Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Rasa yang Tertahan 2 (Tagur 413)

Rasa yang Tertahan 2 (Tagur 413)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 413

Rasa yang Tertahan 2

Oleh Wiji Hastutik

Mohon maaf, kami bukan tak punya hati, kami bukan tak menghargai, kami hanya mengikuti arahan protokol yang berwenang mengatur alur acara yang sudah tersusun rapi. Jika kami dianggap hanya tidur-tidur dan duduk manis di rumah selama terselenggaranya perkemahan, itu juga benar adanya. Kami tak menyangkal, tapi apakah itu salah? Kenapa kami selalu dalam posisi yang tersudut? Sudah tidak adakah hal baik dari kami? Sudah hilang kan semua kebenaran pada diri kami?. Mari kita introspeksi diri dan berpikir dengan logika. Untuk apa kami di sana? Apa peran kami? Adakah tugas yang dituangkan dalam Surat Keputusan atau sekurangnya dalam kepanitiaan. Kita sama-sama berasal dari tanah bukan dari batu, kami semua sarjana yang terdidik, sama seperti dirimu.

Jika kami tak datang, itu semata-mata karena kami memang tak dilibatkan, tentu saja kami tak mau merambah atau mencangkul lahan teman. Lebih baik kami mencangkul, memelihara, memupuk tanaman yang kami tanam di lahan kami sendiri agar tanaman itu tumbuh subur, berbuah lebat sehingga bisa memberi manfaat bagi sesama.

Kita sama -sama dewasa , sama-sama insan cendikia yang dididik untuk mendidik. Saling asah, asih dan asuh adalah pirinsip terbaik dalam bekerja. Berkolaborasi itulah istilah yang tepat untuk menggambarkannya.

Ya Allah, jika aku terlalu sensi atau baper, rasanya wajar adanya tapi aku terus berharap agar aku bisa terus diasah dengan penuh asih dalam pengasuhan bukan terus dibentak, disudutkan dan disalahkan yang membuat putusnya sel-sel kreativitas secara perlahan.

Bagaimanapun, pendidikan itu bersifat dinamis, terus berkembang sementara kami tertatih dalam langkah dan tak jarang kami terluka oleh kerikil-kerikil tajam yang membentang di belantara singgasana pendidikan. Ulurkan tanganmu, agar kami bisa sampai tujuan, bukankah tujuanku juga tujuanmu yang tertuang dalam visi, misi dan tujuan sekolah, jangan justru engkau gali lubang yang membuat kami terjerembab lebih dalam.

Hati terasa rapuh, air bening ini tertahan dalam sukma, menahan rasa sesak karena ujarmu.

Langkah tegap penuh semangat kala memasuki pelataran bangunan besar yang membentang diatas lahan yang luas berangsur melemas seperti jendela yang lepas dari engselnya, luruh dan jatuh.

Sambuta dua orang kolega dengan senyum ramahnya tadi pagi tak mampu memgembalikan senyum merekah di bibir ini tapi doa penuh harap tak lupa terpanjatkan agar apapun yang kulakukan bernilai ibadah di harapan Allah SWT. Semoga aku selalu dikuatkan dan dimampukan dalam berikhtiar dan menjaga amanah, ku kan sabar menjalani perputaran roda kehidupan yang akan membawaku dan kamu mengarunginya. Ampunkan dan sembuhkan hamba ya Allah.

Muara Bungo, 3 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

03 Nov
Balas



search

New Post