HADIAH SI SULUNG
Tantangan gurusiana megia guru Hari ke – 5
Sesaat pulang sekolah, sambil istirahat di depan televisi, tiba – tiba terdengar suara kendaraan masuk pagar rumah. Dan tak lama seseorang mengucapkan salam. Ternyata anakku pulang dari kantor, “Assalamualaikum,” demikian yang ku dengar dan spontan aku menjawab,” Waalaikumsalam.” Sudah lama mama pulang sapa Randa padaku.” Sudah setengah jam yang lalu,” jawabku.
Randa langsung menuju kamarnya dan tak lama keluar lagi. Suara azan ashar berkumandang, dan ia langsung berwudhuk dan pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah. Memang aku merasa bangga dengannya karena setiap waktu sholat masuk ia selalu ke mesjid untuk berjamaah. Yang lebih membanggakan lagi ia sudah berani untuk iqomah. Aku sering mendengar pengeras suara dari mesjid tersebut. Karena mesjidnya tak jauh dari rumah kami. Aku tahu persis kalau yang mengumandangkan Iqomah adalah Randa, meskipun aku tak melihat. Memang suatu kebanggan tersendiri bagiku karena anak seusia Randa sudah sholat berjamaah kemesjid setiap saat. Kalau diperhatikan disekelilingku tak seberapa anak remaja seperti dia. Kalau diingat beberapa tahun kebelakang setiap masuk waktu sholat ia selalu diingatkan, sangat bertolak belakang dengan sekarang. Perobahan tersebut terjadi setelah ia bekerja setamat selesai pendidikannya S1 tekhnik Sipil Universitas Andalas Padang.
Setelah Randa berwudhuk dan pergi ke mesjid aku juga segera kekamar mandi untuk wudhuk dan sholat ashar. Setiap selesai sholat aku selalu bermohon pada Yang Kuasa supaya aku di beri reski dan di panggil ke Tanah suci dengan suamiku.
Tak lama setelah aku selesai sholat ternyata Randa juga sudah kembali dari mesjid dan duduk di depan televisi. Dan akupun duduk disebelahnya. Saat menyaksikan acara televisi Randa menanyakan kembali padaku , “ Sudah mama telpon nenek kemaren kalau mama mau umbrah barengan dengannya. “ “Mama bukan tidak mau pergi jawabku, tapi mama kalau ke Tanah Suci pinginnya pergi bersama papamu,” ulasku lagi. Pergilah mama dengan papa itu lebih baik,” ucapnya. “Randa memang sudah berniat ma, untuk mengumrahkan mama dan Papa,” lanjutnya. “Kalau mama dan papamu pergi uangnya tak cukup, mama punya uang hanya separoh dari ongkos satu orang, itupun uang asuransi yang diantarkan oleh nenek kemaren ,” jawabku. Memang hari sabtu tersebut bibiku datang kerumah mengantarkan uang asuransi, karena beberapa tahun yang lalu aku masuk salah satu asuransi. Kebetulan masa pembayaranku sudah selesai dan uang bisa di tarik kembali.
“ Berapapun kekurangannya Randa yang akan menambah ,” sekarang mama telpon nenek tersebut kalau mama dan papa maunberangkat umbrah dengan travel dan waktu yang sama dengannya.” Ma , lanjut Randa, Randa gendong mama ke Tanah Suci tersebut belum terbalas juga jasa mama bagi Randa, lanjutnya. Mendengar hal tersebut berlinang air mataku. Aku tak mengerti air mata apa namanya. Yang ada ucapanku sàat itu,” semoga kamu semakin sukses dan mudah reski mu nak.” Aku rangkul ia sambil menahan air mata yang rasanya tak akan terbendung, aku berusaha untuk tidak mengeluarkkan air mata supaya tidak terjadi suasana sedih.
Bersambung ....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ceritanya amat renyah.Boleh saran?. Monggo diedit jenrenya, masih terbuat kolom. Ini kategori cerpen. Maaf...
Ceritanya amat renyah.Boleh saran?. Monggo diedit jenrenya, masih terbuat kolom. Ini kategori cerpen. Maaf...
Thank you
Mantap friend, lanjutkan. Salam literasi
Thanks
Thanks
Thanks