Wiwid Nurrohmah

SMA N 1 Sumberlawang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Renungan Kehidupan

Renungan Kehidupan

Renungan Kehidupan

Aku sendiri, tak ada yang membela tak ada yang mendukung. Mereka hanya terobsesi dengan duniawi. Pemikir yang fana, pemikiran yang pendek. Apaaaa, arti dunia ini. Dunia hanyalah tempat kita untuk memperbaiki diri. Dunia hanyalah tipuan belaka. Dunia hanyalah sementara tak ada yg abadi. Apa kalian sempat berfikir? Akhirattt? Akan kah kalian lupa, hanya itu lah kehidupan yang sebenarnya. Akhirat, kehidupan yang kekal, haqiqi dan abadi. Tak taukah kalian, hebatnya godaan dunia membuat kita lupa akan tujuan kita hidup sebenarnya. Tak ada yang peduli, rasa yang menyusut yang melupakan akan hal yang kita hadapi kelak.

Aku merasa hidup sendiri. Tak ada yang mendukung, tak ada yang berpikiran sama. Aku sendiri, menahan semua rasa yang ku alami. Aku sendiri, berfikir dan merenung tanpa adanya jawaban dan dukungan dari orang yang disekitarku. Serasa tak dipedulikan apa yang aku harapkan menempuh jalan yang lebih baik. Tak ada yang mendengarkan ku, akan perkataan, penyadaran dan penjelasan. Mereka meremehkan, acuh, tak melirik sedikitpun. Perkataan yang aku lontarkan tak pernah diterima, tak pernah digubris. Untuk apa semua ini, meniti karir yang menurut mereka untuk melanjutkan kehidupan. Memang benar, tapi kita juga harus meniti karir untuk melanjutkan hidup yang sebenernya. Tak hanya didunia tapi diakhirat. Tak hanya pekerjaan layak, uang banyak, rumah mewah. Harusnya kita berjalan mengikuti tujuan yang seharusnya kita lakukan untuk menuju bekal nanti. Tak usah berlomba lomba, dunia semakin tua. Akankah kita menengok bencana tak ada habisnya. Menyusutnya empati adalah tanda bahwa kita lupa, kita semakin dekat. Dekat dengan hari yang begitu dahsyat. Sungguh, hari yang dimana semua hancur. Tak usah, mencari dan melihat kemewahan orang lain. Lalu kita mengikutinya, iri, dan ingin menjdi sepertinya. Tenanglah kalian, ikutilah akhirat maka dunia akan mengikutimu bukan? Tapi jika kita mengikuti dunia menggebu gebu maka kita akan lupa bahwa hari akhir itu ada. Berfikirlah, berfikirlah secara mendalam. Jangan kau menjadi manusia yang berfikir dangkal. Hiduplah sesuai tujuan kita lahir didunia ini. Dan ingatlah kita hidup hanya karena-Nya dan kembali kepada-Nya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, ungkapan hati dan pikiran berpadu menyoal diri seorang anak yang tak sepenuhnya mendapat kasih sayang, tak sepenuhnya orang tua dan sekitarnya memahami dirinya. Mari nak, ada bahu ibu untukmu bersandar, sekadar sandaran, namun mungkin kau butuh itu. Bila tak lagi ada diding sebagai sandaran, masih ada sajadah untuk bersujud. Sukses selalu dan barakallah

26 Jan
Balas

MasyaAllah, terharu jadinya bun.makasih ya

27 Jan



search

New Post