Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 145 (Tagur 434)

Terjerat Asmara Hitam 145 (Tagur 434)

#Tantangan Gurusiana 365# Hari 434

Terjerat Asmara Hitam 145

Oleh Wiji Hastutik

Kita bisa bayangkon bagaimana menderita ya Bu Arma menahan rasa sakit. Perutnya yang sakit, perih, melilit hingga tak heran jika Bu Arma hingga menjerit-jerit, berguling-guling atas hentakan penyakit.di tubuhnya.

Dalam dunia medis, semua orang memiliki sel kanker yang siap tumbuh dalam tubuh. Seluruh bagian tubuh bisa berpotensi terkena kanker, kecuali kiku dan rambut.

Pertumbuhan dan perkembangan sel kanker bisa diminimalisir dengan gaya hidup sehat, pola makan sehat dan berimbang, serta berolahraga yang cukup.

Himbauan itu memang mudah didengar dan dibaca tapi sulit untuk dilaksanakan.

Perkembangan teknologi membuat seseorang semakin sulit untuk memperoleh makanan yang alami. Peroduk makanan dan minuman yang diawetkan merupakan bahan makanan yang sangat mudah untuk didapot dan dikonsumsi.

Oleh karena itu dibutuhkon komitmen dan disiplin diri yang kuat untuk meneraokan pola hidup sehat dan alami.

Bu Arma, betapa malangnya nasibmu. Setelah sekian bulan pernikahanku dengan Bayu, sedikit demi sedikit aku belajar melupakan Bu Arma dan mencoba menyukai lelaki yang sekarang berstatus sebagai suamiku. Aku menjauhi Bu Arma karena aku sangat menyayanginya. Aku tak ingin menjadi jurang pemusnah antara dia dan anak-anaknya.

Aku tak pernah mengira akan hal itu. Aku begitu syok mendengar penjelasan salah satu temannya mengajar di sekolah.

Kabar itu membuatku tak bisa melepaskan pikiran satunya, seperti apa dia, apa yang bisa kulakukan untuknya fan apakah langkahku ini salah dengan meninggalkan ya dan memilih Bayu, lelaki tang selama ini aku benci, lelaki yang aku terus hindari, lelaki yang menyebaljan, pengganggu hubunganku dengan Bu Arma. Tuhan, tolong hamba, semua sudah terjadi semoga tak terlambat bagiku untuk memperbaiki ya," pintaku dalam doa.

Aku melangkah gontai menuju rumahku. Aku tak pulang ke rumah baru dimana disana ada tempat tunggal sekaligus tempat usaha.

Biasanya, meski bagaimanapun dan dari manapun, aku tetap menuju ke toko dan saat toko akan tutup, aku dan Bayu menuju rumahku untuk beristurahat melepaskan penat.

"Maafkan Mas, karena belum bisa memberikan tempat tinggal terbaik untuknya,"kata Bayu saat dia pulang.

"Bukan itu kok, Mas. Aku hanya nggak enak badan," jawabku

"Syukurlah, semoga ...," balas Bayu menjeda pembicaraan.

"Kok, malah bersyukur, kataku kesal.

"Siapa tahu nggak enak badan membawa berkah," lanjutnya.

"Itu kan," balasky merengut. Tentunya aku tahu kemana arah pembicaraannya.

Bersambung...

Muara Bungo, 23 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

23 Nov
Balas



search

New Post