti ada prosesnya, tidak mungkin tiba-tiba hasilnya langsung melejit. Apa yang dialami Pak K bagi orang lain bisa dianggap sebagai orang yang menemui malam Lailatul Qodar. Namun kebenaran semuanya hanya milik Allah.

Tanda Malam Lailatul Qadar

[1] Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)

[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

[3] Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

[4] Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150) Sumber : https://rumaysho.com/489-mengenal-tanda-tanda-malam-lailatul-qadar.html

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

kejadian sungguhan?

12 Jun
Balas

kejadian sungguhan?

12 Jun
Balas

Iya bu..itu cerita dari Krasak Selomerto

13 Jun
Balas



search

New Post