wigati hati nurani

Saya Wigati Hati Nurani, sering menggunakan nama pena Whatinurani. Mengajar Teknik Instalasi Listrik Arus Kuat di SMK N 1 Magelang. Meskipun begitu penyuka kary...

Selengkapnya
Navigasi Web
KEPADA SENJA DI BARELANG (2)

KEPADA SENJA DI BARELANG (2)

#TAGUR HARI KE-0029

KEPADA SENJA DI BARELANG (2)

:WHatinurani

Dunia terasa berputar, mendengar keputusan Fira yang sepihak. Padahal waktu itu aku sedang menyiapkan sidang skripsiku yang tinggal hitungan hari. Aku berjalan, berputar hingga berlari kencang mengejar Fira. Aku hanya ingin dia mengatakan padaku sejujurnya lewat mulut manisnya. Bukan lewat tiga kalimat yang aku membecinya.

Aku mau kita putus. Kuharap kamu mengerti. Jangan menghubungiku lagi setelah ini. Teramat menyakitkan bukan?Tak ingatkah Fira dengan lebih 2000 hari yang kita lalui bersama . Lalu Fira bersembunyi atau disembunyikan dariku. Entahlah, segala cara kulakukan untuk menemui Fira. Di rumahnya, di kampusnya, di kostnya. Semua nihil. Seolah aku ini monster yang tak mau dilihat Fira.

Hanya mamaku yang ada disampingku, tak henti-hentinya memompa semangatku. Aku sering mendengar mama terisak dalam salat-nya. Terutama saat dini hari salat tahajud. Setelahnya paling tidak, mama menghabiskan waktu satu jam untuk tilawah, dzikir dan berdoa. Aku yakin, itu doa-doa untukku.

Maka ketika mama merestuiku, mengantar kepergianku, aku bertekad menjadi orang sukses. Ku tahu mama tak berbalik meninggalkan Bandara sebelum Pesawat yang kutumpangi membawaku ke tanah kepulauan Riau ini lepas landas di Bandara Ahmad Yani. Wajah mama, memerah menahan agar bendungan di sudut netranya yang teduh yang tumpah. Mama menguatkan dirinya, untuk aku. Melepas satu-satunya anak lelakinya.

Dan disini, di jembatan Barelang menjelang maghrib tiba selalu kuhabiskan waktuku. Menyandarkan ragaku yang lelah setelah seharian bekerja. Dari jam 8 hingga jam 5 sore, nyaris tak ada jeda istirahat. Waktu jam istirahat tiga puluh menit habis untuk makan siang dan salat dzuhur. Biasanya setelah melaporkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku pada Tante Mirna, istri Om Antok, aku datang ke Barelang. Dialah yang memegang semua kendali keuangan perusahaan. Aku tepiskan segala rasa lelah. Aku selalu berkata iya dan iya atas segala kesewenangan dan perintah tanteku. Bahkan tak jarang aku dikatakan bodoh, tak disiplin. Dimarahi hampir setiap bertemu dengannya. Tak mengapa, kerena aku berpikir mungkin ini caranya melatih diriku agar bermental baja dalam bekerja.

Hari ini, mungkin ke empat ratus lima puluh enam aku berada di Barelang. Entahlah aku tak menghitungnya. Masih dengan rutinitas yang sama. Menikmati senja di jembatan Barelang. Kuhirup dalam-dalam setiap hembusan sang bayu yang menyapu awan. Angin terkadang kencang menerjang, tapi bagiku itulah kesenangan yang tak terkira. Lewat hembusanya, ingin kubuang segala kenangan tentang Fira. Kubiarkan dia hanyut di lautan yang dalam. Kepahitan cinta yang dia tinggalkan untukku biarlah tergerus bersama gulungan gelombang di tengah lautan. Menjadi buih-buih putih bercampur pasir jika digenggam. Aku ingin membuangnya hitamnya. Sampai tak bersisa di telapak tanganku.

(Bersambung)

Sejuta Bunga, 29.12.2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post