Wiji astuti

Saya Ibu dari 7 anak, mengajar Biologi di SMAN 1 Tanjung Raya.Kini sedang belajar agar bisa menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi saya dan orang banyak....

Selengkapnya
Navigasi Web
IBU, SEPARUH NYAWAMU ADA di JIWAKU

IBU, SEPARUH NYAWAMU ADA di JIWAKU

Mengingat Ibu, bagiku seperti mengingat diriku. Kedekatan jiwa antara aku dan ibu, bagaikan madu dengan rasa manis. Bagai kereta dengan masinis. Hal ini yang kadang membuat Ibu tidak pernah bisa marah denganku. Tidak bisa melihatku bersedih. Aku masih ingat ketika saat aku sedang ngambek atau baper, maka ibu akan mencari berbagai cara agar aku bisa kembali tersenyum ceria. Ketika aku sedang sakit, ibu akan melakukan apa saja untuk kesembuhanku, memasakkan atau membelikan makanan kesukaanku bahkan sering ibu berjanji akan membelikan hadiah indah, mengajak bertamasya ke tempat yang kuimpikan, jika aku sudah sembuh. sehingga jiwakupun termotivasi ingin segera sembuh. Aku dan semua anaknya selalu merasa menjadi yang paling disayang. Inilah kelebihan ibu, selalu bisa membuat kita merasa istimewa di hatinya. “Setiap anak adalah special” begitu kata ibu. Demikian juga diriku adalah anak yang special di hati Ibu. Aku penasaran, apa yang membuat aku special? Sampai akhirnya aku tahu setelah ibu bercerita tentang masa lalunya.

Saat itu Ibu sedang mengandung adikku yang ke delapan. Aku adalah anak ibu yang ke tujuh. Ibu sering mendapat cemoohan orang karena tidak mau ikut program keluarga berencana (KB).

“Kerjaan kok beranak terus! memang bisa ngasih makan!” begitu cemoohan orang terhadap Ibu.

“Ibu malu nak, kalau aurat ibu dilihat tenaga kesehatan” begitu kata Ibu. Menurut cerita Ibu, saat itu alat KB yang sedang diterapkan adalah spiral atau yang sekarang kita kenal dengan IUD, yang sudah tentu ketika memakainya, akan dimasukkan ke dalam organ Rahim. Kebetulan salah satu kakakku juga jadi tim sukses program KB. Dia sangat malu ketika ibu yang saat itu sudah berusia 49 tahun ternyata hamil lagi anak yang ke delapan. Bahkan kakakku sempat mendapat masukan agar ibu menggugurkan kandungannya. Ibu pun menangis, ia tak akan sanggup membunuh anak yang tumbuh dalam rahimnya. Dalam keadaan kalut, Ibu yang saat itu dalam keadaan hamil, dan hanya berbekal sebuah alamat seorang teman, nekat pergi dari rumah.

Sampai di jembatan sungai Kali Brantas, sebuah sungai yang ada di daerah Malang bagian selatan, pikiran Ibu kacau, saat itu bisikan syaithan ingin mengajak ibu mengakhiri kegalauannya dengan mengakhiri hidupnya, di Sungai yang terkenal sangat dalam dan deras arusnya itu. Tiba-tiba ketika ibu hendak terjun ke Sungai itu, ada suara memanggil,

“Ibu…., aku sayang Ibu….!?”Ibupun menoleh ke arah suara itu. Dan suara itu adalah suaraku, anaknya yang ketujuh yang ikut diajak ibu, pergi dari rumah.

“Kamu adalah penyelamat yang dikirimkan Allah untuk ibu, Nak” kata ibu. Akhirnya ibu mengajakku untuk merantau ke Lampung. Pada saat itu alat transportasi belumlah secanggih sekarang. Untuk menuju Lampung, harus naik bis selama tiga hari tiga malam. Ibu tidak membawa banyak uang. Di memoriku aku hanya melihat ibu menyimpan beberapa uang kertas dan receh yang ibu simpan di dompet kecil yang dia selipkan di stagen yang melingkari pinggangnya. Ibuku adalah wanita jawa jaman dulu, dengan pakaian sehari-hari berupa kebaya dan kain panjang yang dilengkapi dengan stagen ketika memakainya.

“Kamu tidak pernah mau makan kalau tidak melihat ibu makan terlebih dahulu” begitu kata ibu tentang tentang diriku. Apa yang ibu katakan memang benar. Dalam pikiranku saat itu, ibu tidak memiliki banyak uang dan akan melakukan perjalanan yanga sangat jauh sehingga aku harus menahan lapar dan jangan banyak minta jajan selama dalam perjalanan. Sampai saat ini saya juga masih bingung darimana saya bisa mengambil keputusan dan berpikir seperti itu.

Ibu adalah seorang pekerja keras, pantang menyerah untuk menjemput rejeki yang disediakan Sang Ilahi. Ibu bisa membuktikan bahwa Allah pasti menolongnya dan mencukupi semua kebutuhannya selama berusaha dengan sepenuh jiwa raga. Kuatnya karakter ibulah yang akhirnya menghantarkan anak-anaknya menuju kesuksesan.

Terbukti aku dan ketujuh saudaraku bisa berhasil karena didikkan dan tempaan dari jiwa seorang Ibu. Hampir semua anaknya kini sudah berwirausaha dan dapat hidup lebih dari cukup. Aku bisa menyelesaikan kuliahku dan sampai akhirnya menjadi guru, semua tak lepas dari jasa Ibu.

Dan hingga detik ini Ibu yang kini usianya menjelang 90 tahun masih sehat dan tidak pernah melupakan kisah perjuangannya yang mengharu biru. Terutama kisah di tepi Sungai Kali Berantas itu.

Akupun sangat menyanyangi ibu. Entah mengapa sinyal ibu selalu menyatu dengan sinyalku. Pernah suatu hari ibu tidak enak makan dan tiba-tiba teringat aku. Ternyata bertepatan saat itu aku sedang sakit. Kejadian ini kadang terjadi sebaliknya, aku tidak enak makan, ketika kutelpon Ibu, ternyata beliau sedang sakit.

Aku merasa rasa bahwa Ibu adalah separuh nyawaku ,pendonor energi utama dalam setiap sel tubuhku. Karena disetiap sel tubuhku telah ibu titipkan Mitokondria yang jadi satu-satunya The Power house Of Cel. Tanpa mitokondria sel tidak memiliki energi. Tanpa energi sel akan mati. Terima kasih ibu, di setiap desah napasku ada energi yang telah kau wariskan untukku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

masya Allah terharu membacanya, terasa aku di antara ibu-ibu hebat...sukses slalu bun

07 Jan
Balas

salam kenal

07 Jan



search

New Post