Tubuhku yang tua sudah tak sanggup bergelantung pada dahan yang sudah mulai menua seperti diriku. Duriku tidak tajam lagi. Tapi aku semakin tua semakin menawan. Banyak tamu dihotel melirikku. Aku tumbuh dan hidup disamping hotel mewah di Pasaman Barat.

Suatu hari anak pemilik hotel memotret aku, tentunya dengan gaya ketuaan yang selalu menggiurkan banyak orang. Kudengar anak pemilik hotel menghubungi seseorang di Pariaman dan mengirimkan hasil potretan diriku.

Beberapa tamu hotel selalu melirik dengan penuh selera. Banyak dari tamu hotel yang meminang diriku. Rupanya aku sudah dikitbah oleh seorang dokter hewan yang dihubungi anak pemilik hotel. Tidak berapa lama anak pemilik hotel yang kami panggil dengan kak Wiwin membawa sebuah spidol dan menuliskan sebuah nama di kulitku yang sudah tidak tajam lagi.

“Sukun dua hari lagi kamu ikut kak Wiwin ke Pariaman tempat tante dokter hewan ya, kata kak Wiwin.”

Akupun rasanya bahagia kalau aku bisa bertemu dengan tantenya kak Wiwin seorang dokter hewan. “Wah seperti apakah tante kak Wiwin, pasti keren pikirku.”

Pagi yang cerah matahari merah menyala, menyengat kulitku yang sudah semakin tua. Aku rasanya sudah tidak kuat bertahan. “Datang kak Wiwin, sukun hari ini kita ke Pariaman ya.”Kak Wiwin mengambil aku dari ranting tempat aku bergelayut. Rasanya lega badanku. Aku ditenteng kak Wiwin. Kami berangkat, kak Wiwin membawa 3 ekor kucing kesayangannya. Satu tangan kak Wiwin menenteng diriku, satu lagi pet cargo.

Kami naik travel dari Simpang Empat Pasaman Barat menuju Pariaman. Menempuh perjalanan sekitar 119 km dengan waktu tempuh lebih kurang 2,5 jam. Kak Wiwin memegangku sangat hati-hati. Kulitku sudah mulai rapuh dan dagingku sudah mulai agak lembek.

Separuh perjalanan di daerah Bawan, sudah masuk kabupaten Agam travel yang kami tumpangi mengalami kecelakaan. Travel menabrak sebuah sepeda motor. Kami akhirnya lama berurusan dikantor polisi. Kucing kak Wiwin sudah mengeong-ngeong kepanasan, sementara diriku juga sudah mulai gerah. Tapi kak Wiwin selalu memegangku erat-erat. Semestinya siang kami sudah sampai ke Pariaman, akhirnya kami sampai sore. Kak Wiwin sudah kelaparan, begitu juga dengan kucingnya.

Memasuki kota Pariaman dengan ciri khas tugu tabuiknya, aku berpikir seberapa jauh lagikah perjalanan ini. Ternyata tidak berapa jauh. Travel yang kami tumpangi memasuki komplek perumahan. Travel berhenti pada sebuah rumah yang bertulisan Pet shop dan klinik hewan Thibbul Hayawan. Aku berpikir pasti ini tempat bu dokter yang mengkitbahku.

Kak Wiwin turun serta semua barang bawaannya, tentu dengan 3 ekor kucing kesayangan. “Tante, ini pesanan udah dibawain teriak kak Wiwin.” Muncul seorang perempuan dengan penampilan sederhana dari ruang praktik. Aku berpikir apakah ini tantenya kak Wiwin yang dokter hewan itukah ?

Begitu melihat diriku , langsung binar-binar bahagia terpancar dari matanya. Kak Wiwin menyerahkan aku ke dokter hewan tantenya kak Wiwin. Oh ternyata wanita separuh baya dengan penampilan sederhana ini yang mengkitbahku. Akupun bahagia bisa membahagiakan ibuk dokter hewan ini. Perjalanan yang melelahkan tidak terasa begitu melihat binar bahagia dimatanya.

“ Cemilan habis maghrib kita buat goreng sukun, kata bu dokter,” Dia membelai tubuhku. “Wah ini sukun enak betul, matang dipohon.” Perjalananku tidak sia-sia dari Pasaman Barat menuju Pariaman.

Pariaman, 28 Maret 2022