Hampir tiga puluh menit kududuk di bangku halte menunggu angkot. Untung ada bangku, jadi tidak terlalu lelah. Biasanya, jika jam pulang kantor, jalanan macet, sehingga angkot jarang. Tiba - tiba seorang pemotor menghampiriku. Setelah menyandarkan motornya dan membuka helm, orang tersebut mendekatiku. Lalu mencium tanganku. Aku masih ingat, pemuda ini dulu pernah menjadi muridku. Mungkin sekarang sudah bekerja.

"Mari Bu Saya antar ke tujuan ibu", katanya sopan.

"Tidak usah Nak, rumah ibu jauh", jawabku.

"Atau saya antar sampai ketemu angkot di pasar Bu. Biasanya perempatan sebelum pasar macet, makanya tidak ada angkot yang sampai sini", jelasnya.

"Oh ... Boleh , asal tidak merepotkanmu ya ...", Kataku.

"Tidak Bu, saya malah senang bisa membantu ibu", katanya.

Hatiku amat gembira, karena disaat kesusahan ada yang mau menolong. Apalagi yang menolong adalah orang yang pernah jadi murid . Diingat saja sudah bersyukur, apalagi ditegur.

Baru seratusan meter,, Ia melambai pada seorang gadis yang berjalan di trotoar. Arahnya berlawanan dengan arah laju motor.

"Siapa? ", tanya saya penasaran.

"Pacar saya Bu, saya memang mau menjemputnya", jelasnya.

"Oh ... Kalau gitu ibu turun aja yaa ... Kasihan pacar kamu harus jalan", kataku.

"Tidak apa Bu, Ia pasti paham karena saya mengantar guru saya", katanya .

Duh ... Melayang rasanya, mendapat perhatian dari mantan murid.

#menulistanpajefa#079