MAAFKAN KAMI BU
Kisah sepasang kaki yang mulai melemah.
"Nan, aku lihat kamu mulai lamban"
"Iya Ri, kan aku mencoba menopangmu." Kanan menghela napas.
"Tapi ternyata aku tak mampu," jawab Kanan lagi wajahnya sedih.
"Nan, terima kasih, kamu sudah berusaha."
"Maafkan aku yang menyusahkanmu..."
Kiri juga tertunduk sedih.
"Ohya, aku ingat."
"Dulu kita begitu perkasa menemani Ibu bertugas keliling Indonesia"
"Kita menopang tubuhnya, yang sekuat tenaga berusaha tetap tegak."
"Dulu, Ibu memang begitu menyayangi keluarganya."
"Sayang, Ibu jadi abai dengan asupan makanannya."
"Ibu sering menahan inginnya, demi impiannya."
Kiri kembali mengingat masa lalu mereka.
"Iya Ri."
"Aku ingat saat Ibu harus berjalan berkilometer jauhnya." "Ibu dulu lincah dan perkasa."
"Ah..kasihan Ibu." Kanan tak tega melihat Ibu.
Sekarang Ibu berjalan tertatih.Ibu sudah tak selincah dulu lagi.
Padahal, semangatnya masih terpancar di wajahnya.
Sayang sekali...
Kedua kaki Kanan dan Kiri sedang bersedih hati. Mereka tak mampu lagi menopang dan membawa tubuh Ibu berjalan nyaman. Kekuatan mereka jauh berkurang. Ibu menderita nyeri lutut yang hebat.
Dokter mengatakan, Ibu terkena Bursitis.
Ibu yang biasanya aktif. Kini harus berhati-hati sekali saat berjalan. Usianya memang telah senja. Namun ia belum ingin jeda. Hanya karena lututnya cedera, Ibu pasrah.
Kanan dan Kiri meneteskan air mata. Saat menyaksikan Ibu bersimpuh di sajadah.
Ibu ingin sekali sembuh seperti sediakala.Hanya Allah yang Maha memberi kesembuhan bagi makhluknya.
"Maafkan Kanan Kiri ya Bu..."
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi