Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 131 (Tagur 410)

Terjerat Asmara Hitam 131 (Tagur 410)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 410

Terjerat Asmara Hitam 131

Oleh Wiji Hastutik

Kedatangan Bayu ke rumahku memang sudah ditunggu oleh keluarga besarku. Hari mulai gelap Bayu datang dengan ditemani oleh temannya. Bayu terlihat sangat deg deg an melihat kami semua berkumpul. Bayu menyangka bahwa permintaannya pasti akan ditolak.

Abangku yang mengambil alih tugas mendiang Ayah langsung memimpin tampuk.

Beberapa hari kemudian, Bayu membawa keluarganya untuk membicarakan persiapan pernikahanku dengannya. Bayu terlihat sangat bahagia setelah sekian lama ia mengejar-ngejarku akhirnya aku luluh di hadapan Mak. Kata sakti yang Mak lontarkan bak tendangan finalti CR 7 ke gawang Andretani Ardiansyah. Tentu saja sang kiper kelimpungan melihat gaya Ronaldo melakukan tendangan dua belas pas.

Aku seperti tak percaya, selama ini akulah yang selalu sibuk mengurus adik-adik bahkan ponakan yang akan menikah. Nah, kali ini aku yang akan diurus untuk duduk di singgasana pelaminan. Jujur aku sangat malu baik pada diri sendiri maupun pada para ponakan apalagi cucu.

"Jika boleh berpendapat aku minta acara sederhana saja,"kataku.

"Tapi Dek," jawab Abangku.

"Nggak apa-apa Bang, jujur aku sangat malu dengan usia, Bang," jelasku.

Finally di sepakati bahwa acara akan diselenggarakan sesederhana mungkin.

"Jikalau demikian, nggak susah-susah kita selenggarakan. Tak perlu panitia apalagi hiburan bagi tamu," jelas Abangku.

"Iya Bang, jika perlu kami menikah di KUA saja," cetusku.

"Jangan!, Kita ini keluarga jadi harus menikah di rumah dan disaksikan dua keluarga besar serta masyarakat," ungkao Mak.

Kami semua terdiam dan mencoba menahami perasaan Mak.

"Bagaimana menurutmu, Bayu? tanya abang.

" Saya setuju saja, Bang. Mau pesta besar saya siap mau kecil juga Okey," jawabnya.

Dengan perundingan yang alot, maka disepakati pernikahan akan digelar dua minggu lagi dan diadakan sederhana di kampung di rumah Mak. Aku pasrah terhadap segala keputusan meski sedikit kecewa.

"Itu yang terbaik, ingat ini pernikahan seorang gadis," Abang memberi penjelasan.

Keesokan hari seluruh keluargaku pulang termasuk Mak. Mereka akan mempersiapkan segala hal untuk pestaku.

Bersambung..

Muara Bungo 31 Oktober 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post