Indah betul kampung ini, dikaki bukit barisan. Hawanya sejuk sawahnya banyak. Hari ini ulang tahun pelangi yang ke-17. Dia sangat bahagia. Pagi ini Wak Diah ke pasar membeli sedikit daging, mau di buat rendang katanya. Pelangi akan membawa teman untuk makan siang. Sungguh tau Wak Diah kesukaan pelangi. Walau dia harus mencongkel celengan yang terbuat dari kaleng susu itu. Berklontang-klontang bunyinya, karena kebanyakan koin isinya.

Hari itu hari dimana pelangi sangat bahagia. Ia akan membawa Haris teman dekatnya. Haris yang baru dia kenal di tempat kerjanya. Senang sekali pelangi ketika siang itu sampai dirumahnya. Haris memberikan bawaan yang dia beli di kedai simpang, isinya kerupuk kulit dan kue kering, oleh oleh katanya.

Nasi hangat sudah terhidang, masih mengepul asapnya. Bau rendang mengugah selera. Enak sekali tampaknya. Wak Diah mempersilahkan Haris makan. Dengan sedikit malu dan canggung Haris menyendok nasi ke piringnya. Mengambil daging rendang yang paling besar dan kelihatan lezat ditambah kerupuk. Semangat makannya sedang baik hari itu. Dia tidak pernah seperti itu. Setelah cuci tangan dia langsung menggigit rendang tadi. Keras, tak bisa di gigit, rasa dagingnya pun lain. Wak Diah memperhatikan Haris dan berkata "tak kan bisa kau gigit lengkuas Tu ris, ambil lah dagingnya". Haris pun tersipu malu. Dalam hatinya ia berkata" ah malu nya aku, lengkuas besar rupanya"..

#masih belajar menulis

#Pentigraf

Mohon krisannya..