
PSIKOPAT (Bagian 17)
Laura kekenyangan karena porsi mie Aceh agak banyak dari biasanya yang pernah dia makan selama ini . Selesai menyantap mie mereka keliling naik becak sambil menuju hotel. Besok pagi mereka akan menyebrang ke Sabang. Mereka istirahat, karena pagi-pagi harus cek out dari hotel untuk melanjutkan perjalanan.
Secercah sinar mentari mengintip lewat jendela hotel. Laura membuka mata ternyata waktu subuh sudah datang. Laura mandi dan salat subuh. Ryan juga beberes. Mereka mengemasi barang bawaan untuk segera cek. Karena mereka akan mengambil jadwal penyebrangan yang pertama yaitu jam 8.00 WIB pagi.
Tepat jam 6.30 mereka sudah cek out, dan naik taksi yang ada stand by depan hotel. Mereka menuju pelabuhan Ulee Lheue tempat penyebrangan ke Sabang. Jam 7.15 mereka sudah sampai dan membeli tiket penyebrangan. Cukup ramai penumpang yang menuju Sabang.
Laura dan Ryan naik ke kapal yang akan memboyong mereka ke pulau impian. Kapal perlahan membelah lautan, Riak gelombang mengayun-ayunkan badan kapal. Lautan lepas dengan pemandangan ada pulau-pulau kecil. Laura dan Ryan naik kapal cepat yang membutuhkan jarak tempuh sekitar 45 menit.
Tak terasa mereka sudah sampai di pelabuhan Sabang. Mereka turun dari kapal, sudah ada beberapa mobil yang menunggu penumpang. Ryan mencari satu mobil untuk membawa mereka keliling Sabang.
Kota Sabang tidak terlalu besar, menurut bisnis.com Pulau dengan luas 156,3 kilometer persegi terdiri dari beberapa pulau kecil yang terbentuk sebagai akibat dari letusan gunung yaitu Pulau Weh (121 km2), Pulau Rubiah (0,357 km2), Pulau Seulako (0,055 km2), Pulau Klah (0,186 km2), dan Pulau Rondo (0,650 km2).
Ketika mereka sampai ke tugu 0 kilometer Sabang, suatu pemandangan yang indah. Kita bisa melihat pulau-pulau kecil disekitarnya. Banyak orang jualan disekitarnya. Tidak terlalu jauh dari tugu Laura melihat orang jualan rujak cukup ramai pengunjungnya. Selera Laura langsung tergugah untuk mencicipi rujak tersebut.
Laura mengajak Ryan menikmati rujak di 0 kilomter Sabang. Mereka mencari tempat duduk dan memesan 2 piring rujak. Laura memperhatikan bapak yang mengulek rujak. Ada yang disebut di Aceh buah yang dimasukkan ke rujak yaitu buah batok. Selama ini Laura tidak pernah melihat di kampungnya atau di Sumatera rujak yang pakai buah batok. Mungkin tidak ada buah batok itu ditanam di Sumatera Barat.
Dua piring rujak terhidang dihadapan mereka. Laura menikmatinya. Ternyata beda rasanya, dengan adanya tambahan buah batok legit rasa rujak tersebut.
Embusan angin menambah suasana nikmat rujak tersebut. Selesai menikmati rujak, Laura pesan 2 bungkus untuk dinikmati nanti sore sambil memandang sunset. (Bersambung).
Pariaman, 14 Februari 2022 (Tagur 04)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpennya mantul
Keren. Sangat menginspirasi. Sukses selalu buat Bunda.
MaasyaAllah. Lanjutkan kisahnya !