WILNI OKTAVIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DILEMA EMAK-EMAK KARIER SAAT ANAK TIDAK ENAK BADAN

Tidak enak badan itu tidak sama dengan demam. Kalau kita demam biasanya kita selalu istirahat dengan tidur. Tetapi tidak dengan tidak enak badan. Tidak enak badan itu biasa saat kita flu. Saat flu itu kepala terasa nyeri. Badan terasa nyeri di sekujur tubuh.

Mungkin itulah yang dirasakan anak bungsuku. Usianya sekarang empat setengah tahun. Biasanya saat aku berangkat sekolah dia belum bangun. Kalau pun sudah bangun, dengan kesadaran dia akan pergi dengan sendirinya ke rumah neneknya.

Semalam dia sudah mulai batuk-batuk. Saat tengah malam dia bangun dan meminta air minum. Tidurnya mulai menginggau. Aku khawatir besok dia akan flu. Aku pegang kepalanya. Hanya hangat, tetapi basah oleh keringat.

Hari sudah menunjukkan pukul setengah tujuh wib. Aku siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tiba-tiba si bungsuku bangun. Dia memanggilku. Aku mendekatinya. Dia ingin hari ini bersamaku. Aku beri pengertian kalau aku harus pergi kerja atau pergi kesekolah. Biasanya setelah di pengertian dia akan mau tinggal dengan neneknya. Tetapi tidak dengan pagi ini.

Dia selalu minta di gendong. Aku tidak boleh lagi bersiap-siap. Bahkan untuk ke wc saja aku tidak di bolehkan. Ketika aku mau berdiri, dia akan memegang kakiku. Aku lihat ingusnya sudah mulai keluar. Aku yakin dia banyak tingkah hari ini karena dia merasa badannya tidak enak.

Dengan susah payah dan di iringi suara tangisan si bungsuku aku tetap bersiap-siap untuk berangkat. Untuk tetap bersiap-siap aku aku mengurung diri di kamar. Di luar si bungsuku meraung-raung. Hatiku menangis. Saat anakku minta bersamaku. Aku harus berangkat demi tugas dan tanggung jawabku.

Setelah aku selesai bersiap-siap. Aku kembali menemui si bungsuku. Aku peluk dia. Aku ikut menangis bersamanya. Nenek nya dan tanteku sudah datang. Tetapi dia tidak mau ikut neneknya.

Ayah...

Saat seperti ini aku butuh kamu. Kamu yang selalu ada saat aku butuh. Biasanya kalau cucumu mulai bertingkah. Aku selalu berhasil membujuknya. Karena kamu punya banyak cara untuk membujuk cucumu. Ayah, aku rindu. Dalam tangis ku aku ingat ayahku. Air mata ini mengalir semakin deras.

Aku membujuk anakku terus menerus. Tetapi dia tetap menangis ingin bersamaku. Untungnya saat seperti ini si sulungku mau berangkat sendiri. Dia yang biasanya tidak mau berangkat kalau tidak di antar. Pagi ini dia mau berangkat sendiri. Mungkin karena melihat tangisan adiknya.

Saat aku naik ke atas motorku. Si bungsuku naik duluan ke atas motorku. Aku ganti mau bawa motor ayahnya. Dia mulai naik ke atas motor ayahnya. Aku peluk dia. Aku katakan bahwa aku harus pergi ke sekolah. Dia tetap ngotot ingin bersamaku. Tanteku mengendongnya dan menyuruhku tetap berangkat.

Aku berangkat di iringi tangisan sibungsuku. Aku berangkat dengan hati terluka. Maafkan umi nak. Umi tidak bisa memenuhi keinginanmu. Semoga suatu hari nanti kamu mengerti. Bahwa ini tanggung jawab umi. Bukan umi tidak sayang kamu nak, tetapi ini adalah perjuangan untuk masa depanmu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga buah hatinya cepat sembuh ya bund.

10 Feb
Balas

AamiiiinnMksih bun,,

10 Feb



search

New Post