Wiliyani Hatuwe

Orang memanggilku Willy/Welly. Nama lengkap ku Wiliyani Wildanun Hatuwe. Temanku kenal dengan Willy Hatuwe saja. Mewarisi bakat Mamaku, sejak kecil aku suka m...

Selengkapnya
Navigasi Web
HUJAN (RAIN)

HUJAN (RAIN)

Tiga minggu langit sangat cerah. Jam 6 pagi matahari sudah memancarkan cahaya. Sementara suasana masih hening, belum terlihat lalu lalang pejalan kaki. Suara kendaraan pun belum terdengar. Teriakan anak penjaja kue juga belum ada. Sunyi sepi hari ini. Mataku masih mengantuk, enggan aku beranjak dari pembaringan. "Bagaimana kepalamu, masih pusing?," telapak tangan lembut meraba dahiku. "Alhamdulillah, panasmu sudah reda," ucapnya lagi. Mataku nanar berusaha mengenali wajah yang berbicara. " Ibu siapa?," Tanya ku. "Berbaring dulu, jangan banyak bergerak," jawab wanita dan pergi.

Penasaran, kuberusaha bangkit dari pembaringan, dan menatap di luar jendela. " Aku di mana, aku tak kenal tempat ini," batinku. Tak lama datang seorang laki-laki paruh baya, menghampiriku, sambil duduk di sampingku. "Alhamdulillah, kau sudah siuman. Semalam aku menemukan mu tergeletak di jalan disaat hujan lebat, aku membawamu kemari. Dan kendaraanmu dititipkan di rumah warga," jelasnya.

"Terimakasih pak, bapak telah menolong dan berbuat pada saya. Padahal bapak tak mengenal saya." Ucapku sambil kuraih tangan bapak dan menciumnya. "Bapak yakin kamu anak baik. Ayo dimakan sarapannya." Ajak bapak lagi.

"Rupanya aku jatuh dari motor, memang aku dari mana mau ke mana?, dan kenapa aku lupa." Aku berpikir keras. Sudahlah, aku basuh muka dulu. Baiknya keluarga ini, bajupun disiapkan untukku. Aku tak berani keluar dari kamar, aku hanya duduk di tepi pembaringan sambil menatap keluar jendela banyak sudah orang beraktifitas. Kamar ini cukup posisinya strategis, berada di lantai atas dan menghadap matahari pagi. Aku jadi bisa sambil berjemur."

Sudah hari kedua, aku masih ingat siapa diriku. Keluarga ini pun, masih mengurusku. Tiba-tiba kudengar samar-samar ada seorang wanita muda menangis tersedu-sedu. Tak lama suara tangis itu lenyap. Ibu dan Bapak masuk menemui ku. Aku tersenyum pada mereka, dan seperti biasa ku ucapkan kata terima kasih. "Mengapa Ibu dan Bapak terlihat murung," tanya ku resah. Mereka saling berpandangan, tak menjawab. Hening seketika.

Luka di tubuhku sudah pulih, aku sudah bisa berjalan dengan baik. Sakit di kepala pun telah reda. Aku berniat tuk pamit, walau aku masih lupa. Tiba-tiba suara tangisan terdengar lagi. "Ada apa ya bu?," Tanya ku pada ibu, ketika membawakan sarapanku. Sambil menghela nafas ," Ningrum, putri kami sedang berduka," singkat ibu berkata. Lalu beranjak pergi, terlihat wajah ibu sembab.

Sore hari aku berniat tuk pamit, aku keluar kamar menghampiri ibu dan bapak di ruang tengah. Sambil kupandangi sekeliling rumah, besar sekali rumah ini. "Saya ingin pamit Bu Pak," ucapku gugup. "Oh???," mereka sama-sama kaget. Tiba-tiba "Ayah Ibu, Arum pergi dulu" terdengar suara wanita muda itu dari arah belakang ku. Aku terkejut, " Arum...???" Spontan aku menyebut nama itu dan membalikkan badan. Kulihat seorang wanita muda yang sangat kukenal,". Arum langsung menubruk tubuhku dan memelukku, tangisan pecah seketika. Aku jadi ingat siapa aku.

Hari itu, aku berjanji pada Arum untuk datang menemui orangtuanya. Sampai malam hari tak kutemukan alamat yang diberi arum, hingga aku terjatuh dan lupa. Arum beberapa hari mencari ku ke kota, orang tuaku pun bingung aku tiada berita. Rupanya orang tua Arum yang merawatku. "Jodoh tak lari ke mana...," Celoteh Bapak Arum bahagia. Ayahku pun menimpali," Hujan mempertemukan keluarga ini", semua tertawa bahagia. Aku dan Arum pun sepakat memberi nama anak pertama kami Rain-na.

Berau. Sabtu, 3 Oktober 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang menarik. Gagasan ceritanya juga keren. Sukses selalu, Bu.

03 Oct
Balas

Kisah nan menawan. sehat dan sukses selalu bucantik

04 Oct
Balas

Mantap ceritanya, Bu. Tetap semangat menulis. Salam literasi.

04 Oct
Balas

Klw sdah jodoh, mau seperti apapun pasti akan bertemu, keren bucan.... salam literasi dan sdah sy follow

03 Oct
Balas

cerita yg keren, nama Raina yg juga keren, salam literasi

04 Oct
Balas

Nama yang keren raina

03 Oct
Balas

Nama yang keren raina

03 Oct
Balas

Waoooo... keren critanya, sukses selalu salam kenal, izin sudah aku follow bunda

03 Oct
Balas

Jatuh bangun cinta disaksikan hujan.Mantap.

10 Oct
Balas

Jatuh bangun cinta disaksikan hujan.Mantap.

10 Oct
Balas



search

New Post