
SEPENGGAL DUKA YANG TERSISA (Part 3)
Rayna membagi dua potong dan memberikan kepada kedua anaknya. Rayna memandang kebawah ke perkampungan mereka. Air laut sudah mulai susut. Tapi tidak seorangpun yang berani untuk turun. Mereka takut terjadi gempa susulan. Mereka semua bertahan dibukit. Entah sampai kapan.
Kepiluan menyelimuti hati semua yang berada diatas bukit bersama Rayna. Bagaimanakah kehidupan mereka selanjutnya. Rayna tetap memandang kebawah dengan sebuah harapan semoga suami tercinta muncul bersama ibundanya. Akankah harapan ini habis bersama tsunami yang melanda negeri mereka. Bulir-bulir air mata mengalir perlahan dipipinya. Rahman memandang bundanya, seperti ikut merasakan kepedihan bundanya.
Mentari perlahan merangkak keperaduan. Suara burung memanggil anaknya untuk kembali ke sarangnya. Gelap berangsur datang. Harapan didada Rayna tidak pernah sirna. Dia berharap suatu keajaiban datang. Suaminya muncul dan selamat dan gelombang tsunami.
Sebelum gelap betul-betul menyelimuti bumi, Rayna menyuruh kedua anaknya duduk. “Rahman, jaga adik ya sayang bunda mau keliling sebentar, ujar Rayna kepada anaknya.”Rahman mengangguk.
Rayna berjalan sambil mengedarkan pandangan, melihat tanaman sekitar kalau ada buah yang bisa dimakan. Akhirnya dia menemukan sebatang pohon “buah jamblang” bahasa Acehnya. Buahnya seperti anggur berwarna hitam, rasanya agak kelat bercampur manis. Rayna mengambil dengan mengait memakai sepotong kayu yang ditemukannya dekat pohon tersebut. Akhirnya dia mendapatkan lumayan banyak. Alhamdulillah ucap syukur Rayna. Setidaknya buah ini bisa diberikan pengganjal perut dia dan dua anaknya.
Malam sudah menyapa, ada sedikit cahaya dari rembulan yang menerangi mereka. Rayna memberikan buah tersebut kepada Rahman dan Ratih, dia juga memakan beberapa biji sebagai suplemen buat tenaganya. Dingin malam menyapa tubuhnya, dipagut kedua anak untuk menghangatkan mereka. Rayna bersandar pada sebatang. Lelah rasanya jiwa dan tubuh. Suara jangkrik bagaikan nyanyian pilu atas musibah yang melanda negeri mereka. Dia coba memejamkan mata, tapi apa boleh buat pikirannya mengembara kemana-mana. Teringat suami bagaimana nasibnya. Pengen rasanya memutar waktu dengan cepat, biar malam berlalu berganti dengan pagi.
Kegelisahan menemani dirinya dalam sunyinya malam. Dia tatap ke 2 buah hatinya yang terlelap dalam pangkuan. Air matanya kembali menetes dengan segala kepiluan yang tersemat dalam sanubari. Rayna berzikir dan berdoa, agar gelisah ini bisa dihalaunya. Dia pandang ke bawah semua gelap. Tidak ada cahaya yang bisa dilihatnya.
Penasaran dengan cerita selanjutnya silahkan simak di episode berikutnya.
Pariaman, 17 Maret 2022 (T19)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bu dokter. Salam sukses selalu
Ikut terharu membacanya. Ditunggu kelanjutannya, bun. Izin follow ya, bun. Salam sukses bun.
Makasi bunda. Sudah saya follow back ya. Salam literasi.
Keren. Ditunggu lanjutannya ya Bun. Salam sukses selalu.
Keren Bu. Semoga sang pujaan hati bisa ditemukan.Salam sehat dan sukses selalu.
Cerita yang keren Izin follow, bu dokter.
Makasi bunda. Udah difollow back ya bunda.
Kisah pilu yg tdk terlupakan. Semoga Reyna menemukan kebahagiaan. Sukses sll Bund
Mantap cerpennya bunda Wisnawati, sehst dsn sukses selalu