Winda Agustina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Muara kasih Bunda

Muara kasih Bunda

Pagi ini udara begitu sejuk, membuatku ingin menarik selimut lagi seusai shalat subuh. Biasanya setelah shalat subuh berjamaah, aku selalu aktif dengan bunda didapur. Walau hanya sekedar membantu mengupas bawang.

Tiba-tiba aku dikejutkan suara ketuk pintu dari luar kamar.

"Sayang... "

"Nak kamu baik-baik saja?".

"Apa kamu lagi sakit?".

"Tidak bunda, hanya dingin jadi ngantuk, ingin tidur lagi". Jawabku penuh manja.

"Gak boleh dituruti, nanti kebiasaan jadi malas. Bunda tunggu ya".

Sambil menghela nafas panjang, aku buka lagi selimut dan segera ku temui bunda.

Dari kecil bunda sudah terbiasa mengajariku bagaimana aktifitas seorang ibu didapur. Mulai dari cara mengupas bawang, mengulek bumbu dan juga sambal sampai menggoreng ikan. Dan kebiasaan itu terbiasa hingga sekarang. Sambil memasak kita sembari bercerita. Dari cerita itu kebanyakan aku yang selalu memulai. Cerita tentang kegiatan disekolah, teman-teman atau guru, bahkan cerita mimpi yang baru aku alami. kalau dari bunda keseringan tentang nasehat, tapi bunda juga pernah bercerita tentang masa lalunya.

Bunda selalu mengajari bagaimana nantinya aku bisa berperan sebagai seorang ibu yang tahu tentang tanggung jawabnya. Menjadi anak perempuan itu jangan hanya pintar mengurus badan. Kita harus pandai mengurus keluarga. Karena kita itu ibarat sopir. Jadi selamat tidaknya keluarga kita ada pada kita Nak. Bunda mengajarimu tentang pekerjaan rumah bahkan sesekali bunda juga memberi tahu tentang uang belanja bulanan bunda bukan karena bunda ini terlalu over protektif atau bunda terlalu diktator. Bunda juga sering membatasi waktu mainmu bersama teman. Menjelaskan mana yang baik dan juga yang tidak perlu kamu lakukan. Itu semua adalah wujud kasih sayang. Tak salah jika kita mengatakan guru pertama adalah seorang ibu. Yang harus kita kerjakan tidak harus ditulis dan dipangpang layaknya hasil karya tulis yang ditempel di mading-Mading sekolah. Dengan cara, tutur kata , sikap itu sudah bisa menjelaskan kepada kita tentang tanggung jawab. 

Kolaborasi kita tidak hanya dalam masak-memasak didapur rekaman tapi kita juga sering mencuci baju bersama, membersihkan rumah, dan yang paling seru yaitu adu kekuatan ( bermain bulu tangkis) bahkan bunda juga pernah ikut senam bersama dirumah dengan memanfaatkan kaset VCD. 

Tak pernah sedikitpun ada kata "haduh..( menandakan bahwa beliau begitu capek)". Sabar penuh kasih sayang kepada keluarga. Walaupun sesekali Ayah dan juga anak-anaknya membuatnya kesal namun bunda hanya selalu diam dan tersenyum.

" Sudah belum kupas bawangnya?. Kalau sudah sayur kangkungnya dipotong ya!."

" Iya Bun".

" Bun, besok boleh request menu gak?."

" Boleh, mau dibuatin apa?."

" Opor ayam boleh?".

" Kakak tau gak di opor ayam itu ada apa saja?".

" Ayam, santan dan juga aneka rempah ".

" Iya betul sekali, Bunda minta jadilah seperti santan".

" Hah .. santan, kenapa Bun?".

 " Nanti Bunda jelaskan, sekarang kamu siapkan sarapan karena ayah dan adimu sudah nungguin" .

Jam sudah menunjukkan pukul 06.30, aku segera pergi kesekolah. Tidak seperti biasanya, hari ini aku ingin segera pulang rumah. Aku sudah tidak sabar lagi ingin segera menanyakan maksud perkataan bunda tadi pagi. Setibanya di rumah segera kutemui Bunda karena aku ingin segera menanyakan maksud dari santan. Sambil melepas sepatu aku langsung menanyakan maksud bunda yang menginginkan aku menjadi seperti santan.

" Santan itu berasal dari buah kelapa. Untuk mendapatkan buah kelapa kita harus memanjat pohon kelapa yang tinggi. Setelah kita dapatkan buahnya, lalu kita kupas kulitnya. Dari kulit luar hingga kulit bagian dalam ( tempurung dan juga kulit yang melapisi daging buah kelapa). Selesai kita kupas kulitnya, kelapa diparut dan terakhir diperas untuk mendapatkan santan yang kita inginkan. Nah, kalau sudah menjadi santan kita bisa memanfaatkan sesuai dengan keinginan. Untuk dibuat kolak, gulai, rendang, serundeng dan yang lainnya termasuk opo yang  kamu inginkan. Intinya jika kamu ingin sukses dan bermanfaat bagi semua orang maka kamu harus melalui proses yang panjang dan siap dengan berbagai tantangan. Namun jika kamu sudah melewati semua itu kamu akan menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang."

Subhanallah... Tak terasa air mata ini menetes dengan sendirinya. Sungguh menyentuh hati kata-kata dari bunda. Kau adalah wanita yang paling mulia. Kau adalah muara kasih dan sayang. Apapun yang kau lakukan untuk anak dan keluarga. Tak pernah kau berharap budi balasan dengan apa yang sudah kau korbankan. Saat aku merasa sangat sedih peluk kasihmu nan sayang. Doamu tak pernah henti kau panjatkan untuk kebahagiaan keluarga. Bila ku tatap wajahmu selalu ada kehangatan. Pengorbananmu tanpa balas jasa. Engkau wanita yang paling kucinta. Maafkan diriku bunda kadang tidak sengaja membuat reluh hatimu terluka. Ku mohon restu selalu dari mu, karena bahagiaku seiring doamu. Ya Allah terimakasih, Engkau telah memberikan bunda yang sangat istimewa. Ampunilah dosanya dan berilah dia kebahagiaan di dunia dan juga akhirat. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post