EKSPRESIKAN KEMAMPUAN MELALUI CERITA MATEMATIKA
Kala itu di dalam sebuah kelas mata pelajaran matematika, rasa heran muncul saat siswa membaca sebuah ekspresi matematika. x2 bukan dibaca x kuadrat, namun dibaca x dua. Kemudian, ekspresi matematika berbentuk 2(x – 1) dibaca oleh siswa dua x min 1. Bagi pendengar yang tanpa membaca tulisannya, maka dua x min 1 dapat diartikan 2x – 1, yaitu 2 dikalikan dengan x kemudian hasilnya dikurangi 1. Sedangkan 2(x – 1) artinya adalah x dikurangi 1 lebih dulu, kemudian hasilnya dikalikan 2. Kesalahan mengucapkan mengakibatkan kesalahan makna.
Penyampaian ekspresi matematika secara lisan yang kurang tepat oleh siswa tersebut dimungkinkan karena siswa kurang terbiasa menyampaikan matematika secara lisan. Sejak di bangku Sekolah Dasar mayoritas matematika adalah untuk dipelajari materinya secara tulis, dipikirkan, dihitung hingga mendapatkan penyelesaian yang benar. Jarang sekali siswa menyampaikan materi maupun penyelesaian sebuah soal secara lisan.
Dari kejadian sederhana di atas terpikir olehku bahwa kenapa siswa tidak lebih diakrabkan dengan matematika dengan lebih sering mengucapkannya. Berikutnya pernah kita coba beberapa cara dalam pembiasaan siswa mengungkapkan ekspresi matematika secara benar dan lancar. Pertama, siswa membaca soal beserta penyelesaiannya secara benar. Kedua menceritakan kembali sebuah materi yang baru saja dipelajari. Apapun yang dapat diungkap kembali oleh siswa dengan menggunakan kalimat siswa sendiri. Ketiga, mendeskripsikan sebuah masalah atau soal yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah, menyebutkan hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan serta menyampaikan prinsip yang digunakan dalam penyelesaian soal tersebut. Cara menyampaikan materi matematika secara lisan itulah selanjutnya saya istilahkan dengan bercerita matematika.
Cerita matematika pada penyelesaian aljabar sebuah soal mungkin paling sering dilakukan. Untuk materi matematika apapun, kecuali logika pada akhirnya penyelesaian adalah dengan menggunakan sifat-sifat kesetaraan aljabar. Hingga penyelesaian soal pada mata pelajaran lain pun, misalnya Fisika, Kimia, Ekonomi yang terdapat hitungannya adalah menggunakan penyelesaian aljabar. Jika penyelesaian aljabar ini akan dilisankan maka cara pembuktian two column proof dapat menjadi penuntun siswa sehingga penyelesiaan soal menjadi sebuah cerita yang utuh dan jelas. Two column proof merupakan model pembuktian tertulis yang terdiri dari dua kolom yang berisi pernyataan dan alasan. Alasan yang dikemukakan dapat berupa definisi, teorema, sifat-sifat dasar aljabar untuk kesetaraan. Alasan ini digunakan untuk setiap langkah sehingga sebuah persamaan atau pertidaksamaan menemukan penyelesaiannya.
Matematika sering dianggap sesuatu yang kering dan kurang menarik. Materi matematika dianggap hanya berisi angka-angka, variabel, dan rumus. Padahal dalam masalah sederhanapun, matematika dapat diekspresikan sebagaimana sebuah penggalan cerita. Jika hal ini senantiasa dapat dilakukan, matematika menjadi sebuah cerita yang tidak kalah indahnya dengan cerita pengalaman misalnya. Dalam satu cerita matematika dapat dipastikan terkandung apa yang menjadi komponen-komponen matematika. Fakta, konsep, prinsip, dan prosedur akan dapat diungkap lebih jelas oleh siswa. Jika siswa senantiasa terlatih dalam bercerita matematika maka pemahaman dan penguasaan materi akan dapat dicapai oleh siswa dengan lebih baik. Hal ini dimungkinkan karena kelancaran berbahasa siswa berisi kalimat-kalimat pengungkapan fakta, konsep, prinsip dan prosedur sebuah materi matematika.
Siswa terkadang terlihat mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) di pagi hari dengan mencontoh pekerjaan temannya. Ini merupakan hal yang sia-sia. Lebih baik siswa dapat menyampaikan satu cerita matematika secara lisan daripada menulis banyak penyelesaian soal yang dilakukan dengan mencontoh pekerjaan teman. Hal yang kurang baik ini mestinya tidak diberi kesempatan untuk mungkin terjadi. Kegiatan belajar harus mengupayakan pengembangan karakter. Bercerita matematika dapat menumbuhkembangkan rasa ingintahu dan percaya diri.
Penyampaian cerita matematika untuk seluruh siswa di kelas akan memerlukan banyak waktu. Bagaimana mengatasi hal ini? Salah satu cara adalah dengan memanfaatkan handphone (HP) yang mana saat ini hampir seluruh siswa mempunyai perangkat tersebut. Fasilitas video pada HP dapat dimanfaatkan untuk merekam cerita matematika siswa. Kemudian video sederhana tersebut dilihat oleh guru untuk konfirmasi dan umpan balik terhadap kebenaran cerita matematika siswa tersebut. Contoh video yang disertakan ini menunjukkan penyampaian materi integral oleh seotrang siswa yang belum seluruhnya benar. Dari sinilah terlihat bagaimana proses berpikir siswa dan menjadi tugas guru untuk memberikan penjelasan yang benar untuk bagian yang masih salah tersebut.
Cerita matematika yang disampaikan secara lisan adalah untuk didengarkan orang lain. Pihak pembicara akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyampaikannya secara jelas dan benar. Keunggulan kegiatan lisan ini adalah dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam berkomunikasi dan berbahasa. Sebagai subyek, siswa akan berusaha memberikan yang terbaik untuk orang lain sebagai bentuk aktualisasi diri. Menurut teori psikologi kepribadian Goldstein, aktualisasi diri adalah salah satu bentuk dinamika seseorang dan merupakan motif pokok atau bahkan satu-satunya yang mendorong tingkah laku seseorang (Suryabrata, 1983).
Dengan bercerita, siswa menjadi obyek yang aktif. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dan mengikuti perintah-perintah dari guru. Bercerita matematika merupakan salah satu cara belajar yaitu menjelaskan kepada orang lain (teach others). Berdasar hasil kajian National Training Laboratories Bethel, Maine (www.ntl.org), belajar dengan menjelaskan kepada orang lain dapat menyerap materi sebanyak 90% dibandingkan cara belajar yang lain. Gambar Learning Pyramid berikut menunjukkan cara belajar beserta persentase daya serapnya.
Melihat keunggulan kegiatan ini, guru dapat mulai meminta siswa untuk bercerita matematika, baik secara langsung maupun melalui video. Berikan ruang untuk mereka dapat mengekspresikan diri dengan bercerita matematika. Melalui cerita matematika pula guru menjadi tahu proses berpikir siswa. Jika terdapat kesalahan, hasil analisanya dapat disampaikan kepada siswa sebagai bahan perbaikan. Dengan demikian diharapkan tingkat ketercapaian terhadap sebuah kompetensi akan lebih baik dan siswa merasa senang belajar matematika karena diberi kesempatan untuk mengaktualisasi diri mereka.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
"Secara lisan itulah selanjutnya saya istilahkan dengan bercerita matematika." Terima kasih sharingnya bu. Nambah ilmu nih.
Tulisan yang bagus. Kalau di TK, matematika lebih dikenal dengan pengembangan kognitif, dan cara penyampaian pada umumnya lebih sering menggunakan bahasa bercerita.
Terimakasih Ibu Siti. Matematika untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dominasi materinya semakin bersifat abstrak. Menjadikan semakin sulit untuk dilisankan. Namun upaya melisankan paling tidak ada pada bagian identifikasi masalah (apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan), sudah cukup baik.
Sama-sama Pak Yudha..
Yth. Para Pembaca, mohon sharingnya, bagaimana cara mengunggah video di artikel ini?
Terimakasih kembali Pak Wiyono, Pak Mursyid, semoga bermanfaat.
Subhanalah, sangat menarik , bu
Terima kasih Bu Umul
Saya belajar tentang tulisan best practice dari Ibu Wiwik pada hari ini, terima kasih.
Sip telah Menginspirasi pada mapel lainnya. Ok trims