Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 133 (Tagur 415)

Terjerat Asmara Hitam 133 (Tagur 415)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari ke 415

Terjerat Asmara Hitam 133

Oleh Wiji Hastutik

"Saya terima nikah dan kawinya Lastri binti .. dibayar tunai," ucap Bayu dengan lancar sembari menjabat tangan abang teruaku.

"Bagaimana saksi? tanya penghulu yang memimpin ijah qobul pagi itu.

Para hadirin, sanak saudara yang hadir menjawab dengan kompak.

"Syah," ucap saksi.

Aku tertunduk lesu dimana detik ini juga, aku menyandang status baru, Nyonya Bayu. Lamunanku tersentak manakala penghulu memintaku untuk mencium tangan Baru. Seumur hidupku, aku tak pernah melakukan ini kecuali pada ayahku, tapi itu sudah lama, lama banget. Rasa gemetar menggelayuti tubuh, aku memutar posisi kakiku ke kanan yang sedari tadi duduk bersimpuh.

Rasa gemetar itu semakin menjadi manakala Bayu mencium keningku. Pipiku berubah merah jambu menahan malu di depan banyak orang. Kurang ajar ini Bayu, sok mesra pula, gerutuku. Prosesi selanjutnya aku dan Bayu menandatangani buku nikah dan dilanjutkan dengan pembacan sigat talik talak atau apa namanya aku tak mengerti.

Setelah melalui prosesi yang panjang, kini Bayu dan aku duduk di Pelaminan. Pelaminan yang tak kuharapkan karena sudah tak sesuai dengan pengantin yang menempatinya. Satu persatu tamu berdatangan memberi salan sembari mengucap doa selamat pada kami.

Binar bahagia, jelas terlihat di wajah Mak, aku mengulas senyum pada beliau kala wajah kami saling bertatapan. Lembayung senja kian menerpa, tamu mulai berkurang. Rasa lelah tersisa di sekujur tubuh . Aku menghela nafas panjang, akhirnya selesai juga prosesi pernikahan ini.

Aku memasuki kamar, kamar yang hanya berukuran sembilan meter persegi menjadi kamar pengantin seluruh kakak dan adikku. Akulah pengantin terakhir di keluargaku dan seharusnya aku yang menghuni kamar ini selamanya. Tapi itu tak mungkin karena jarak tempat kerja yang jauh tentu kamar ini hanya bisa kutempati beberapa hari atau kala ku pulang.

Rumah ini berjuta cerita, berjuta kenangan sejak masa kecil. Di setiap sudut rumah inienjadi saksi keabadiaan perjalanan hidup keluarga kami.

Rumah terlihat sangat berantakan di seluruh sudut. Seluruh anggota keluarga tampak terkapar di ruang tengah meluruskan pinggang dan melepaskan lelah.

Apapun itu yang terpenting adalah seluruh tangisan acara telah berjalan dengan lancar.sesuai harapan.

Aku kembali ke kamar setelah membersihkan tubuh. Aku memandang wajahku di depan tiolet yang terpampsng cermin besar di hadapanku. Lastri, kamu harus ingat siapa dirimu sekarang," gumamku.

Muara Bungo, 5 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post